Motif seseorang menemui dukun - USD Repository

  

MOTIF SESEORANG MENEMUI DUKUN

(

Studi Deskriptif di Kota Solo, Jawa Tengah)

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  

Disusun Oleh :

  

B. DANANG WIDIPRASETYA

NIM : 029114024

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

  MOTTO ” Percobaan – percobaan yang kamu alami ialah percobaan – percobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah

setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai

melampaui kakuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan

memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat

menanggungnya”

  ( 1 Korintus 10: 13)

  

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya Keluargaku yang selalu membimbing, memberi cinta kasih dan memenuhi segala kebutuhanku selama ini. (alm) Papa, Mama, dan Mas Aryo Seseorang yang selalu memberikan semangat dan warna dalam hidupku, Gita

Semua teman dan semua orang yang selama ini telah memberikan

dinamika di dalam kehidupanku sampai terciptanya karya ini

  ABSTRAK Motif seseorang Menemui Dukun (Studi Deskriptif di Kota Solo, Jawa Tengah)

  

B. Danang Widiprasetya

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009

  Penelitian Studi Deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui motif dari seseorang dalam menemui Dukun. Peneliti tertarik terhadap penelitian ini dikarenakan dalam usahanya untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, setiap manusia melakukan berbagai macam cara dan upaya yang dimana dianggap memang dirasa perlu untuk dilakukan, terkadang juga manusia menghalalkan segala macam cara untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan menemui seorang Dukun. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui apa yang menjadi motif serta latar belakang seseorang yang mendorong mereka intuk menemui Dukun.

  Subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang dengan karakteristik antara lain mereka bertempat tinggal di kota Solo dan merupakan orang asli Solo, dengan kata lain orang tersebut lair dikota solo. Selain itu mereka juga sering pergi untuk menemui Dukun atau memiliki pengalaman terhadap Dukun. Metode pengambilan subyek dilakukan dengan metode bola salju (snow ball) atau berantai. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara. Analisis penelitian ini malalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Verifikasi data dilakukan dengan proses intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik atau disebut juga back-and-forth.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif seseorang menemui Dukun adalah untuk mencari pemecahan masalah yang sedang dihadapi dengan menggunakan bantuan spiritual dari Dukun, selain itu latar belakang seseorang memilih untuk menemui Dukun dikarenakan adanya pengaruh atau dorongan dari lingkungan sekitar orang tersebut tinggal, serta karena adanya kepercayaan dalam kebudayaan akan kekuatan yang dimiliki oleh seorang dukun yang tidak dimiliki oleh orag lain. Kata Kunci : Motif, Masyarakat Jawa, Dukun.

  

ABSTRACT

People Intention for Visiting Witch

(Descriptive Study in Solo, Central Java)

  

B. Danang Widiprasetya

Psychology Faculty of

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2009

  The descriptive study research was aimed for understanding someone’s intention for visiting a witch. The researcher were having a strong interest to this study as an effort to achieve his will, where human would use all the efforts and ways to gain his desire. For instance they will do everything, even an illegal way, to reach their goal. And one of the ways is visiting a witch. Based on these phenomena, the researcher would like to know the intention that encourages people to visit the witch.

  There were 3 subjects in this research with the particular characteristic such as they were living in Solo, and they were originally from Solo, even they were born in Solo. The researcher used snow ball method or usually called as chain method. All the information was collected by several interviews. The analysis of this research by 3 steps, which were: data reduction, data presentation and finally a conclusion. The data verification was done by process of

  

intersubjective validity that means to reexamine the researcher’s understanding as

  comparator with the subject understanding through feedback interaction or often called as back-and-forth.

  The result of this research shows that people intention for visiting a witch was to find a solution for their own problems, by using the help from the witch. In other cases, people come to see the witch caused by the encouragement and impact from their neighborhood, and also effected by cultural belief which make them trust that a witch posses a great power where no one has it. Key Words : Motives, Javanese Society, Wich.

  Puji dan syukur kepada Allah Bapa di Surga atas segala karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyelesaian penulisan ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

  1. P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M.Si selaku Dekan Faultas Psikologi atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi.

  2. Drs. H. Wahyudi M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan, saran dan kesabaran selama penulisan skripsi ini.

  3. Segenap dosen Psikologi, terima kasih atas ilmu serta dinamika yang saya dapat selama kuliah di Psikologi.

  4. Karyawan Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni, Mas Muji, terima kasih atas bantuannya selama ini.

  5. (Alm) F.A. Darmadi S.Pd Ayah terhebat dan terbaik sepanjang masa, terima kasih atas segala bimbinganmu yang engkau berikan kepadaku selama hidupmu yang dapat merubah aku menjadi seorang yang lebih berarti dalam hidup ini, maafkan aku karena aku tidak dapat memenuhi janjiku saat papa masih hidup.

  6. Seluruh keluargaku (Mama, dan mas Aryo) yang selalu membimbingku dan memenuhi segala kebutuhanku, serta seluruh fasilitas – fasilitas yang

  7. Anak – anak kost Tasura 50 C. ( bang Disiplin, Emsyahta, Dani, Barjo, Aman, Bonar, Bu. Kost, Juna, Bima, Veno, Simmy, Ipul, Alip) terima kasih karena menemaniku tinggal didalam bunker ini.

  8. Anak – anak Tumindak Ngiwo (Kopet, si Ye, Neri, Windro, Achonk, Sapi, Dika, Doni, Suko, Aris, kowok, Sisir, Sari) Terima kasih atas dinamikanya selama ini, berkat itu pengetahuanku dan pengalamanku telah bertambah.

  9. Kru G-Net (Bonar, Gadul, Juna, Bima) kapan – kapan kita berperang lagi, Oke..

  10. Anak – anak Psi 02 yang telah menjadi S.Psi (Unak, Vanty, Panjoel, Vinsent, Meme, Donat, Dewie, Ohaq, Sapi, Suko, Ndus) terima kasih atas semangat yang kalian tularkan kepadaku, sebentar lagi aku akan menyusul kalian.

  11. Teman – teman Psi 02 yang masih berjuang sampai saat ini (Pongky, Tisa, Nining, Barjo, si Ye, Chinghe, Dani, Bona, Aan Purbo, si Thol, Eyang, Windra) mari kita berjuang bersama. Selalu semangat..!!!

  12. Semua teman-teman Psikologi yang tidak bisa ku sebut satu-persatu, terima kasih atas dinamikanya selama ini, aku ada seperti sekarang ini, kalian semualah arsiteknya, dan aku bangga bisa mengenal kalian.

  13. Anak – anak di Solo (Yunas, Fadil, Topik) tanpa bantuan kalian, mungkin skripsiku ini balum selesai sampai sekarang.

  14. My beloved Angel, Gita Pitaloka, terima kasih atas cinta dan semangat yang kau berikan kepadaku. Kau telah memberikan warna dalam hidupku.

  DAFTAR ISI

  Halaman Judul................................................................................................i Halaman Persetujuan......................................................................................ii Halaman Pengesahan......................................................................................iii Halaman Motto...............................................................................................iv Halaman Persembahan....................................................................................v Halaman Pernyataan Keaslian Karya.............................................................vi Abstrak............................................................................................................vii Abstract...........................................................................................................viii Halaman Persetujuan Publikasi Karya............................................................ix Kata Pengantar................................................................................................x Daftar Isi.........................................................................................................xii Daftar Tabel....................................................................................................xv Daftar Bagan...................................................................................................xvi Daftar Lampiran..............................................................................................xvii

  BAB I PENDAHULUAN.................................................................1 A. Latar Belakang.................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................5 C. Tujuan Penelitian.............................................................5 D. Manfaat Penelitian...........................................................5

  1. Manfaat Teoritis...................................................5

  BAB II LANDASAN TEORI.............................................................7 A. Motif..................................................................................7 B. Motif Sosiogenetis...........................................................10 C. Masyarakat Jawa..............................................................13 D. Dukun...............................................................................16 E. Dukun Klenik...................................................................18 F. Asumsi Orang Pergi ke Dukun.........................................20 G. Pertanyaan Penelitian.......................................................22 BAB III METODE PENELITIAN.......................................................24 A. Jenis Penelitian.................................................................24 B. Definisi Operasional.........................................................26 C. Subyek Penelitian.............................................................27 D. Metode Pengumpulan Data..............................................28 E. Pedoman Wawancara.......................................................30 F. Analisis Data....................................................................31 G. Keabsahan Data atau Verifikasi Data..............................32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN........................................................................33 A. Pelaksanaan Penelitian.....................................................33

  1. Persiapan Penelitian.............................................33

  B. Deskripsi Dukun yang Ditemui dan Subyek Penelitian.........................................................................35

  1. Deskripsi Dukun yang Ditemui...........................35

  2. Deskripsi Subyek Penelitian................................36

  C. Hasil Analisis Data..........................................................38

  1. Narasi Subyek......................................................38

  2. Kategori Hasil Penelitian.....................................50

  D. Pembahasan......................................................................53

  1. Pembahasan Setiap Kategori................................53

  2. Pembahasan Umum..............................................61

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................66 A. Kesimpulan......................................................................66 B. Saran................................................................................67 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................68 LAMPIRAN...................................................................................................70

  

DAFTAR TABEL

  Tabel Kategori Hasil Penelitian.....................................................................50

  DAFTAR BAGAN

  Bagan 1. Asumsi Orang Menemui Dukun.....................................................22

  DAFTAR LAMPIRAN

  Verbatim Subyek 1...........................................................................................71 Verbatim Subyek 2...........................................................................................73 Verbatim Subyek 3...........................................................................................77 Koding Subyek 1……......................................................................................83 Koding Subyek 2..............................................................................................84 Koding Subyek 3..............................................................................................87 Kategori Subyek 1............................................................................................92 Kategori Subyek 2............................................................................................95 Kategori Subyek 3..........................................................................................101 Tema Khusus Subyek 1.................................................................................109 Tema Khusus Subyek 2.................................................................................112 Tema Khusus Subyek 3.................................................................................118

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fenomena “Dukun” saat ini telah menyebar begitu cepat dan begitu

  luasnya di kalangan masyarakat Indonesia pada saat ini, bahkan istilah “Dukun” dibuat menjadi sebuah judul lagu dangdut yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi dangdut bernama Alam, bahkan lagu tersebut telah mengangkat namanya di dalam dunia permusikan hingga Alam pun mendapat nama panggilan Alam “Mbah Dukun” (Kompas, 2 Oktober 2002). Hal ini merupakan salah satu dari sekian banyak kasus yang melibatkan nama dukun di dalamnya, namun tidak semua hal yang berkaitan dengan “Dukun” memiliki cerita yang baik, seperti misalnya dalam kasus berikut ini, Mks (41), warga Kampung/Desa Sipak RT 4/5 Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, yang dituduh dukun cabul diringkus jajaran Polsek Jasinga. Akibatnya, tersangka yang sempat kabur ke Cirebon itu, kini terpaksa meringkuk di sel tahanan. Menurut keterangan yang dihimpun, penangkapan Mks tersebut dilakukan polisi setelah mendapat laporan dari korbannya, Bunga (20) (bukan nama sebenarnya-red), seorang mahasiswi sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jakarta. Korban yang tinggalnya tidak jauh dari rumah tersangka itu mengaku, diperkosa ketika sedang diperiksa kondisi kesehatannya (Pikiran Rakyat, 26 Agustus 2004).

  Mistik perdukunan di negara Indonesia sudah mengekar di tengah- tengah kehidupan masyarakat, terutama pada masyarakat Jawa. Pembahasan mengenai masyarakat Jawa tidak dapat dilepaskan dari pengertian mengenai siapakah orang Jawa itu sendiri. Orang Jawa sebagian besar bermukin di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan pusat kebudayaan berkiblat pada Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Meskipun sebagian orang Jawa sudah ada yang berdomisili di daerah lain, namun sebagian tata cara kehidupannya baik cara berpikir, berperasaan masih tetap menggunakan pola Jawa, dan mengaku sebagai orang Jawa karena tetap menghayati hidup dengan budaya Jawa ( Hadiatmaja dan Kuswa Endah, 2008).

  Definisi “Dukun” versi Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :

  

“Orang yang pekerjaannya menolong orang susah dan sakit, mengobati,

memberi jampi-jampi dan mantra, dan konon, diantaranya melakukan

kegiatannya lewat kemampuan tenaga gaib”. Dalam Kamus Besar Bahasa

  Indonesia dikatakan juga bahwa dukun ada banyak jenisnya, seperti diantaranya: Dukun beranak, Dukun klenik, Dukun tenung, dan masih ada beberapa jenis Dukun yang lainnya berdasarkan kemampuan dan spesialisasinya.

  Beberapa orang pada umumnya memiliki kebiasaan yaitu pergi untuk menemui Paranormal atau biasa juga disebut dengan nama “Dukun”, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh karena adanya latar belakang budaya yang cukup kuat mengenai kepercayaan yang kuat terhadap hal-hal yang telah menyerahkan dirinya secara mental, emosional dan bahkan spiritualnya (yang disebut keyakinan) kepada Mbah Dukun. Ia sangat yakin sangat yakin bahwa sang dukun dapat membantunya. Dalam kepasrahan total seperti itu, apapun yang diperintahkan oleh Mbah Dukun ia akan mematuhinya

  Salah satu dari jenis Dukun yang sering ditemui adalah Dukun klenik, dukun klenik adalah Dukun yang biasanya membuat serta memberi guna-guna atau kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang yang menginginkannya.

  Menurut Nirwanto Ki S. Hendrowinoto yang dikutip dalam Harian umum sore Sinar Harapan 2003, mengatakan bahwa ”Sejak republik ini lahir dunia ‘klenik’ sudah lebih dulu ada. Perkembangannya sangat pesat berbarengan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang masih percaya klenik karena dianggap cukup relevan dan bisa menjadi alternatif, jika dilihat dari populasinya, klenik juga tidak mau ketinggalan dengan perkembangan iptek. Coba kita lihat bagaimana klenik dikemas indah dengan pelbagai macam bingkai budaya. Tayangan di televisi dan media cetak juga ikut mendorong pertumbuhan klenik makin memasyarakat. Mulai dari pengobatan alternatif sampai pada teknik mencari jodoh dan persoalan umumnya. Terbukti perhatian sebagian masyarakat terhadap dunia klenik cukup besar. Mereka sangat percaya terhadap dunia gaib tersebut, bahkan sampai mengkultuskan kuburan kramat dan benda-benda yang bertuah. Hanya saja, klenik di jaman modern memiliki cara praktik yang berbeda dengan di memakai propaganda melalui iklan pariwara atau lewat getok tular dari mulut ke mulut.”.

  Bagi beberapa orang dalam kaitannya menemui Dukun memiliki alasan serta motif yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lain, dalam hal ini salah satu faktornya disebabkan oleh karena masing masing orang memiliki permasalahan ataupun keinginan yang berbeda-beda. Di dalam pengertiannya, motif yang berasal dari kata bahasa Inggris oleh para ahli psikologi dinyatakan dengan berbagai istilah, seperti diantaranya adalah need,

  

valence, drive, desire, dan want. Motif dapat didefinisikan sebagai suatu daya

  energi dari dalam yang membangkitkan, mengelola, memelihara, dan mengarahkan individu untuk melakukan suatu tindakan dalam upayanya mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan kepuasan kepada individu yang bersangkutan. Dalam hal ini motif apakah yang dimiliki atau ada dalam diri seseorang yang sehingga mengarahkan mereka untuk pergi menemui Dukun

  Penulis dalam hal ini mempunyai keinginan untuk mencari tahu alasan sebenarnya atau yang menjadi latar belakang dari orang - orang memiliki kecenderungan menemui Dukun klenik sehingga memotivasi mereka untuk pergi untuk menemui Dukun klenik, atau dengan kata lain apakah yang sebenarnya hendak dicari oleh orang – orang tersebut dengan pergi menemui Dukun, sebab seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua orang yang pergi menemui Dukun tersebut memiliki kebutuhan yang mendesak atau benar- mencoba-coba saja menemui dukun. Jika benar demikian, maka apakah yang sebenarnya menjadi alasan atau latar belakang dari orang – orang tersebut sehingga memiliki dorongan untuk menemui Dukun.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah yang menjadi motif dan latar belakang dari seseorang untuk pergi menemui Dukun Klenik?”

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif dan latar belakang dari seseorang untuk pergi menemui Dukun klenik.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoritis a.

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penyajian fakta-fakta dan pengetahuan di bidang Psikologi Sosial maupun Psikologi Budaya.

  b.

  Hasil dariri penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang sosial, dan budaya.

  2. Manfaat Praktis a.

  Dapat dijadikan sebagai bahan refleksi diri bagi masyarakat Jawa pada umumnya mengenai motif mereka untuk menemui Dukun klenik.

  b.

  Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi khalayak mengenai fenomena yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat sekitarnya serta penyebab dari munculnya fenomena tersebut. tenaga tersebut merupakan gerak jiwa atau jasmani untuk berbuat. Sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (Psikologi Industri, 2003).

  Motif yang berasal dari kata bahasa Inggris oleh para ahli psikologi dinyatakan dengan berbagai istilah, seperti diantaranya adalah need, valence,

  drive, desire, dan want. Chaplin (1997) mengartikan motif sebagai suatu

  keadaan ketegangan di dalam individu yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, dan mengarahkan tingkah laku tertentu menuju pada satu tujuan atau sasaran.

  Menurut Atkinson (Soeroso, 1997) motif merupakan kesiapsiagaan ataupun disposisi yang mendorong dalam mengarahkan perilaku individu.

  Menurut Mc Clelland (Soeroso, 1997) motif merupakan faktor internal yang menimbulkan, mengarahkan dan mengintegrasikan perilaku. Jadi dapat dikatakan bahwa motif adalah suatu tenaga penggerak (drive) yang bisa dari dalam ataupun dari luar diri individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.

  Di dalam buku Psikologi Industri (2003) dinyatakan bahwa ada beberapa ciri-ciri daripada motif individu, antara lain :

  1. Motif Adalah Majemuk

  Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama

  2. Motif Dapat Berubah-ubah

  Motif bagi seseorang seringkali mengalami perubahan, ini disebabkan karena keinginan manusia selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan atau kepentingannya.

  3. Motif Berbeda-beda bagi Individu

  Masing-masing individu memiliki motif yang berbeda antara satu dengan yang lainnya meskipun mereka melakukan kegiatan yang sama.

  4. Beberapa Motif tidak Disadari oleh Individu

  Banyak tingkah laku manusia yang tidak disadari oleh pelakunya, sehingga beberapa dorongan (needs) yang muncul seringkali karena berhadapan dengan situasi yang kurang menguntungkan lalu ditekan di bawah sadarnya. Dengan demikian seringkali kalau ada dorongan dari dalam yang kuat sekali menjadikan individu yang bersangkutan tidak bisa memahami motifnya sendiri.

  Motif merupakan suatu dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan tertentu (Handoko, 1992).

  Selanjutnya Handoko menjelaskan bahwa berdasarkan asalnya, motif dapat

  1. Motif Biogenetis

  Motif bigenetis merupakan motif berasal dari kebutuhan – kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya secara biologis. Motif ini bersifat universal, artinya tidak terikat pada umur, jenis kelamin suku, daerah dan lain – lain. Motif biogenetis juga tidak terikat pada lingkungan kebudayaan tempat orang hidup dan berkembang. Yang termasuk didalam golongan motif biogenetis adalah motif lapar, haus, seks, bernafas, dan istirahat.

  2. Motif Sosiogenetis

  Motif sosiogenetis berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang berada dan berkembang. Motif ini tidak bergantung pada keadaan fisiologis individu, melainkan timbul sebagai akibat dari interaksi dengan orang atau hasil kebudayaan. Dengan kata lain motif ini bergantung pada lingkungan.

  Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motif adalah suatu dorongan atau penggerak yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku menuju pada satu tujuan atau sasaran. Motif antara satu individu dengan individu yang lain tidaklah selalu sama, dengan kata lain motif antara individu yang satu berbeda dengan motif yang dimiliki oleh individu yang lain. Berdasarkan asalnya motif dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motif biogenetis yang bersumber pada kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya secara biologis, dan motif sosiogenetis yang bersumber dari lingkungan kebudayaan tempat orang yang bersangkutan tinggal.

  Dalam kuliahkomunikasi.com (2008), Motif sosiogenetis disebut juga dengan motif sekunder, sedangkan motif primernya adalah motif biologis.

  Motif sosiogenetis adalah motif yang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada dan berkembang. Motif ini timbul sebagai akibat dari interaksi dengan orang atau hasil dari kebudayaan, dengan kata lain motif ini bergantung pada lingkungan.

  Dibawah ini adalah berbagai klasifikasi motif sosiogenetis menurut beberapa tokoh:

  Keinginan memperoleh pengalaman baru b. Keinginan untuk mendapatkan respon c. Keinginan akan pengakuan d. Keinginan akan rasa aman 2. David McClelland : a.

  Kebutuhan berprestasi (need for achievement) b. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation) c. Kebutuhan berkuasa (need for power) 3. Abraham Maslow :

  b.

   Kebutuhan akan keterikatan dan rasa cinta (belongingness and love needs)

  c.

  Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) d. Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self actualization) 4. Melvin H. Marx : a.

  Motif ingin tahu (curiosity) b. Motif kompetensi (competence) c. Motif prestasi (achievement) 5. Motif – motif sosial : a.

  Motif kasih sayang (affiliation) b. Motif kekuasaan (power) c. Motif kebebasan (independence)

  Berdasarkan kriteria diatas, motif sosiogenetis dapat dijelaskan sebagai berikut : a.

  Motif ingin tahu : Yaitu keinginan untuk mengerti, menata dan menduga. Setiap orang berusaha untuk memahami dan memperoleh arti dari dunianya.

  b.

  Motif kompetensi : Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu untuk mengatasi persoalan kehidupan apapun.

  c.

  Motif cinta : Yaitu keinginan untuk sanggup mencintai dan dicintai, hal ini adalah d.

  Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas : Hal ini erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih sayang, yaitu merupakan kebutuhan untuk menunjukan eksistensi di dunia ini.

  e.

  Kebutuhan akan nilai, kedambaan, dan makna hidup : Dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai – nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberi makna pada kehidupannya.

  f.

Kebutuhan akan pemenuhan diri :

  Kita bukan saja ingin mempertahankan hidup, kita juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan diri kita atau dengan kata lain kita ingin memenuhi potensi – potensi yang kita miliki.

  Secara garis besar motif sosiogenetis dapat dibagi menjadi dua, yaitu motif darurat dan motif obyektif. Motif darurat muncul untuk menguasai / menaklukan lingkungan, terutama untuk membela diri dalam keadaan darurat. Sedangkan motif obyektif bertujuan semata – mata untuk berhubungan dengan lingkungan dan muncul dalam keadaan tidak darurat. Yang termasuk motif darurat adalah motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif untuk melawan, motif untuk mrngatasi rintangan dan motif untuk mengejar. Sedangkan yang dapat digolongkan kedalam motif obyektif adalah motif eksplorasi (motif untuk memeriksa dan menyelidiki) dan motif manipulasi (motif untuk berbuat dan mengerjakan sesuatu terhadap obyek).

  Dari hasil penjelasan mengenai motif sosiogenetis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motif sosiogenetis merupakan motif sekunder yang muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain atau hasil dari kebudayaan, dan motif sosiogenetis ini sangat bergantung pada lingkungan. Motif sosiogenetis dapat dibagi menjadi dua, yaitu motif darurat dan motif obyektif. Motif darurat muncul untuk menguasai / menaklukan lingkungan, terutama untuk membela diri dalam keadaan darurat. Sedangkan motif obyektif bertujuan semata – mata untuk berhubungan dengan lingkungan dan muncul dalam keadaan tidak darurat.

  Dengan berdasarkan pada beberapa teori dari motif itu sendiri serta kriteria dari motif itu sendiri, maka diharapkan dapat memudahkan peneliti untuk mencari mengenai latar belakang atau hal – hal yang mendorong seseorang untuk menemui dukun, selain itu juga dapat memudahkan peneliti untuk mengkategorikan pernyataan – pernyataan dari responden nantinya yang dapat dimasukkan kedalam kategori motif seseorang dalam kaitannya dengan menemui dukun.

  Jawa adalah kelompok etnik terbesar di Asia Tenggara. Etnik ini berjumlah kurang lebih empat puluh persen dari dua ratus juta penduduk Indonesia (Mulder, 2001). Pembahasan mengenai masyarakat Jawa tidak dapat dilepaskan dari pengertian mengenai siapakah orang Jawa itu sendiri. dengan pusat kebudayaan berkiblat pada Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Meskipun sebagian orang Jawa sudah ada yang berdomisili di daerah lain, namun sebagian tata cara kehidupannya baik cara berpikir, berperasaan masih tetap menggunakan pola Jawa, dan mengaku sebagai orang Jawa karena tetap menghayati hidup dengan budaya Jawa.

  Orang Jawa adalah orang yang berbahasa ibu bahasa Jawa yang didalam tata hidupnya masih berpedoman pada nilai – nilia luhur budaya Jawa ( Hadiatmaja dan Kuswa Endah, 2008)

  Secara Antropologi budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut suku bangsa Jawa adalah orang – orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya dalam kehidupan sehari – hari serta berasal dan bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur (Herusatata, 1983).

  Masyarakat adalah istilah sebagai terjemahan istilah bahasa inggris ”sociaty” yang berasal dari bahasa latin ”socius” yang berarti kawan. Kata ”masyarakat” berasal dari bahasa Arab ”Musyaraka” yang artinya saling bergaul. Menurut KUBI masyarakat adalah sekumpulan individu yang saling berinteraksi secara kontinue yang memiliki norma, aturan, adat istiadat dan hukum untuk mengatur ola tingkah lakunya dan memiliki rasa identitas yang kuat yang mengikat semua anggotanya.

  Dari pengertian masyarakat tersebut, maka yang disebut masyarakat Jawa adalah sekelompok orang atau individu yang berbahasa ibu Jawa yang dan adat istiadat Jawa sebagai pengatur pola tingkah lakunya dan memiliki identitas yang kuat yang mengikatnya.

  Masyarakat Jawa sebelum mengenal agama mempunyai sistem kepercayaan yang berkaitan dengan animisme dan dinamisme. Kepercayaan tersebut begitu lekat didalam kehidupan masyarakat Jawa, bahkan sampai sekarang masih ada yang menganutnya. Sejarah perkembangan religi orang Jawa telah dimulai sejak zaman pra sejarah, di zaman pada waktu nenek moyang orang Jawa beranggapan bahwa semua benda yang ada di sekelilingnya mempunyai nyawa, dan semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau mempunyai roh yang berwatak baik maupun jahat (Herusatoto, 1987).

  Dalam ilmu gaib sering terdapat konsepsi-konsepsi ajaran-ajarannya; ilmu gaib juga mempunyai sekelompok manusia yang yakin dan menjalankan ilmu gaib itu untuk mencapai suatu maksud. Kecuali itu, upacara ilmu gaib juga mempunyai aspek-aspek yang sama artinya, ada pemimpin atau pelakunya, yaitu yang disebut dengan dukun (Koentjaraningrat, 1990).

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang disebut masyarakat Jawa adalah orang – orang yang lahir dan menetap di pulau Jawa sejak lama dan sudah turun temurun berada di tanah Jawa. Berdasarkan kebudayaannya, orang Jawa termasuk orang yang gemar mencari kenikmatan (pleasure) baik yang bersifat material maupun spiritual. Untuk mencapai kenikmatan yang bersifat spiritual tersebut ada beberapa laku mistik atau gaib yang harus ditempuh, dan untuk melakukan upacara mistik tersebut biasanya dipimpin oleh seorang dukun.

  Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya penyembuhan penyakit melalui tenaga supranatural. Dukun adalah sebutan untuk mereka dalam bahasa Indonesia, di luar negeri mereka disebut dengan bermacam – macam nama: Witch, Clairvoyant, Fortune Teller (Inggris),

  Macumba, Xango (Brazil), Obeah, Santeria (Jamaika), Voodoo ( Afrika

  bagian timur yang berkembang pula hingga dengan Haiti di kepulauan Karibia) (http://id.wikipedia.org/wiki/Dukun).

  Mulder mendefinisikan Dukun sebagai seorang pada dasarnya adalah cenayang orang – orang kesurupan, yang dikuasai oleh para arwah, dan yang menjalin hubungan dengan kekuatan – kekuatan gelap ilmu hitam. Kekuatan mereka berasal dari luar, tak ada kekuatan yang mengakar dalam diri mereka.

  Lebih dari itu, mereka menjalankan kemahirannya karena bayaran. Mereka tak bersih dari pamrih sebagaimana layaknya guru mistik (Mulder, 2001).

  Mistik perdukunan Jawa sudah mengekar di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Definisi “Dukun” versi Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :

  “Orang yang pekerjaannya menolong orang susah dan sakit, mengobati, memberi jampi-jampi dan mantra, dan konon, diantaranya melakukan kegiatannya lewat kemampuan tenaga gaib”. . Di dalam kamus juga

  1. Dukun Beranak Yaitu dukun yang pekerjaannya membantu para perempuan yang sedang hamil untuk melakukan proses kelahiran.

  2. Dukun Klenik

  Yaitu dukun yang biasanya membuat serta memberi guna-guna atau kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang yang menginginkannya.

  3. Dukun Tenung Yaitu dukun yang memiliki kemampuan atau mampu menggunakan kekuatan gaib yang dimilikinya terhadap manusia.

  Dalam kaitannya dengan hal ini wejangan dari seorang dukun dapat senantiasa menjadi pertimbangan utama bagi orang Jawa didalam memutuskan suatu perkara yang sangat penting didalam kehidupannya sebab bagi beberapa masyarakat Jawa, mereka beranggapan bahwa dukun merupakan konsultan spiritual yang dianggap sebagai orang tua, sesepuh, atau pepundhen yang waskitha ngerti sadurunge winarah (Purwadi, 2004).

  Orang Jawa sangat yakin bahwa kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh seorang Dukun hanya dapat diperoleh dengan melakukan disiplin yang ketat dan bertapa. Karena itu orang yang menjadi Dukun sering menjalankan puasa, bersemadi dan melakukan lathan – latihan kebatinan lainnya. Cara – cara inilah yang terutama membuat orang percaya seorang Dukun memiliki kekuatan yang luar biasa. Berbagai cerita yang kemudian beredar mengenai kekuatan sakti seorang Dukun tertentu, membuatnya terkenal (Hadiatmaja & Endah, 2008).

  Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukun merupakan seseorang yang bekerja membantu orang lain dengan cara memberi jampi – jampi (doa – doa) atau mantra, atau bahkan dengan kekuatan supranatural. Masyarakat Jawa menganggap dukun sebagai orang tua, sesepuh, atau pepundhen, serta memiliki kekuatan yang luar biasa sehingga wejangan dari dukun senantiasa dijadikan pertimbangan utama.

  Pada subbab sebelumnya telah diuraikan penjelasan secara umum mengenai dukun dan juga beberapa macam atau jenis dukun menurut spesialisasinya, salah satu diantaranya adalah dukun klenik. Dalam hal ini peneliti ingin memfokuskan kepada dukun klenik, sebab peneliti melihat bahwa ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap dunia klenik cukup besar.

  Menurut Nirwanto Ki S. Hendrowinoto yang dikutip dalam Harian umum sore Sinar Harapan 2003, mengatakan bahwa ”Sejak republik ini lahir dunia ‘klenik’ sudah lebih dulu ada. Perkembangannya sangat pesat berbarengan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang masih percaya klenik karena dianggap cukup relevan dan bisa menjadi alternatif, jika dilihat dari populasinya, klenik juga tidak mau ketinggalan dengan perkembangan iptek. Coba kita lihat bagaimana klenik dikemas indah dengan ikut mendorong pertumbuhan klenik makin memasyarakat. Mulai dari pengobatan alternatif sampai pada teknik mencari jodoh dan persoalan umumnya. Terbukti perhatian sebagian masyarakat terhadap dunia klenik cukup besar. Mereka sangat percaya terhadap dunia gaib tersebut, bahkan sampai mengkultuskan kuburan kramat dan benda-benda yang bertuah. Hanya saja, klenik di jaman modern memiliki cara praktik yang berbeda dengan di masa lalu. Tidak lagi pakai kembang tujuh rupa atau kemenyan. Ada yang memakai propaganda melalui iklan pariwara atau lewat getok tular dari mulut ke mulut.”.

  Dukun klenik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu merupakan dukun yang biasanya membuat serta memberi guna-guna atau kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang yang menginginkannya.

  Dikutip dari dalam bukunya yang berjudul “Javanese Ethics and World-View”, Frans Magnis Suseno mengatakan : Sosrosudigdo defines

  

klenik as “those evil practise which are directed by the lower passions to

material goods and devilish powers.”klenik is exertion to achieve inner

strength but from impure motives, namely, to use such powers in the service of

one’s own self-interest, or to bring harm to others. Klenik is egoistical, anti-

social and, therefore, objectionable. The practice of klenik is forbidden by

government regulation in Indonesia and the many kebatinan movements are

observed closely by the government to ensure that no-one practices klenik.”.

  Frans Magnis Suseno menyatakan bahwa klenik digunakan untuk murni, yaitu, untuk menggunakan kekuatan –kekuatan dalam/untuk melayani kepentingan pribadi seseorang, atau untuk menyakiti orang lain. Klenik adalah egoistis, anti-sosial dan, oleh karena itu tidak dapat disetujui. Praktek klenik dilarang oleh peraturan pemerintah di Indonesia dan banyak pergerakan kebatinan diamati dengan ketat oleh pemerintah untuk memastikan tidak adanya praktek klenik.

  Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia pada masa sekarang ini masih memliki ketertarikan yang cukup besar terhadap dunia klenik. Dukun klenik adalah merupakan seseorang yang dapat memberikan guna – guna atau kekuatan gaib kepada orang lain. Kekuatan yang tersebut berasal dari motif yang tidak murni, yaitu kekuatan untuk melayani kepentingan pribadi seseorang, atau digunakan untuk menyakiti orang lain.

  Dari hasil cari Google, mayoritas orang – orang pergi ke dukun untuk mencari solusi. Dari sekedar sakit, rejeki seret, terkena penipuan, hingga mengatasi masalah dalam rumah tangga. Pada situs PenulisLepas.com disebutkan bahwa konon, Soeharto bisa mempertahankan kekuasaan selama 32 tahun lamanya, sering dikaitkan dengan faktor keberuntungan. Keburuntungan yang disebakan mau nglakoni (mengamalkan) ilmu-ilmu klenik yang telah diwariskan nenek moyangnya. Dalam ajaran klenik banyak segala sesuatu. Mempertimbangkan baik-buruk, selalu bersikap eling lan waspodo (ingat dan hati-hati) dalam menentukan masa depan dirinya.

  Orang - orang yang percaya pada dukun dan yang menemui dukun tidaklah dari beberapa kalangan orang saja, melainkan dari berbagai macam kalangan orang, baik dari kalangan orang yang tingkat ekonomi rendah hingga tingkat ekonomi tinggi, dari kalangan orang rendah hingga dari kalangan orang tinggi yang memiliki kedudukan dan jabatan. Orang – orang tersebut memiliki alasan tersendiri dalam kaitannya dengan menemui dukun, dari hasil diskusi sementara peneliti dengan beberapa orang yang pernah menemui dukun terdapat beberapa jawaban mengenai alasan orang menemui dukun, ada yang mengatakan bahwa orang tersebut menemui dukun dengan alasan usahanya atau bisnisnya selalu lancar, ada yang ingin dapat memperoleh kedudukan atau kekuasaan, ada ingin menyelesaikan permasalahan dalam keluarga, bahkan ada yang ingin memperoleh ilmu “kanuragan” atau ilmu kebal, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa dirinya hanya sekedar iseng saja atau ingin mencoba – coba.

  Individu kebutuhan Mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan

  Menemui Dukun Mendapatkan solusi

  Gambar bagan 1 : Asumsi orang menemui Dukun

  Setelah melihat pernyataan dari beberapa teori diatas, maka yab\ng akan menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

  1. Pertanyaan Umum a.

  Apa yang menjadi motif dan latar belakang seseorang dalam menemui Dukun, terutama Dukun Klenik ?

  2. Pertanyaan Khusus a.

  Apa alasan seseorang menemui Dukun klenik ? b. Mengapa seseorang memilih untuk menemui Dukun Klenik ? c. Bagaimana cara seseorang dapat mengenal Dukun Klenik yang d.

  Apa yang dirasakan seseorang ketika bertemu atau berhadapan dengan Dukun Klenik ? e.

  Adakah perubahan dalam diri mereka setelah bertemu dengan Dukun Klenik, dan menjalankan wejangan atau syarat yang diberikan oleh Dukun Klenik tersebut ?

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  penelitian kualitatif dengan metode deskriptif eksploratif, penelitian kualitatif yaitu merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menekankan pada analisis hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah, cara-cara berpikir formal dan argumentatif. (Azwar, 1997).

  Menurut Sugiono (Meinita,2003), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap satu obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Mardalis (Meinita,2003), mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi – kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian deskriptif ini tidak menguji atau menggunakan hipotesa, tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai variabel yang diteliti.

  Menurut Arikunto (1996), penelitian yang menggunakan metode deskriptif yaitu jenis penelitian non hipotesis yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena tertentu untuk diangkat dan di paparkan hasilnya dengan perolehan data yang berupa data kualitatif.

  Penelitian deskriptif ditujukan untuk: 1.

  Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.

  2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek – praktek yang berlaku.

  3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

  4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputsan pada waktu yang akan datang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dengan tujuan peneliti dapat memperoleh hasil – hasil dari interviev yang tidak dapat diperoleh atau tidak bisa didapatkan jika menggunakan penelitian kuantitatif, selain itu peneliti juga bisa mendeskripsikan suatu fenomena yang sedang terjadi tanpa perlu melakukan analisis dan perbandingan. Tetapi disamping itu semua, peneliti memilih menggunakan metode kualitatif disebabkan karena meneliti ingin memperoleh suatu hasil dimana hasil tersebut juga mengungkapkan mengenai perasaan atau apa yang dirasakan oleh subyek, dan hal tersebut tidak dapat ditemukan

  Motif adalah suatu dorongan atau penggerak yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku menuju pada satu tujuan atau sasaran. Motif terbagi menjadi dua, yaitu motif biogenetis dan motif sosiogenetis.

  Motif sosiogenetis Merupakan motif yang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada dan berkembang. Motif ini timbul sebagai akibat dari interaksi dengan orang atau hasil dari kebudayaan, dengan kata lain motif ini bergantung pada lingkungan.

  Beberapa ciri-ciri dari motif, antara lain : 1.

   Motif Adalah Majemuk

  Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama