Motif seseorang menemui dukun.
vii
ABSTRAK
Motif seseorang Menemui Dukun (Studi Deskriptif di Kota Solo, Jawa Tengah)
B. Danang Widiprasetya
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian Studi Deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui motif dari seseorang dalam menemui Dukun. Peneliti tertarik terhadap penelitian ini dikarenakan dalam usahanya untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, setiap manusia melakukan berbagai macam cara dan upaya yang dimana dianggap memang dirasa perlu untuk dilakukan, terkadang juga manusia menghalalkan segala macam cara untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan menemui seorang Dukun. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui apa yang menjadi motif serta latar belakang seseorang yang mendorong mereka intuk menemui Dukun.
Subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang dengan karakteristik antara lain mereka bertempat tinggal di kota Solo dan merupakan orang asli Solo, dengan kata lain orang tersebut lair dikota solo. Selain itu mereka juga sering pergi untuk menemui Dukun atau memiliki pengalaman terhadap Dukun. Metode pengambilan subyek dilakukan dengan metode bola salju (snow ball) atau berantai. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara. Analisis penelitian ini malalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Verifikasi data dilakukan dengan proses intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik atau disebut juga back-and-forth.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif seseorang menemui Dukun adalah untuk mencari pemecahan masalah yang sedang dihadapi dengan menggunakan bantuan spiritual dari Dukun, selain itu latar belakang seseorang memilih untuk menemui Dukun dikarenakan adanya pengaruh atau dorongan dari lingkungan sekitar orang tersebut tinggal, serta karena adanya kepercayaan dalam kebudayaan akan kekuatan yang dimiliki oleh seorang dukun yang tidak dimiliki oleh orag lain.
(2)
viii ABSTRACT
People Intention for Visiting Witch (Descriptive Study in Solo, Central Java)
B. Danang Widiprasetya Psychology Faculty of Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
The descriptive study research was aimed for understanding someone’s intention for visiting a witch. The researcher were having a strong interest to this study as an effort to achieve his will, where human would use all the efforts and ways to gain his desire. For instance they will do everything, even an illegal way, to reach their goal. And one of the ways is visiting a witch. Based on these phenomena, the researcher would like to know the intention that encourages people to visit the witch.
There were 3 subjects in this research with the particular characteristic such as they were living in Solo, and they were originally from Solo, even they were born in Solo. The researcher used snow ball method or usually called as chain method. All the information was collected by several interviews. The analysis of this research by 3 steps, which were: data reduction, data presentation and finally a conclusion. The data verification was done by process of
intersubjective validity that means to reexamine the researcher’s understanding as comparator with the subject understanding through feedback interaction or often called as back-and-forth.
The result of this research shows that people intention for visiting a witch was to find a solution for their own problems, by using the help from the witch. In other cases, people come to see the witch caused by the encouragement and impact from their neighborhood, and also effected by cultural belief which make them trust that a witch posses a great power where no one has it.
(3)
MOTIF SESEORANG MENEMUI DUKUN
(Studi Deskriptif di Kota Solo, Jawa Tengah)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
B. DANANG WIDIPRASETYA NIM : 029114024
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
iv MOTTO
” Percobaan – percobaan yang kamu alami ialah percobaan –
percobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah
setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kakuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan
memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat
menanggungnya”
(7)
v
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk
Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas segala berkat, rahmat dan
karunia-Nya
Keluargaku yang selalu membimbing, memberi cinta kasih dan
memenuhi segala kebutuhanku selama ini. (alm) Papa, Mama, dan
Mas Aryo
Seseorang yang selalu memberikan semangat dan warna dalam
hidupku, Gita
Semua teman dan semua orang yang selama ini telah memberikan
dinamika di dalam kehidupanku sampai terciptanya karya ini
(8)
(9)
vii
ABSTRAK
Motif seseorang Menemui Dukun (Studi Deskriptif di Kota Solo, Jawa Tengah)
B. Danang Widiprasetya
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian Studi Deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui motif dari seseorang dalam menemui Dukun. Peneliti tertarik terhadap penelitian ini dikarenakan dalam usahanya untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, setiap manusia melakukan berbagai macam cara dan upaya yang dimana dianggap memang dirasa perlu untuk dilakukan, terkadang juga manusia menghalalkan segala macam cara untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan menemui seorang Dukun. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui apa yang menjadi motif serta latar belakang seseorang yang mendorong mereka intuk menemui Dukun.
Subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang dengan karakteristik antara lain mereka bertempat tinggal di kota Solo dan merupakan orang asli Solo, dengan kata lain orang tersebut lair dikota solo. Selain itu mereka juga sering pergi untuk menemui Dukun atau memiliki pengalaman terhadap Dukun. Metode pengambilan subyek dilakukan dengan metode bola salju (snow ball) atau berantai. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara. Analisis penelitian ini malalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Verifikasi data dilakukan dengan proses intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik atau disebut juga back-and-forth.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif seseorang menemui Dukun adalah untuk mencari pemecahan masalah yang sedang dihadapi dengan menggunakan bantuan spiritual dari Dukun, selain itu latar belakang seseorang memilih untuk menemui Dukun dikarenakan adanya pengaruh atau dorongan dari lingkungan sekitar orang tersebut tinggal, serta karena adanya kepercayaan dalam kebudayaan akan kekuatan yang dimiliki oleh seorang dukun yang tidak dimiliki oleh orag lain.
(10)
viii ABSTRACT
People Intention for Visiting Witch (Descriptive Study in Solo, Central Java)
B. Danang Widiprasetya Psychology Faculty of Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
The descriptive study research was aimed for understanding someone’s intention for visiting a witch. The researcher were having a strong interest to this study as an effort to achieve his will, where human would use all the efforts and ways to gain his desire. For instance they will do everything, even an illegal way, to reach their goal. And one of the ways is visiting a witch. Based on these phenomena, the researcher would like to know the intention that encourages people to visit the witch.
There were 3 subjects in this research with the particular characteristic such as they were living in Solo, and they were originally from Solo, even they were born in Solo. The researcher used snow ball method or usually called as chain method. All the information was collected by several interviews. The analysis of this research by 3 steps, which were: data reduction, data presentation and finally a conclusion. The data verification was done by process of intersubjective validity that means to reexamine the researcher’s understanding as comparator with the subject understanding through feedback interaction or often called as back-and-forth.
The result of this research shows that people intention for visiting a witch was to find a solution for their own problems, by using the help from the witch. In other cases, people come to see the witch caused by the encouragement and impact from their neighborhood, and also effected by cultural belief which make them trust that a witch posses a great power where no one has it.
(11)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : B. DANANG WIDIPRASETYA
NomorMahasiswa :029114024
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang be{udul :
MOTIF SESEORANG MENEMUI DUKUN
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, ffio-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta rjin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Padatanggal :29 Januari 2010
Yang menyatakan , / , . ' /
/2"'"'
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa di Surga atas segala karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyelesaian penulisan ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M.Si selaku Dekan Faultas Psikologi atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi.
2. Drs. H. Wahyudi M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan, saran dan kesabaran selama penulisan skripsi ini. 3. Segenap dosen Psikologi, terima kasih atas ilmu serta dinamika yang saya
dapat selama kuliah di Psikologi.
4. Karyawan Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni, Mas Muji, terima kasih atas bantuannya selama ini.
5. (Alm) F.A. Darmadi S.Pd Ayah terhebat dan terbaik sepanjang masa, terima kasih atas segala bimbinganmu yang engkau berikan kepadaku selama hidupmu yang dapat merubah aku menjadi seorang yang lebih berarti dalam hidup ini, maafkan aku karena aku tidak dapat memenuhi janjiku saat papa masih hidup.
6. Seluruh keluargaku (Mama, dan mas Aryo) yang selalu membimbingku dan memenuhi segala kebutuhanku, serta seluruh fasilitas – fasilitas yang kalian berikan kepadaku selama ini.
(13)
xi
7. Anak – anak kost Tasura 50 C. ( bang Disiplin, Emsyahta, Dani, Barjo, Aman, Bonar, Bu. Kost, Juna, Bima, Veno, Simmy, Ipul, Alip) terima kasih karena menemaniku tinggal didalam bunker ini.
8. Anak – anak Tumindak Ngiwo (Kopet, si Ye, Neri, Windro, Achonk, Sapi, Dika, Doni, Suko, Aris, kowok, Sisir, Sari) Terima kasih atas dinamikanya selama ini, berkat itu pengetahuanku dan pengalamanku telah bertambah. 9. Kru G-Net (Bonar, Gadul, Juna, Bima) kapan – kapan kita berperang lagi,
Oke..
10.Anak – anak Psi 02 yang telah menjadi S.Psi (Unak, Vanty, Panjoel, Vinsent, Meme, Donat, Dewie, Ohaq, Sapi, Suko, Ndus) terima kasih atas semangat yang kalian tularkan kepadaku, sebentar lagi aku akan menyusul kalian.
11.Teman – teman Psi 02 yang masih berjuang sampai saat ini (Pongky, Tisa, Nining, Barjo, si Ye, Chinghe, Dani, Bona, Aan Purbo, si Thol, Eyang, Windra) mari kita berjuang bersama. Selalu semangat..!!!
12.Semua teman-teman Psikologi yang tidak bisa ku sebut satu-persatu, terima kasih atas dinamikanya selama ini, aku ada seperti sekarang ini, kalian semualah arsiteknya, dan aku bangga bisa mengenal kalian.
13.Anak – anak di Solo (Yunas, Fadil, Topik) tanpa bantuan kalian, mungkin skripsiku ini balum selesai sampai sekarang.
14.My beloved Angel, Gita Pitaloka, terima kasih atas cinta dan semangat yang kau berikan kepadaku. Kau telah memberikan warna dalam hidupku.
(14)
xii DAFTAR ISI
Halaman Judul...i
Halaman Persetujuan...ii
Halaman Pengesahan...iii
Halaman Motto...iv
Halaman Persembahan...v
Halaman Pernyataan Keaslian Karya...vi
Abstrak...vii
Abstract...viii
Halaman Persetujuan Publikasi Karya...ix
Kata Pengantar...x
Daftar Isi...xii
Daftar Tabel...xv
Daftar Bagan...xvi
Daftar Lampiran...xvii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...5
C. Tujuan Penelitian...5
D. Manfaat Penelitian...5
1. Manfaat Teoritis...5
(15)
xiii
BAB II LANDASAN TEORI...7
A. Motif...7
B. Motif Sosiogenetis...10
C. Masyarakat Jawa...13
D. Dukun...16
E. Dukun Klenik...18
F. Asumsi Orang Pergi ke Dukun...20
G. Pertanyaan Penelitian...22
BAB III METODE PENELITIAN...24
A. Jenis Penelitian...24
B. Definisi Operasional...26
C. Subyek Penelitian...27
D. Metode Pengumpulan Data...28
E. Pedoman Wawancara...30
F. Analisis Data...31
G. Keabsahan Data atau Verifikasi Data...32
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...33
A. Pelaksanaan Penelitian...33
1. Persiapan Penelitian...33
(16)
xiv
B. Deskripsi Dukun yang Ditemui dan Subyek
Penelitian...35
1. Deskripsi Dukun yang Ditemui...35
2. Deskripsi Subyek Penelitian...36
C. Hasil Analisis Data...38
1. Narasi Subyek...38
2. Kategori Hasil Penelitian...50
D. Pembahasan...53
1. Pembahasan Setiap Kategori...53
2. Pembahasan Umum...61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...66
A. Kesimpulan...66
B. Saran...67
DAFTAR PUSTAKA...68
(17)
xv DAFTAR TABEL
(18)
xvi DAFTAR BAGAN
(19)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Verbatim Subyek 1...71
Verbatim Subyek 2...73
Verbatim Subyek 3...77
Koding Subyek 1……...83
Koding Subyek 2...84
Koding Subyek 3...87
Kategori Subyek 1...92
Kategori Subyek 2...95
Kategori Subyek 3...101
Tema Khusus Subyek 1...109
Tema Khusus Subyek 2...112
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fenomena “Dukun” saat ini telah menyebar begitu cepat dan begitu luasnya di kalangan masyarakat Indonesia pada saat ini, bahkan istilah “Dukun” dibuat menjadi sebuah judul lagu dangdut yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi dangdut bernama Alam, bahkan lagu tersebut telah mengangkat namanya di dalam dunia permusikan hingga Alam pun mendapat nama panggilan Alam “Mbah Dukun” (Kompas, 2 Oktober 2002). Hal ini merupakan salah satu dari sekian banyak kasus yang melibatkan nama dukun di dalamnya, namun tidak semua hal yang berkaitan dengan “Dukun” memiliki cerita yang baik, seperti misalnya dalam kasus berikut ini, Mks (41), warga Kampung/Desa Sipak RT 4/5 Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, yang dituduh dukun cabul diringkus jajaran Polsek Jasinga. Akibatnya, tersangka yang sempat kabur ke Cirebon itu, kini terpaksa meringkuk di sel tahanan. Menurut keterangan yang dihimpun, penangkapan Mks tersebut dilakukan polisi setelah mendapat laporan dari korbannya, Bunga (20) (bukan nama sebenarnya-red), seorang mahasiswi sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jakarta. Korban yang tinggalnya tidak jauh dari rumah tersangka itu mengaku, diperkosa ketika sedang diperiksa kondisi kesehatannya (Pikiran Rakyat, 26 Agustus 2004).
(21)
Mistik perdukunan di negara Indonesia sudah mengekar di tengah-tengah kehidupan masyarakat, terutama pada masyarakat Jawa. Pembahasan mengenai masyarakat Jawa tidak dapat dilepaskan dari pengertian mengenai siapakah orang Jawa itu sendiri. Orang Jawa sebagian besar bermukin di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan pusat kebudayaan berkiblat pada Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Meskipun sebagian orang Jawa sudah ada yang berdomisili di daerah lain, namun sebagian tata cara kehidupannya baik cara berpikir, berperasaan masih tetap menggunakan pola Jawa, dan mengaku sebagai orang Jawa karena tetap menghayati hidup dengan budaya Jawa ( Hadiatmaja dan Kuswa Endah, 2008).
Definisi “Dukun” versi Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : “Orang yang pekerjaannya menolong orang susah dan sakit, mengobati, memberi jampi-jampi dan mantra, dan konon, diantaranya melakukan kegiatannya lewat kemampuan tenaga gaib”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan juga bahwa dukun ada banyak jenisnya, seperti diantaranya: Dukun beranak, Dukun klenik, Dukun tenung, dan masih ada beberapa jenis Dukun yang lainnya berdasarkan kemampuan dan spesialisasinya.
Beberapa orang pada umumnya memiliki kebiasaan yaitu pergi untuk menemui Paranormal atau biasa juga disebut dengan nama “Dukun”, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh karena adanya latar belakang budaya yang cukup kuat mengenai kepercayaan yang kuat terhadap hal-hal yang berbau spiritual dan mistis. Ketika seseorang pergi ke Dukun, sebenarnya ia
(22)
3
telah menyerahkan dirinya secara mental, emosional dan bahkan spiritualnya (yang disebut keyakinan) kepada Mbah Dukun. Ia sangat yakin sangat yakin bahwa sang dukun dapat membantunya. Dalam kepasrahan total seperti itu, apapun yang diperintahkan oleh Mbah Dukun ia akan mematuhinya
Salah satu dari jenis Dukun yang sering ditemui adalah Dukun klenik, dukun klenik adalah Dukun yang biasanya membuat serta memberi guna-guna atau kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang yang menginginkannya.
Menurut Nirwanto Ki S. Hendrowinoto yang dikutip dalam Harian umum sore Sinar Harapan 2003, mengatakan bahwa ”Sejak republik ini lahir dunia ‘klenik’ sudah lebih dulu ada. Perkembangannya sangat pesat berbarengan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang masih percaya klenik karena dianggap cukup relevan dan bisa menjadi alternatif, jika dilihat dari populasinya, klenik juga tidak mau ketinggalan dengan perkembangan iptek. Coba kita lihat bagaimana klenik dikemas indah dengan pelbagai macam bingkai budaya. Tayangan di televisi dan media cetak juga ikut mendorong pertumbuhan klenik makin memasyarakat. Mulai dari pengobatan alternatif sampai pada teknik mencari jodoh dan persoalan umumnya. Terbukti perhatian sebagian masyarakat terhadap dunia klenik cukup besar. Mereka sangat percaya terhadap dunia gaib tersebut, bahkan sampai mengkultuskan kuburan kramat dan benda-benda yang bertuah. Hanya saja, klenik di jaman modern memiliki cara praktik yang berbeda dengan di masa lalu. Tidak lagi pakai kembang tujuh rupa atau kemenyan. Ada yang
(23)
memakai propaganda melalui iklan pariwara atau lewat getok tular dari mulut ke mulut.”.
Bagi beberapa orang dalam kaitannya menemui Dukun memiliki alasan serta motif yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lain, dalam hal ini salah satu faktornya disebabkan oleh karena masing masing orang memiliki permasalahan ataupun keinginan yang berbeda-beda. Di dalam pengertiannya, motif yang berasal dari kata bahasa Inggris oleh para ahli psikologi dinyatakan dengan berbagai istilah, seperti diantaranya adalah need, valence, drive, desire, dan want. Motif dapat didefinisikan sebagai suatu daya energi dari dalam yang membangkitkan, mengelola, memelihara, dan mengarahkan individu untuk melakukan suatu tindakan dalam upayanya mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan kepuasan kepada individu yang bersangkutan. Dalam hal ini motif apakah yang dimiliki atau ada dalam diri seseorang yang sehingga mengarahkan mereka untuk pergi menemui Dukun
Penulis dalam hal ini mempunyai keinginan untuk mencari tahu alasan sebenarnya atau yang menjadi latar belakang dari orang - orang memiliki kecenderungan menemui Dukun klenik sehingga memotivasi mereka untuk pergi untuk menemui Dukun klenik, atau dengan kata lain apakah yang sebenarnya hendak dicari oleh orang – orang tersebut dengan pergi menemui Dukun, sebab seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua orang yang pergi menemui Dukun tersebut memiliki kebutuhan yang mendesak atau benar-benar mebutuhkan bantuan, bisa saja orang tersebut hanya ingin iseng, atau
(24)
5
mencoba-coba saja menemui dukun. Jika benar demikian, maka apakah yang sebenarnya menjadi alasan atau latar belakang dari orang – orang tersebut sehingga memiliki dorongan untuk menemui Dukun.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah yang menjadi motif dan latar belakang dari seseorang untuk pergi menemui Dukun Klenik?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif dan latar belakang dari seseorang untuk pergi menemui Dukun klenik.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penyajian fakta-fakta dan pengetahuan di bidang Psikologi Sosial maupun Psikologi Budaya.
b. Hasil dariri penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang sosial, dan budaya.
(25)
2. Manfaat Praktis
a. Dapat dijadikan sebagai bahan refleksi diri bagi masyarakat Jawa pada umumnya mengenai motif mereka untuk menemui Dukun klenik.
b. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi khalayak mengenai fenomena yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat sekitarnya serta penyebab dari munculnya fenomena tersebut.
(26)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. MOTIF
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau
tenaga tersebut merupakan gerak jiwa atau jasmani untuk berbuat. Sehingga
motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia
untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan
tertentu (Psikologi Industri, 2003).
Motif yang berasal dari kata bahasa Inggris oleh para ahli psikologi
dinyatakan dengan berbagai istilah, seperti diantaranya adalah need, valence,
drive, desire, dan want. Chaplin (1997) mengartikan motif sebagai suatu
keadaan ketegangan di dalam individu yang digunakan untuk menimbulkan
faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola,
dan mengarahkan tingkah laku tertentu menuju pada satu tujuan atau sasaran.
Menurut Atkinson (Soeroso, 1997) motif merupakan kesiapsiagaan
ataupun disposisi yang mendorong dalam mengarahkan perilaku individu.
Menurut Mc Clelland (Soeroso, 1997) motif merupakan faktor internal yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengintegrasikan perilaku. Jadi dapat
dikatakan bahwa motif adalah suatu tenaga penggerak (drive) yang bisa dari
dalam ataupun dari luar diri individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai tujuan.
(27)
Di dalam buku Psikologi Industri (2003) dinyatakan bahwa ada
beberapa ciri-ciri daripada motif individu, antara lain :
1. Motif Adalah Majemuk
Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi
beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama
2. Motif Dapat Berubah-ubah
Motif bagi seseorang seringkali mengalami perubahan, ini
disebabkan karena keinginan manusia selalu berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan atau kepentingannya.
3. Motif Berbeda-beda bagi Individu
Masing-masing individu memiliki motif yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya meskipun mereka melakukan kegiatan yang sama.
4. Beberapa Motif tidak Disadari oleh Individu
Banyak tingkah laku manusia yang tidak disadari oleh pelakunya,
sehingga beberapa dorongan (needs) yang muncul seringkali karena
berhadapan dengan situasi yang kurang menguntungkan lalu ditekan di
bawah sadarnya. Dengan demikian seringkali kalau ada dorongan dari
dalam yang kuat sekali menjadikan individu yang bersangkutan tidak bisa
memahami motifnya sendiri.
Motif merupakan suatu dorongan yang menyebabkan seseorang
berbuat sesuatu atau melakukan tindakan tertentu (Handoko, 1992).
Selanjutnya Handoko menjelaskan bahwa berdasarkan asalnya, motif dapat
(28)
9
1. Motif Biogenetis
Motif bigenetis merupakan motif berasal dari kebutuhan –
kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya secara biologis. Motif ini
bersifat universal, artinya tidak terikat pada umur, jenis kelamin suku,
daerah dan lain – lain. Motif biogenetis juga tidak terikat pada lingkungan
kebudayaan tempat orang hidup dan berkembang. Yang termasuk didalam
golongan motif biogenetis adalah motif lapar, haus, seks, bernafas, dan
istirahat.
2. Motif Sosiogenetis
Motif sosiogenetis berasal dari lingkungan kebudayaan tempat
orang berada dan berkembang. Motif ini tidak bergantung pada keadaan
fisiologis individu, melainkan timbul sebagai akibat dari interaksi dengan
orang atau hasil kebudayaan. Dengan kata lain motif ini bergantung pada
lingkungan.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian motif adalah suatu dorongan atau penggerak yang menggerakkan
manusia untuk bertingkah laku menuju pada satu tujuan atau sasaran. Motif
antara satu individu dengan individu yang lain tidaklah selalu sama, dengan
kata lain motif antara individu yang satu berbeda dengan motif yang dimiliki
oleh individu yang lain. Berdasarkan asalnya motif dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu motif biogenetis yang bersumber pada kebutuhan organisme
(29)
bersumber dari lingkungan kebudayaan tempat orang yang bersangkutan
tinggal.
B. MOTIF SOSIOGENETIS
Dalam kuliahkomunikasi.com (2008), Motif sosiogenetis disebut juga
dengan motif sekunder, sedangkan motif primernya adalah motif biologis.
Motif sosiogenetis adalah motif yang berasal dari lingkungan kebudayaan
tempat orang tersebut berada dan berkembang. Motif ini timbul sebagai akibat
dari interaksi dengan orang atau hasil dari kebudayaan, dengan kata lain motif
ini bergantung pada lingkungan.
Dibawah ini adalah berbagai klasifikasi motif sosiogenetis menurut
beberapa tokoh:
1. W. I Thomas dan Znanieckci :
a. Keinginan memperoleh pengalaman baru
b. Keinginan untuk mendapatkan respon
c. Keinginan akan pengakuan
d. Keinginan akan rasa aman
2. David McClelland :
a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement)
b. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)
c. Kebutuhan berkuasa (need for power)
3. Abraham Maslow :
(30)
11
b. Kebutuhan akan keterikatan dan rasa cinta (belongingness and love
needs)
c. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
d. Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self actualization)
4. Melvin H. Marx :
a. Motif ingin tahu (curiosity)
b. Motif kompetensi (competence)
c. Motif prestasi (achievement)
5. Motif – motif sosial :
a. Motif kasih sayang (affiliation)
b. Motif kekuasaan (power)
c. Motif kebebasan (independence)
Berdasarkan kriteria diatas, motif sosiogenetis dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Motif ingin tahu :
Yaitu keinginan untuk mengerti, menata dan menduga. Setiap orang
berusaha untuk memahami dan memperoleh arti dari dunianya.
b. Motif kompetensi :
Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu untuk mengatasi
persoalan kehidupan apapun.
c. Motif cinta :
Yaitu keinginan untuk sanggup mencintai dan dicintai, hal ini adalah
(31)
d. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas :
Hal ini erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan
kemampuan dan memperoleh kasih sayang, yaitu merupakan kebutuhan
untuk menunjukan eksistensi di dunia ini.
e. Kebutuhan akan nilai, kedambaan, dan makna hidup :
Dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai – nilai
untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberi makna
pada kehidupannya.
f. Kebutuhan akan pemenuhan diri :
Kita bukan saja ingin mempertahankan hidup, kita juga ingin
meningkatkan kualitas kehidupan diri kita atau dengan kata lain kita ingin
memenuhi potensi – potensi yang kita miliki.
Secara garis besar motif sosiogenetis dapat dibagi menjadi dua, yaitu
motif darurat dan motif obyektif. Motif darurat muncul untuk menguasai /
menaklukan lingkungan, terutama untuk membela diri dalam keadaan darurat.
Sedangkan motif obyektif bertujuan semata – mata untuk berhubungan dengan
lingkungan dan muncul dalam keadaan tidak darurat. Yang termasuk motif
darurat adalah motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif untuk melawan,
motif untuk mrngatasi rintangan dan motif untuk mengejar. Sedangkan yang
dapat digolongkan kedalam motif obyektif adalah motif eksplorasi (motif
untuk memeriksa dan menyelidiki) dan motif manipulasi (motif untuk berbuat
(32)
13
Dari hasil penjelasan mengenai motif sosiogenetis diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa motif sosiogenetis merupakan motif sekunder yang
muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain atau
hasil dari kebudayaan, dan motif sosiogenetis ini sangat bergantung pada
lingkungan. Motif sosiogenetis dapat dibagi menjadi dua, yaitu motif darurat
dan motif obyektif. Motif darurat muncul untuk menguasai / menaklukan
lingkungan, terutama untuk membela diri dalam keadaan darurat. Sedangkan
motif obyektif bertujuan semata – mata untuk berhubungan dengan
lingkungan dan muncul dalam keadaan tidak darurat.
Dengan berdasarkan pada beberapa teori dari motif itu sendiri serta
kriteria dari motif itu sendiri, maka diharapkan dapat memudahkan peneliti
untuk mencari mengenai latar belakang atau hal – hal yang mendorong
seseorang untuk menemui dukun, selain itu juga dapat memudahkan peneliti
untuk mengkategorikan pernyataan – pernyataan dari responden nantinya yang
dapat dimasukkan kedalam kategori motif seseorang dalam kaitannya dengan
menemui dukun.
C. MASYARAKAT JAWA
Jawa adalah kelompok etnik terbesar di Asia Tenggara. Etnik ini
berjumlah kurang lebih empat puluh persen dari dua ratus juta penduduk
Indonesia (Mulder, 2001). Pembahasan mengenai masyarakat Jawa tidak
dapat dilepaskan dari pengertian mengenai siapakah orang Jawa itu sendiri.
(33)
dengan pusat kebudayaan berkiblat pada Kesultanan Ngayogyakarta dan
Kasunanan Surakarta. Meskipun sebagian orang Jawa sudah ada yang
berdomisili di daerah lain, namun sebagian tata cara kehidupannya baik cara
berpikir, berperasaan masih tetap menggunakan pola Jawa, dan mengaku
sebagai orang Jawa karena tetap menghayati hidup dengan budaya Jawa.
Orang Jawa adalah orang yang berbahasa ibu bahasa Jawa yang
didalam tata hidupnya masih berpedoman pada nilai – nilia luhur budaya Jawa
( Hadiatmaja dan Kuswa Endah, 2008)
Secara Antropologi budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut suku
bangsa Jawa adalah orang – orang yang secara turun temurun menggunakan
bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya dalam kehidupan sehari – hari
serta berasal dan bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur
(Herusatata, 1983).
Masyarakat adalah istilah sebagai terjemahan istilah bahasa inggris
”sociaty” yang berasal dari bahasa latin ”socius” yang berarti kawan. Kata
”masyarakat” berasal dari bahasa Arab ”Musyaraka” yang artinya saling
bergaul. Menurut KUBI masyarakat adalah sekumpulan individu yang saling
berinteraksi secara kontinue yang memiliki norma, aturan, adat istiadat dan
hukum untuk mengatur ola tingkah lakunya dan memiliki rasa identitas yang
kuat yang mengikat semua anggotanya.
Dari pengertian masyarakat tersebut, maka yang disebut masyarakat
Jawa adalah sekelompok orang atau individu yang berbahasa ibu Jawa yang
(34)
15
dan adat istiadat Jawa sebagai pengatur pola tingkah lakunya dan memiliki
identitas yang kuat yang mengikatnya.
Masyarakat Jawa sebelum mengenal agama mempunyai sistem
kepercayaan yang berkaitan dengan animisme dan dinamisme. Kepercayaan
tersebut begitu lekat didalam kehidupan masyarakat Jawa, bahkan sampai
sekarang masih ada yang menganutnya. Sejarah perkembangan religi orang
Jawa telah dimulai sejak zaman pra sejarah, di zaman pada waktu nenek
moyang orang Jawa beranggapan bahwa semua benda yang ada di
sekelilingnya mempunyai nyawa, dan semua yang bergerak dianggap hidup
dan mempunyai kekuatan gaib atau mempunyai roh yang berwatak baik
maupun jahat (Herusatoto, 1987).
Dalam ilmu gaib sering terdapat konsepsi-konsepsi ajaran-ajarannya;
ilmu gaib juga mempunyai sekelompok manusia yang yakin dan menjalankan
ilmu gaib itu untuk mencapai suatu maksud. Kecuali itu, upacara ilmu gaib
juga mempunyai aspek-aspek yang sama artinya, ada pemimpin atau
pelakunya, yaitu yang disebut dengan dukun (Koentjaraningrat, 1990).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang disebut
masyarakat Jawa adalah orang – orang yang lahir dan menetap di pulau Jawa
sejak lama dan sudah turun temurun berada di tanah Jawa. Berdasarkan
kebudayaannya, orang Jawa termasuk orang yang gemar mencari kenikmatan
(pleasure) baik yang bersifat material maupun spiritual. Untuk mencapai
(35)
yang harus ditempuh, dan untuk melakukan upacara mistik tersebut biasanya
dipimpin oleh seorang dukun.
D. DUKUN
Dukun adalah seseorang yang membantu masyarakat dalam upaya
penyembuhan penyakit melalui tenaga supranatural. Dukun adalah sebutan
untuk mereka dalam bahasa Indonesia, di luar negeri mereka disebut dengan
bermacam – macam nama: Witch, Clairvoyant, Fortune Teller (Inggris),
Macumba, Xango (Brazil), Obeah, Santeria (Jamaika), Voodoo ( Afrika
bagian timur yang berkembang pula hingga dengan Haiti di kepulauan
Karibia) (http://id.wikipedia.org/wiki/Dukun).
Mulder mendefinisikan Dukun sebagai seorang pada dasarnya adalah
cenayang orang – orang kesurupan, yang dikuasai oleh para arwah, dan yang
menjalin hubungan dengan kekuatan – kekuatan gelap ilmu hitam. Kekuatan
mereka berasal dari luar, tak ada kekuatan yang mengakar dalam diri mereka.
Lebih dari itu, mereka menjalankan kemahirannya karena bayaran. Mereka tak
bersih dari pamrih sebagaimana layaknya guru mistik (Mulder, 2001).
Mistik perdukunan Jawa sudah mengekar di tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Definisi “Dukun” versi Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :
“Orang yang pekerjaannya menolong orang susah dan sakit, mengobati, memberi jampi-jampi dan mantra, dan konon, diantaranya melakukan kegiatannya lewat kemampuan tenaga gaib”.. Di dalam kamus juga disebutkan bahwa ada beberapa macam dukun, seperti diantaranya :
(36)
17
1. Dukun Beranak
Yaitu dukun yang pekerjaannya membantu para perempuan yang
sedang hamil untuk melakukan proses kelahiran.
2. Dukun Klenik
Yaitu dukun yang biasanya membuat serta memberi guna-guna
atau kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang yang
menginginkannya.
3. Dukun Tenung
Yaitu dukun yang memiliki kemampuan atau mampu
menggunakan kekuatan gaib yang dimilikinya terhadap manusia.
Dalam kaitannya dengan hal ini wejangan dari seorang dukun dapat
senantiasa menjadi pertimbangan utama bagi orang Jawa didalam
memutuskan suatu perkara yang sangat penting didalam kehidupannya sebab
bagi beberapa masyarakat Jawa, mereka beranggapan bahwa dukun
merupakan konsultan spiritual yang dianggap sebagai orang tua, sesepuh, atau
pepundhen yang waskitha ngerti sadurunge winarah (Purwadi, 2004).
Orang Jawa sangat yakin bahwa kemampuan serta ketrampilan yang
dimiliki oleh seorang Dukun hanya dapat diperoleh dengan melakukan disiplin
yang ketat dan bertapa. Karena itu orang yang menjadi Dukun sering
menjalankan puasa, bersemadi dan melakukan lathan – latihan kebatinan
lainnya. Cara – cara inilah yang terutama membuat orang percaya seorang
(37)
beredar mengenai kekuatan sakti seorang Dukun tertentu, membuatnya
terkenal (Hadiatmaja & Endah, 2008).
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukun merupakan
seseorang yang bekerja membantu orang lain dengan cara memberi jampi –
jampi (doa – doa) atau mantra, atau bahkan dengan kekuatan supranatural.
Masyarakat Jawa menganggap dukun sebagai orang tua, sesepuh, atau
pepundhen, serta memiliki kekuatan yang luar biasa sehingga wejangan dari
dukun senantiasa dijadikan pertimbangan utama.
E. DUKUN KLENIK
Pada subbab sebelumnya telah diuraikan penjelasan secara umum
mengenai dukun dan juga beberapa macam atau jenis dukun menurut
spesialisasinya, salah satu diantaranya adalah dukun klenik. Dalam hal ini
peneliti ingin memfokuskan kepada dukun klenik, sebab peneliti melihat
bahwa ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap dunia klenik cukup besar.
Menurut Nirwanto Ki S. Hendrowinoto yang dikutip dalam Harian
umum sore Sinar Harapan 2003, mengatakan bahwa ”Sejak republik ini lahir
dunia ‘klenik’ sudah lebih dulu ada. Perkembangannya sangat pesat
berbarengan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang masih
percaya klenik karena dianggap cukup relevan dan bisa menjadi alternatif, jika
dilihat dari populasinya, klenik juga tidak mau ketinggalan dengan
perkembangan iptek. Coba kita lihat bagaimana klenik dikemas indah dengan
(38)
19
ikut mendorong pertumbuhan klenik makin memasyarakat. Mulai dari
pengobatan alternatif sampai pada teknik mencari jodoh dan persoalan
umumnya. Terbukti perhatian sebagian masyarakat terhadap dunia klenik
cukup besar. Mereka sangat percaya terhadap dunia gaib tersebut, bahkan
sampai mengkultuskan kuburan kramat dan benda-benda yang bertuah. Hanya
saja, klenik di jaman modern memiliki cara praktik yang berbeda dengan di
masa lalu. Tidak lagi pakai kembang tujuh rupa atau kemenyan. Ada yang
memakai propaganda melalui iklan pariwara atau lewat getok tular dari mulut
ke mulut.”.
Dukun klenik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
merupakan dukun yang biasanya membuat serta memberi guna-guna atau
kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang yang menginginkannya.
Dikutip dari dalam bukunya yang berjudul “Javanese Ethics and
World-View”, Frans Magnis Suseno mengatakan : Sosrosudigdo defines
klenik as “those evil practise which are directed by the lower passions to material goods and devilish powers.”klenik is exertion to achieve inner strength but from impure motives, namely, to use such powers in the service of one’s own self-interest, or to bring harm to others. Klenik is egoistical, anti-social and, therefore, objectionable. The practice of klenik is forbidden by government regulation in Indonesia and the many kebatinan movements are observed closely by the government to ensure that no-one practices klenik.”. Frans Magnis Suseno menyatakan bahwa klenik digunakan untuk
(39)
murni, yaitu, untuk menggunakan kekuatan –kekuatan dalam/untuk melayani
kepentingan pribadi seseorang, atau untuk menyakiti orang lain. Klenik adalah
egoistis, anti-sosial dan, oleh karena itu tidak dapat disetujui. Praktek klenik
dilarang oleh peraturan pemerintah di Indonesia dan banyak pergerakan
kebatinan diamati dengan ketat oleh pemerintah untuk memastikan tidak
adanya praktek klenik.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia
pada masa sekarang ini masih memliki ketertarikan yang cukup besar terhadap
dunia klenik. Dukun klenik adalah merupakan seseorang yang dapat
memberikan guna – guna atau kekuatan gaib kepada orang lain. Kekuatan
yang tersebut berasal dari motif yang tidak murni, yaitu kekuatan untuk
melayani kepentingan pribadi seseorang, atau digunakan untuk menyakiti
orang lain.
F. ASUMSI ORANG PERGI KE DUKUN
Dari hasil cari Google, mayoritas orang – orang pergi ke dukun untuk
mencari solusi. Dari sekedar sakit, rejeki seret, terkena penipuan, hingga
mengatasi masalah dalam rumah tangga. Pada situs PenulisLepas.com
disebutkan bahwa konon, Soeharto bisa mempertahankan kekuasaan selama
32 tahun lamanya, sering dikaitkan dengan faktor keberuntungan.
Keburuntungan yang disebakan mau nglakoni (mengamalkan) ilmu-ilmu
klenik yang telah diwariskan nenek moyangnya. Dalam ajaran klenik banyak
(40)
21
segala sesuatu. Mempertimbangkan baik-buruk, selalu bersikap eling lan
waspodo (ingat dan hati-hati) dalam menentukan masa depan dirinya.
Orang - orang yang percaya pada dukun dan yang menemui dukun
tidaklah dari beberapa kalangan orang saja, melainkan dari berbagai macam
kalangan orang, baik dari kalangan orang yang tingkat ekonomi rendah hingga
tingkat ekonomi tinggi, dari kalangan orang rendah hingga dari kalangan
orang tinggi yang memiliki kedudukan dan jabatan. Orang – orang tersebut
memiliki alasan tersendiri dalam kaitannya dengan menemui dukun, dari hasil
diskusi sementara peneliti dengan beberapa orang yang pernah menemui
dukun terdapat beberapa jawaban mengenai alasan orang menemui dukun, ada
yang mengatakan bahwa orang tersebut menemui dukun dengan alasan
usahanya atau bisnisnya selalu lancar, ada yang ingin dapat memperoleh
kedudukan atau kekuasaan, ada ingin menyelesaikan permasalahan dalam
keluarga, bahkan ada yang ingin memperoleh ilmu “kanuragan” atau ilmu
kebal, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa dirinya hanya sekedar iseng
(41)
Gambar bagan 1 : Asumsi orang menemui Dukun
G. PERTANYAAN PENELITIAN
Setelah melihat pernyataan dari beberapa teori diatas, maka yab\ng
akan menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Pertanyaan Umum
a. Apa yang menjadi motif dan latar belakang seseorang dalam
menemui Dukun, terutama Dukun Klenik ?
2. Pertanyaan Khusus
a. Apa alasan seseorang menemui Dukun klenik ?
b. Mengapa seseorang memilih untuk menemui Dukun Klenik ?
c. Bagaimana cara seseorang dapat mengenal Dukun Klenik yang
ditemui ?
Individu
kebutuhan
Mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan
Menemui Dukun
(42)
23
d. Apa yang dirasakan seseorang ketika bertemu atau berhadapan
dengan Dukun Klenik ?
e. Adakah perubahan dalam diri mereka setelah bertemu dengan
Dukun Klenik, dan menjalankan wejangan atau syarat yang
(43)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif eksploratif, penelitian kualitatif
yaitu merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur statistik
atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif
yaitu penelitian yang menekankan pada analisis hubungan antar fenomena
yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah, cara-cara berpikir formal
dan argumentatif. (Azwar, 1997).
Menurut Sugiono (Meinita,2003), penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran
terhadap satu obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai
mana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku secara umum. Mardalis (Meinita,2003), mengatakan bahwa penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan, mencatat,
menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi – kondisi yang sekarang ini
terjadi atau ada. Penelitian deskriptif ini tidak menguji atau menggunakan
hipotesa, tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai variabel
yang diteliti.
(44)
25
Menurut Arikunto (1996), penelitian yang menggunakan metode
deskriptif yaitu jenis penelitian non hipotesis yang bertujuan untuk
menggambarkan keadaan atau fenomena tertentu untuk diangkat dan di
paparkan hasilnya dengan perolehan data yang berupa data kualitatif.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk:
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada.
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek –
praktek yang berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi.
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputsan pada waktu yang akan datang.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif dengan tujuan peneliti dapat memperoleh hasil –
hasil dari interviev yang tidak dapat diperoleh atau tidak bisa didapatkan jika
menggunakan penelitian kuantitatif, selain itu peneliti juga bisa
mendeskripsikan suatu fenomena yang sedang terjadi tanpa perlu melakukan
analisis dan perbandingan. Tetapi disamping itu semua, peneliti memilih
menggunakan metode kualitatif disebabkan karena meneliti ingin memperoleh
suatu hasil dimana hasil tersebut juga mengungkapkan mengenai perasaan
atau apa yang dirasakan oleh subyek, dan hal tersebut tidak dapat ditemukan
(45)
B. Definisi Operasional B.1. Motif
Motif adalah suatu dorongan atau penggerak yang menggerakkan
manusia untuk bertingkah laku menuju pada satu tujuan atau sasaran. Motif
terbagi menjadi dua, yaitu motif biogenetis dan motif sosiogenetis.
Motif sosiogenetis Merupakan motif yang berasal dari lingkungan
kebudayaan tempat orang tersebut berada dan berkembang. Motif ini timbul
sebagai akibat dari interaksi dengan orang atau hasil dari kebudayaan, dengan
kata lain motif ini bergantung pada lingkungan.
Beberapa ciri-ciri dari motif, antara lain :
1. Motif Adalah Majemuk
Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi
beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama
2. Motif Berbeda-beda bagi Individu
Masing-masing individu memiliki motif yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya meskipun mereka melakukan kegiatan yang sama.
B.2. Dukun Klenik
Dukun merupakan seseorang yang bekerja membantu orang lain
dengan cara memberi jampi – jampi (doa – doa) atau mantra, atau bahkan
dengan kekuatan supranatural.
Dukun klenik yaitu merupakan dukun yang biasanya membuat serta
memberi guna-guna atau kekuatan kekuatan gaib lainnya kepada orang-orang
(46)
27
C. Subyek Penelitian
Patton (dalam Poerwandari, 1998:54) mengatakan bahwa perbedaan
penelitian kuantitatif dengan kualitatif sangatlah jelas terlihat pada cara
pengambilan sampelnya. Suatu penelitian kualitatif dapat saja meneliti secara
mendalam kasus tunggal (n = 1) yang dipilih secara purpusif. Sementara itu,
penelitian kuantitatif menggantungkan diri pada jumlah sampel yang lebih
banyak, dengan tehnik pengambilan sampel yang juga berbeda. Pengambilan
sampel pada penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dengan
tujuan penelitian.
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang
menemui dukun dengan karakteristik antara lain orang – orang tersebut
bertempat tinggal di kota Solo dan merupakan orang asli Solo dengan kata lain
orang tersebut lahir di kota Solo, selain itu subyek adalah orang-orang yang
sering pergi untuk menemui dukun atau memiliki prosentase yang cukup
sering menemui dukun serta orang-orang yang memiliki pengalaman terhadap
dukun. Pengertian sering disini dapat dikatakan subyek tersebut menemui
dukun minimal 3 – 4 kali dalam satu bulan, atau kurang lebih sekali dalam
satu minggu.
Subyek dalam penelitian ini dipilih yang berasal dari kota Solo
dikarenakan kota Solo merupakan kota yang masih memegang dan
menjunjung kebudayaan dengan pusat kebudayaannya berkiblat pada Kraton
Kasunanan Surakarta. Orang – orang dikota Solo masih memegang tradisi
(47)
Metode pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan metode
bola salju (snow ball) atau berantai. Pengambilan sample dilakukan secara
berantai dengan meminta informasi pada orang lain yang telah diwawancarai
atau dihubungi sebelumnya, sedemikian seterusnya. Peneliti bertanya pada
subyek penelitian tentang nara sumber lain yang penting atau harus dihubungi.
Subyek dalam penelitian ini ditetapkan sejumlah 3 (tiga) orang subyek.
Peneliti menetapkan jumlah subyek tersebut disebabkan oleh karena dalam
penelitian ini difokuskan pada pencarian motif atau latar belakang seseorang
menemui dukun yang sifatnya lebih subyektif dan bukan pada proses
generalisasi, selain itu peneliti merasa bahwa dari ketiga subyek tersebut
sudah cukup dapat mewakili untuk mencari tahu mengenai motif seseorang
dalam menemui dukun. Dari wawancara tersebut nantinya diharapkan hasil
yang diperoleh dapat lebih memfokuskan pada menemukan motif yang
mendorong subyek tersebut untuk menemui dukun.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode interview atau wawancara. Menurut Banister
(1994), wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti
bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna – makna subyektif
(48)
29
melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat
dilakukan melalui pendekatan lain. (Poerwandari, 2005).
Menurut Koentjaraningrat (1977:162), metode wawancara atau
interview mencangkup cara yang digunakan oleh seseorang untuk tujuan suatu
tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan
dari seseorang responden dengan bercakap – cakap dan berhadapan muka
dengan orang tersebut.
Wawancara menurut Nasution (2988:69), wawancara adalah cara
untuk mengetahui bagaimana persepsi responden tentang dunia kenyataan
dengan cara berkomunikasi dengannya. Wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
atau pedoman wawancara (Nasir, 1999:234)
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode wawancara adalah merupakan suatu proses tanya jawab secara lisan
dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Metode wawancara
bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari
responden, serta untuk mengetahui bagaimana persepsi responden tentang
dunia kenyataan dengan cara bercakap – cakap atau berkomunikasi secara
langsung dengan responden, dan juga bermaksud untuk memperoleh
(49)
berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi
terhadap isu tersebut.
E. Pedoman Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
dengan menggunakan pedoman umum. Dalam proses wawancara ini, peneliti
dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu
– isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan – urutan pertanyaan, bahkan
mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan
untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek – aspek yang harus dibahas,
sekaligus menjadi daftar pengecekan (check list) apakah aspek – aspek relevan
tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian, peneliti
harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara
konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan
konteks aktual saat wawancara berlangsung. Wawancara dengan pedoman
umum ini dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang
mengarahkan pembicaraan pada hal –hal atau aspek –aspek tertentu dari
pengalaman subyek.
Yang dijadikan dasar dari pembuatan pertanyaan adalah motif dari
orang – orang yang menemui dukun, terutama dukun klenik. Motif ini
berdasarkan pada pengertian dari teori motif, terutama mengenai motif
(50)
31
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dijadikan pedoman yang
akan diajukan kepada sumber atau informan:
1. Seberapa seringkah anda menemui dukun?
2. Bagaimana cara anda mengenal dukun yang anda temui?
3. Biasanya anda menemui dukun dengan tujuan untuk apa? Apakah ada
kaitannya dengan kehidupan sosial anda?
4. Seberapa percayakah anda terhadap dukun yang anda temui?
5. Mengapa anda memilih untuk menemui dukun? Apakah ada dorongan dari
orang disekitar anda yang mendorong anda untuk menemui dukun?
6. Apakah yang anda rasakan ketika bertemu atau berkonsultasi dengan
dukun?
7. Apakah anda merasakan adanya perubahan setelah anda menjalankan
perintah atau wejangan dari dukun tersebut? (Terutama berkaitan pada
masalah yang sedang anda hadapi).
F. Analisis Data
Analisis data digunakan untuk mencari dan menata secara sistematis
catatan dari hasil wawancara dan hasil observasi. Dalam hal ini analisis data
ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai latar belakang
seseorang menemui dukun dan kemudian menyajikannya sebagai temuan bagi
orang lain yang berkepentingan.
Menurut Miles dan Huberman (1992), teknik analisis data kualitatif
(51)
saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang
sejajar untuk membangun suatu analisis, yaitu :
1. Reduksi data yang meliputi proses pemilihan, pemuatan perhatian dan
penyederhanaan, pengabsrtakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan tertulis maupun rekaman dilapangan.
2. Penyajian data, yaitu merupakan sekumpulan data yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan (verifikasi), yaitu pengambilan kesimpulan dari
obyek penelitian berdasarkan penyajian data.
G. Keabsahan Data atau Verifikasi Data
Proses verifikasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
intersubjective validity, yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman peneliti dengan pemahaman responden melalui interaksi sosial timbal balik
(back-and-forth) (Creswell, 1998). Dalam hal ini setelah tahap-tahap analisis data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu dengan membagikan salinan
deskripsi kepada responden agar responden dapat memberikan masukan atau
tambahan masukan atau pembetulan. Kemudian dari situ peneliti dapat
merevisi lagi pernyataan sintesisnya. Setelah verifikasi selesai, maka peneliti
(52)
BAB IV PELAKSANAAN
DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti melibatkan 3 orang
responden yang dimana ketiga responden tersebut merupakan orang – orang
yang memiliki pengalaman tarhadap Dukun atau pernah bertemu dengan
Dukun. Pemilihan responden dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria
tertentu dimana responden merupakan seorang yang bertempat tinggal di kota
Solo dan merupakan orang asli Solo dengan kata lain orang tersebut lahir di
kota Solo, selain itu subyek adalah orang-orang yang sering pergi untuk
menemui dukun atau memiliki prosentase yang cukup sering menemui dukun
serta orang-orang yang memiliki pengalaman terhadap dukun.
Dalam proses pengambilan datanya, penelitian ini menggunakan
metode wawancara dimana dalam setiap wawancara peneliti menggunakan
alat perekam (recorder) yang dimana dari hasil rekaman tersebut kemudian
akan ditranskrip secara verbatim. Dalam setiap sebelum memulai wawancara,
peneliti terlebih dahulu membina rapport dengan para responden. Pemberian
raport dilakukan dengan tujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan
dari penelitian ini sehingga responden dapat memberikan pernyataan atau
jawaban yang sesuai dengan yang hendak peneliti cari dalam penelitian ini,
(53)
selain itu juga supaya dalam proses pengambilan data dapat terlaksana dengan
baik dan dapat menghasilkan data yang optimal.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu dan tempat pengambilan data dalam penelitian ini disesuaikan
dengan waktu yang telah disepakati antara subyek dengan peneliti
sebelumnya, dimana peneliti membuat janji sebelumnya dengan subyek
mengenai kapan subyek memiliki waktu luang untuk melakukan wawancara.
Berikut adalah rincian waktu dan tempat pelaksanaan wawancara :
Subyek I :
Nama : TS
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal wawancara : 12 April 2009
Lokasi wawancara : Rumah peneliti
Subyek II :
Nama : NI
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal wawancara : 17 April 2009
Lokasi wawancara : Rumah subyek
Subyek III :
Nama : IT
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Tanggal wawancara : 27 April 2009
(54)
35
B. Deskripsi Dukun yang Ditemui dan Subyek Penelitian 1. Deskripsi Dukun yang Ditemui
Dukun yang ditemui oleh para subyek dalam penelitian ini sangat
beragam disesuaikan dengan kebutuhan yang hendak dicapai oleh para subyek
penelitian. Sebagai gambaran mengenai salah seorang Dukun yang ditemui
oleh subyek dalam penelitian ini, Dukun tersebut bernama MG.
Usia MG kurang lebih antara 47-48 tahun. Kediaman MG berada di
daerah Boyolali yang tempatnya tidak begitu jauh dari kota Solo. MG
memiliki pekerjaan yang lain selain profesinya sebagai seorang dukun, atau
dengan kata lain profesi sebagai Dukun bukanlan pekerjaan yang utama.
Pekerjaan lain yang dimilikinya adalah seorang distributor makanan ringan,
disamping itu MG juga memiliki sebuah rumah makan yang dikelolanya
sendiri.
MG sering melakukan ritual di daerah pantai Tuban, disamping
melakukan ritual MG biasanya sering melakukan kegiatan kumpulan bersama
dengan orang – orang yang biasa disebutnya sebagai murid yang
mempercayainya pada saat hari - hari besar, seperti misalnya pada saat malam
satu Sura, malam tahun baru dan setiap malam selasa Kliwon.
Dalam prakteknya membantu memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi oleh klien atau muridnya, biasanya seorang MG merapalkan mantera
– mantera atau doa – doa yang kemudian diberikan kepada klien atau
(55)
mengajukan syarat – syarat yang sekiranya harus dijalankan oleh klien atau
muridnya jika ingin keinginan mereka tersebut terkabul.
2. Deskripsi Subyek Penelitian
2.a. Subyek I
Subyek adalah seorang ibu rumah tangga. Dalam kesehariannya
subyek adalah seorang pedagang batik, subyek memiliki sebuah kios batik di
dalam pasar Klewer di kota Solo. Subyek lahir dan besar di lota Solo, dan
memiliki 2 orang anak, anak yang pertama saat ini bekerja di sebuah
perusahaan di Jakarta, sedangkan anak yang kedua tinggal bersama subyek.
Subyek mulai mengenal Dukun semenjak setelah suami dari subyek
meninggal, yaitu kira – kira 17 tahun yang lalu.pada awalnya subyek
mengenal dukun yang ditemui tersebut melalui adik dari subyek yang dimana
sebelumnya sudah mengenal dukun tersebut. Latar belakang subyek menemui
Dukun yaitu subyek merasa dirinya hampa dan tidak berarti lagi semenjak
suaminya meninggal.
2.b. Subyek II
Subyek adalah seorang ibu rumah tangga dimana dalam kesehariannya
subyek banyak menghabiskan waktunya dirumah atau mengikuti kemana
suaminya pergi, kebetulan suami dari subyek masih merupakan keluarga dari
(56)
37
Dalam menemui seorang Dukun, subyek biasanya dikenalkan oleh
kerabat, atau orang terdekat dari subyek. Selain itu dukun yang subyek temui
tidak hanya satu orang dukun saja, melainkan subyek menemui banyak macam
Dukun sesuai dengan spesialisasi atau kemampuan dari Dukun tersebut, selain
itu juga tergantung pada kebutuhan dari subyek.
2.c. Subyek III
Subyek dalam kesehariannya bekerja sebagai pegawai negeri di salah
satu kantor departemen milik pemerintah. Selain sebagai pegawai negeri,
subyek juga merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki 2 orang
anak.
Di lihat dari segi kehidupan ekonominya, subyek termasuk sebagai
seorang yang berkecukupan,atau dengan kata lain subyek tidak mengalami
kakurangan dari segi materi. Hal ini dikarenakan selain menjadi pegawai
negeri, subyek juga memiliki usaha dagang sampingan.
Dalam hubungannya dengan Dukun, subyek pergi menemui Dukun
hanya jika subyek memiliki suatu masalah yang dirasa sulit untuk dicari
pemecahan masalahnya. Tetapi meskipun demikian subyek tidak pernah
berusaha atau mencoba untuk mencari Dukun sendiri, subyek biasanya
(57)
C. Hasil Analisis Data
1. Narasi Subyek
a. Subyek I
Dalam menemui Dukun, subyek memiliki intensitas yang
cukup sering. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan subyek dimana
subyek rutin dalam menemui Dukun, yaitu hampir setiap hari.
Ya… kadang–kadang, yaa.. dua bulan sekali. Dulu, dulu waktu saya kena masalah tuh ya setiap hari, kadang-kadang khan mencari ketenangan gitu. (1-3)
Subyek mengenal Dukun yang ditemuinya dengan cara
dikenalkan oleh saudara dari subyek yang sebelumnya juga sudah
pernah menemui Dukun tersebut. Subyek tidak mencari dukun itu
sendiri, malainkan subyek diajak dan dikenalkan kepada Dukun
tersebut oleh saudaranya.
Ya dari saudara, dikenalin sama saudara. Ndak, ndak mencari. Diajak. (4-5)
Tujuan subyek menemui Dukun adalah untuk mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi oleh subyek. Permasalahan yang
dihadapi oleh subyek adalah semenjak ditinggal mati oleh suaminya
subyek merasa dirinya kesepian, dan tidak memiliki gairah untuk
hidup lagi.
Yaa.. waktu itu khan suami habis meninggal, trus sedih gitu lho, wis pokoke mbebeg gitu lho, wis anu masalahnya itu judeg gitu lho, trus udah nggak ada gairah untuk hidup gitu lho, wis rasane itu wis kepingin nyusul gitu lho. Lha terus itu ada adik saya yang sudah jadi muridnya sana, aku diajak kesana trus ya di.. diomong-omongi gitu kok ning ati kok penak gitu lho.
(58)
39
Yaa… kesana sendiri itu ya sudah seperti saudara sendiri malahan he em gitu. lho..
Tujuannya ya cuma mencari ketenangan. (6-14)
Dalam tingkat kepercayaannya terhadap Dukun, subyek
sebenarnya kurang begitu percaya terhadap Dukun tersebut. Hal
tersebut dapat dilihat dari cara subyek menjalankan syarat – syarat atau
wejangan- wejangan yang diberikan Dukun tersebut kepada subyek,
subyek hanya menjalankannya jika syarat tersebut tidak terlalu berat.
Subyek juga menyatakan dirinya menemui Dukun, tujuan sebenarnya
hanya untuk mencari teman saja.
Aku sebetulnya nggak begitu percaya ya.. kayak gitu itu, ya mung.. kayak golek konco ya kalo saya ya..
Ya.. wejangan-wejangan itu kalo sing enteng-enteng ya tak jalani, kalo sing berat ya enggak.. hehe.. (26-29)
Alasan subyek memilih menemui Dukun adalah dikarenakan
subyek terbawa oleh saudaranya yang mengajak subyek untuk
menemui dukun tersebut. Subyek tidak mencari alternatif yang lain
karena subyek merasa dirinya kurang pergaulan dan sedikit teman,
sehingga subyek tidak memiliki alternatif yang lainnya. Subyek juga
mengatakan bahwa seyelah menemui Dukun tersebut subyek merasa
seperti ada ketergantungan untuk selalu menemui Dukun tersebut.
Ya… kedukun itu terbawa saudara itu lho, trus saat itu khan aku nggak punya temen,
temen nggak ada, nggak banyak bergaul gitu lho. Kurang pergaulan mungkin ya..
Nggak, belum sampai kesana ya. Tapi biasanya kalo gitu itu trus kayak ketergantungan.
Ya ketergantungan kalo nggak kesana kayak pingin kesana hehe… kalau ada masalah kalau nggak bilang kesana itu kok kayak belum plong gitu lho. Kalau udah menyampaikan ya udah, trus ada solusinya harus begini-begini gitu lho. (16-25)
(59)
Pada saat menemui Dukun atau pada saat subyek berhadapan
dengan Dukun tersebut, subyek merasa dirinya tenang dan nyaman,
seolah – olah ada yang melindungi diri subyek.
Ayem ya.. ya ayem, kayaknya kayak ada yang ngelindungi gitu lho.. khan kalo ada masalah, tanya kesitu.. trus dikasih solusi tho.. ya trus kita tenang gitu.. ya cuma itu.. (37-39)
Setelah menemui Dukun, subyek merasakan adanya perubahan
yang terjadi dalam diri subyek. Perubahan yang terjadi yang dirasakan
dalam diri subyek yaitu antara lain subyek menjadi lebih tenang, sabar,
dan menjadi lebih percaya diri.
Ada.. ya jadi tenang, sabar,ya trus jadi percaya diri gitu lho.. kalo dulu enggak, tidur aja susah..gak isa tidur..
Pengalaman apa ya.. ya anu.. ya kalo setiap kesana itu kok ayem gitu lho ya cuma itu.. ya kalo setiap dibilangin kamu harus begini, tak tindakke koy.. kok ya betul gitu lho..
kurang percaya diri, labil banget gitu.. terus jadi tenang, semeleh. (40-45)
b. Subyek 2
Dari pernyataan subyek diketahui bahwa subyek memiliki
intensitas yang tdak terlalu sering menemui Dukun, subyek
mengatakan bahwa subyek menemui Dukun hanya pada saat subyrk
memiliki masalah dan subyek meminta bantuan Dukun tersebut untuk
membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh subyek.
Selain unutk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, terkadang
subyek menemui dukun untuk menambah wawasan bagi diri subyek.
Kalau saya pergi ke orang pintar pastinya kalau saya mempunyai masalah, atau kesana dalam rangka sharing, mencari wawasan gitu.
Oh tidak rutin. Pada saat tertentu, atau dalam kondisi yang darurat.
(60)
41
Darurat itu ya seumpama sekarang..ee.. seumpama kita percaya ee.. ada sesuatu yang bisa membantu kita misalnya kita berobat, itu.. itu sebenernya kita tahu paling afdol itu kalo kita kedokter, jelas.. tapi khan kadang-kadang kita ada rasa percaya kepada dukun atau orang pinter. (4-11)
Dari cara subyek mengenal Dukun yang ditemui, subyek
mengatakan bahwa dirinya diberi tahu oleh orang lain mengenai
Dukun tersebut, atau ada yang mengenalkan subyek dengan Dukun
yang ditemui tersebut. Subyek menambahkan bahwa dirinya tidak
pernah berusaha untuk mencari Dukun yang hendak ditemui tersebut
sendiri, sebab biasanya subyek diajak oleh orang lain yang mengenal
Dukun tersebut sebelumnya.
Ya saya kalo ketempat orang pinter atau dukun itu biasanya ada yang ngasih tahu, ada yang mengenalkan, atau ya ada yang membawa kesana.
oo.. tidak pernah..tidak pernah.. Ada perantara lah, kira-kira begitu.
Tidak,,tidak.. jadi seumpama, oh disana ada orang pinter nambani, nah kita baru kesana, atau saya kalo kesana saya memang dikenalkan..gitu... (19-24)
makanya saya tadi biasanya saya dikenalken orang, atau saya dibawa kesana orang, gitu.. ada perantara lah pokoknya, ada orang ketiga, ada orang kedua, ketiga. (41-43)
tujuan subyek menemui dukun adalah untuk mensharingkan
masalah yang sedang dihadapi oleh subyek, masalah tersebut adalah
berupa masalah pribadi subyek yang dirasakan oleh subyek untuk diri
subyek sendiri, dan juga masalah keluarga dimana subyek
mengingnkan keluarganya dapat bahagia dan sejahtera. Disamping
untuk mensaringkan masalah yang sedang dihadapi, tujuan subyek
menemui Dukun adalah untuk menambah pengetahuan dimana dalam
(61)
atau indra ke enam atau Dukun tersebut dapat melihat sesuatu dimana
orang lain tidak dapat melihatnya.
Kalau saya pergi ke orang pintar pastinya kalau saya mempunyai masalah, atau kesana dalam rangka sharing, mencari wawasan gitu. (5-6)
Oh mboten-mboten, jadi hingga saat ini saya ya kalo ke orang pinter itu istilahnya hanya sekedar sharing, sharing atau mencari istilahnya pengetahuan.
Pengetahuan dalam hal yang saya mempercayai dia mempunyai kelebihan atau indra keenam dalam artian saya tidak bisa melihat sesuatu tetapi dia bisa melihat sesuatu, saya merasa minta bantuan karena yang saya rasakan tidak wujud tapi rasa, tapi dia bisa melihat. (12-18)
Iya kebutuhan.
Ya kadang-kadang menyangkut masalah pribadi, kadang-kadang ada yang menyangkut masalah keluarga, ya.. jadi itu tidak.. ee.. ya relatif lah..
Kalo pribadi yang masalah pribadi saya.. jadi yang apa yang saya rasakan yang untuk diri saya sendiri, orang lain tidak perlu tahu gitu lho.. Tapi ada yang sifatnya umum atau yang sifatnya keluarga, jadi bagaimana kita berusaha untuk mendapatkan ee. Ketenangan dalam keluarga itu.. bagaimana itu menjadi sejahtera. (75-83)
Dari tingkat kepercayaan subyek terhadap Dukun yang ditemui,
subyek mengatakan bahwa subyek percaya kepada Dukun tersebut jika
pernyataan yang diberikan Subyek tersebut pas atau sesuai dengan
yang dialami atau dirasakan oleh subyek. Disamping itu subyek
mengatakan bahwa subyek percaya terhadap Dukun tersebut
dikarenakan adanya sugesti dalam diri subyek dimana subyek merasa
yakin bahwa Dukun yang ditemuinya dapat membantu subyek untuk
dapat membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh
subyek. Mengenai syarat – syarat dan wejangan yang diberikan Dukun
kepada subyek, subyek akan percaya dan menjalankan syarat maupun
wejangan dari Dukun tersebut jika syarat atau wejangan tersebut dirasa
(62)
43
Yaa.. kalo masalah kepercayaan itu sugesti ya, trus ee.. selama saya sreg, artinya saya kok merasa pas ya saya percaya, tapi seumpama kok itu tidak pas dengan saya, dengan yang saya terima atau yang ada pada hati saya ya saya tidak akan percaya. Mungkin pandangannya lain, mungkin dia mempunyai apa ya? Pengertian yang lain, nah itu ya saya nggak percaya. (25-30)
Yang..yang kalo syarat yang bisa diterima dengan akal sehat ya mungkin kita bisa njalanin, kalo tidak ya tidak kita kerjain. Gitu lho.
Masuk akal itu seumpama gampangannya kita kok..ee..obat seumpamanya ya.. ooo..kok ini, udah minum sama sirih, oo makan daun sirih ya.. bisa itu, khan bisa. Kita khan masuk akal ya daun sirih itu mempunyai antibiotik iya tho.. sifatnya bisa untuk penyembuhan, bisa untuk macem-macem. Tapi khan ada yang harus, kedukun harus..seumpama menyembelih kambing berapa ratus, atau berapa puluh nah itu khan tidak masuk akal. Yang..yang istilahnya tidak pas ya tidak kita jalanin. Yang..yang masih biasa-biasa aja, yang lumrah-lumrah ajalah yang kita jalanin, gitu.. (44-54)
Yahh.. kembali lagi ke sugesti, kalo saya merasa.. wahh aku pasti sembuh, yoo mesti sembuh.. sama kalo kita kedokter, kadang-kadang kita.. meskipun sudah kedokter, kalo belum dikeroki kalo orang jawa sakit belum dikeroki, trus kedokter ya nggak sembuh iya tho.. tapi dengan kerokan thok bisa sembuh, karena kita berpikir kalo..aku nek durung dikeroki, ora mari..sama.. Jadi itu sugesti, masalahnya sugesti. (64-69)
Alasan subyek memilih menemui Dukun adalah dikarenakan
subyek percaya bahwa seorang Dukun memiliki kelebihan atau indera
keenam dimana Dukun tersebut dapat melihat sesuatu yang subyek
tidak dapat melihatnya, sehingga subyek meminta bantuan Dukun
sebab apa yang dirasakan oleh subyek tidak dapat dilihat oleh subyek,
tetapi Dukun tersebut bisa melihatnya. Selain itu, subyek memilih
menemui Dukun dikarenakan ada sugesti dari subyek bahwa seorang
Dukun dapat membantu subyek untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapinya, seperti diibaratkan jika orang Jawa sakit kalau
belum dikerokin maka sakitnya tidak akan sembuh walaupun sudah ke
dokter.
jadi hingga saat ini saya ya kalo ke orang pinter itu istilahnya hanya sekedar sharing, sharing atau mencari istilahnya pengetahuan.
(63)
Pengetahuan dalam hal yang saya mempercayai dia mempunyai kelebihan atau indra keenam dalam artian saya tidak bisa melihat sesuatu tetapi dia bisa melihat sesuatu, saya merasa minta bantuan karena yang saya rasakan tidak wujud tapi rasa, tapi dia bisa melihat. (12-18)
Yahh.. kembali lagi ke sugesti, kalo saya merasa.. wahh aku pasti sembuh, yoo mesti sembuh.. sama kalo kita kedokter, kadang-kadang kita.. meskipun sudah kedokter, kalo belum dikeroki kalo orang jawa sakit belum dikeroki, trus kedokter ya nggak sembuh iya tho.. tapi dengan kerokan thok bisa sembuh, karena kita berpikir kalo..aku nek durung dikeroki, ora mari..sama.. Jadi itu sugesti, masalahnya sugesti. (64-69)
Ketika berhadapan dengan Dukun subyek tidak merasakan hal
yang berbeda dalam dirinya, dengan kata lain yang dirasakan oleh
subyek adalah perasaan yang biasa – biasa saja, sebab subyek merasa
bahwa Dukun tersebut sama – sama manusia sama dengan subyek.
Woo..ya biasa-biasa saja.. wong yo podho-podho menungso ya biasa-biasa aja kalo saya.
Ohh enggak..enggak..enggak sama sekali. Mungkin malah justru orang pinter itu kalo liat saya malah rodo..rodo..hehehe... ya mungkin karena.. ada sesuatu yang mungkin dia tahu dengan kondisi saya. (70-74)
Mengenai perubahan yang dirasakan oleh subyek setelah
bertemu dengan Dukun, subyek mengatakan bahwa perubahan tersebut
ada yang dapat dirasakan, tetapi ada juga yang tidak dapat dirasakan
oleh subyek. Subyek menambahkan jika ada perubahan setelah
bertemu dengan Dukun, perubahan tersebut tidak dapat diungkapkan
dengan kata – kata, subyek hanya mengatakan bahwa dirinya merasa
menjadi lebih tenang dan lebih maju.
Ada yang ada, ada yang tidak.
Ya.. ya.. yang kalo yang pas kebetulan saya menjalani apa yang disarankan dukun atau orang pinter itu banyak ee.. kok..kok cocok, kok saya kok bisa ee.. seumpama apa lebih maju atau lebih tenang dihati atau.. ya itu kita rasakan, dan itu masalah rasa ya, jadi saya nggak bisa menggambarkan, gitu lho.. tapi kalo yang tidak merasa pas ya saya.. yaa.. ya sudah, gitu lho..jadi itu rasa, dan itu tidak bisa diungkapkan mungkin dengan kata-kata ndak bisa.. (56-63)
(64)
45
c. Subyek 3
Dari tingkat keseringan subuek dalam menemui Dukun, subyek
mengatakan bahwa subyek menemui Dukun tergantung pada tingkat
kebutuhan dari subyek, dengan kata lain subyek menemui Dukun
hanya pada saat subyek membutuhkan bantuan dari Dukun. Subyek
menambahkan jika sedang membutuhkan bantuan maka subyek dapat
menemui Dukun sebanyak dua kali dalam satu bulan.
Ya.. melihat kebutuhan, jadi.. ya kadang bisa dalam sebulan bisa sampe dua kali. Tapi kadang yang tidak, kadang yaa. Melihat apa yang saya rasakan memang memerlukan bantuan spiritual. (1-3)
Iya, pada saat membutuhkan. Ya juga, ya kalo memang kesana karena kalo tidak membutuhkan saya tidak begitu.. karena saya juga punya banyak kegiatan, jadi kalo kesana memang ada perlunya, kalo ndak ada perlu ndak kesana. (66-69)
Subyek dapat mengenal Dukun yang subyek temui dengan cara
subyek diajak kemudian dikenalkan oleh teman atau saudara yang
sebelumnya sudah pernah menemui Dukun tersebut. Selain subyek
diajak untuk menemui Dukun tersebut, subyek juga terkadang bertanya
kepada teman atau saudara untuk memberi tahu dimana bisa mencari
Dukun yang dapat membantu subyek untuk dapat membantu subyek
untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh subyek.
Kebanyakan saya dikenalkan, jadi kebanyakan saya diajak teman atau saudara yang pernah kesitu dan sudah menghasilkan sesuatu untuk mereka. Dia bilang misalkan saya kesana itu gini-gini-gini nah saya ikut pertamanya, saya ikut trus saya kalo sudah melihat kok insting saya kayaknya memang ini bisa membantu saya, saya kesana. Kebetulan juga kalo sana membantu saya, saya baru.. Tapi kalo saya mencari-cari nggak, karena ya sebetulnya saya nggak begitu ini ya, nggak begitu tahu gitu, kalo enggak dikasih tahu enggak tahu.
Iya, memang saya ada sesuatu itu mencari tahu itu kadang-kadang wah ngendi yo.. lha kebetulan temen saya ngasih tahu, ohh sana lho.. aku kok nduwe masalah ngene-ngene, misal gitu, saya itu nggolek piyayi sepuh mana ya? Ohh sana lho ada, itu baru kesana. (88-99)
(1)
4. Tingkat kepercayaan terhadap dukun
latar belakang dan cerita-ceritanya itu kurang.. dan anak saya itu karena belum selesai sekolah, maksud saya itu ya biar kerja dulu jangan masih sekolah, dia sama-sama masih sekolah. (52-56)
mungkin juga masalah kesehatan gitu, misalkan ee.. saya punya sakit kok dada saya sering sakit gitu tapi kadang-kadang trus saya dikasih tahu, ohh disana bisa memberikan obat saya pernah juga kesana ya, yaa.. disana nanti dikasih air putih, air aqua itu yang sudah diramu-ramu, gitu.
(75-79)
saya mungkin karena saya itu juga kerena kegiatan saya itu saya juga pegawai, saya juga bersosial dengan masyarakat banyak gitu, juga karena saya khan juga usaha kecil-kecilan, misalnya nyambi-nyambi dagang lha itu saya juga ini misalnya saya ada barang yang harus saya jual gitu lha saya piye, agar ini bisa laku itu ohh ya itu harus gini-gini-gini, ibu coba dengan srono begini mudah-mudahan bisa terjual.. ee ya sok kadang pernah begitu, gitu. (99-106)
Ya gini, karena khan saya orang jawa, kadang-kadang masih mempercayai juga apa ya.. kelebihan orang-orang tua itu. Dan ya kadang
keluarga.
Untuk membatu mengatasi masalah kesehatan yang dialami.
Untuk mencari bantuan dalam hal sosial, atau interaksi sosial, dan juga mencari bantuan dalam hal bisnis, atau usaha dagang.
Mempercayai bahwa orang tua / dukun tersebut mempunyai
keluarga
Untuk menyembuhkan penyakit yang di derita
Untuk membantu usaha bisnis, dan untuk membantu dalam hal interaksi sosial
Percaya pada dukun,
bahwa dukun mempunyai kelebihan
(2)
memang kadang kalo apa yang dia katakan itu nalar dalam hal saya itu ya mungkin ada ininya ya kadang saya percaya, tapi kadang kalo tidak nalar ya saya tidak percaya, tapi ee.. tapi juga memang seperti itu percaya tak percaya ya..kadang-kadang saya wah kok gitu, tapi kenyataannya memang bener juga, gitu lho..lha itu yang membuat saya ingin kembali lagi ke itu menanyakan sesuatu apa yang sedang saya rasakan.
(4-12)
Yaa.. kadang-kadang saya begitu datang, melihat orangnya itu kalo nggak apa ya..kalo nggak sreg gitu ya ndilalah kalo ngak sreg itu ya kok ya tidak ngefek gitu.. tapi memang insting apa ya menurut saya kalo ketemu, ohh ya ini, kalo ketemu sudah punya rasa, itu ya kayaknya ada faktor sugesti juga disitu.
(79-83)
Kalau tingkat kepercayaan saya ya seperti yang saya katakan tadi, pertama-tama saya melihat dulu apaya, karena ada faktor sugesti itu lho mas, saya lihat dulu orangnya bagaimana dia itu memberikan penjelasan, memberikan solusi itu memang nalar dan memang ada..ee..ada kaitan, dan rasa saya sreg ya kepercayaan saya bisa 75%, diatas 50%. Tapi kalo saya melihat gini dan orang tua itu belum-belum sudah “woo
kelebihan, hal ini di karenakan adanya stereotip dari masyarakat Jawa yang
mempercayai bahwa adanya kekuatan spiritual yang dimiliki oleh orang tua tersebut.
Kepercayaannya
dipengaruhi oleh faktor sugesti.
Tergantung pada orang tau atau dukun yang ditemui, jika sreg atau cocok dan sesuai nalar
maka tingkat kepercayaannya bisa
mencapai 75%, tetapi jika tidak sreg, atau tidak cocok maka tidak
atau kekuatan spiritual
Percaya karena sugesti yang dimiliki
Kepercayaannya
tergantung pada dukun yang ditemui
(3)
saya ini itu yang datang kesini jendral ini.” Ada yang begitu, saya malah.. wah ini ndak apa ya..saya kurang ini.. karena trus saya trus sebelumya kok sudah takabur, gitu. Tapi khan ada yang merendah, dan ini semua itu karena Tuhan yang nganu, kita khan hanya berusaha gini-gini, itu saya malah jadi sedikit-sedikit percaya, tapi lama-lama setelah saya rasakan ohh ada manfaatnya baru saya percaya, tapi kalo yang baru belum-belum sudah..apalagi sudah menjelekkan orang lain, “wah itu apa kesana?”. Saya enggak seneng, itu sudah, saya 10% aja enggak percaya.
(107-121)
Karena saya masih anu ya, khan karena saya orang Jawa gitu, jadi untuk faktor spiritual itu masih, memang saya masih percaya faktor spiritual itu. Itu yang membuat saya kesana. Disamping saya bukan..saya bukan musrik ya, maksud saya, saya juga orang beragama. Saya tetep percaya kepada Tuhan, itu yang saya percaya, saya 100% percaya, tapi khan kadang-kadang saya mencari apa ya, bantuan lain dari spiritual. Dan itupun saya juga tidak lepas saya tetep berdoa, tetep menjalankan ibadah saya, kewajiban saya sebagai umat kepada Tuhan-nya.
(123-130)
akan percaya.
Percaya pada dukun atau orang tua dikarenakan ada
stereotip dari masyarakat Jawa yang
masih mempercayai adanya faktor spiritual.
Percaya pada dukun
karena adanya stereotipe dari kepercayaan
(4)
5.
6.
Alasan memilih dukun
Perasaan ketika bertemu dengan dukun
Ya gini, karena khan saya orang jawa, kadang-kadang masih mempercayai juga apa ya.. kelebihan orang-orang tua itu.
(4-5)
Karena saya masih anu ya, khan karena saya orang Jawa gitu, jadi untuk faktor spiritual itu masih, memang saya masih percaya faktor spiritual itu. Itu yang membuat saya kesana. Disamping saya bukan..saya bukan musrik ya, maksud saya, saya juga orang beragama. Saya tetep percaya kepada Tuhan, itu yang saya percaya, saya 100% percaya, tapi khan kadang-kadang saya mencari apa ya, bantuan lain dari spiritual.
(123-128)
kalau memang saya pertamanya saya sudah memang sudah ada insting dan sudah merasakan karena dia memberikan solusi atau memberikan ee.. waktu kita datang kita omong, trus dia awal omong itu sudah enak, sudah menyejukkan ya saya sejuk dan merasakan ada sesuatu yang itu bisa membantu saya, tapi kalo sudah pertama saja ee.. apa ya..ngomong pertama saja sudah tidak mengenakkan, dari situ saya sudah ndak bakalan saya datang
Memilih pergi kedukun dikarenakan adanya kepercayaan dari orang Jawa yang masih mempercayai kelebihan dari orang tua atau dukun.
Menemui dukun dikarenakan
memerlukan bantuan spiritual.
Tergantung pada dukun yang ditemui, jika dukun yang ditemui enak diajak omong atau bicara akan terasa menyejukkan atau menenangkan.
Adanya kepercayaan dari orang Jawa yang masih mempercayai kelebihan dari dukun
Memerlukan bantuan spiritual
Hati terasa sejuk dan tenang
(5)
7. Perubahan yang dialami setelah bertemu dengan dukun
kesana lagi, karena saya sudah merasa tidak nyaman, sudah tidak..tidak ngehh kesana, gitu. (170-178)
karena dari sekian itu ada perubahan atau tidak ya memang ada yang perubahan itu cepet saya rasakan, tapi ada juga yang pakai tenggang waktu baru saya merasakan itu ada.
(185-187)
Ada juga dari sekian banyak ada juga, misal saya itu gelisah, saya kayaknya itu kadang khan ya kadang namanya orang hidup ya kadang ada masalah yang anu.. saya itu gelisah, saya nanti gimana? Tapi setelah dikasih tahu gitu dan apa yang dia katakan itu saya lakukan, ee.. saya merasa..merasa apa ya..merasa pasrah, merasa nyaman, merasa ya menerima, gitu. Itu ya ternyata enak saja saya alami
(203-208)
Ya kadang khan punya rasa atis, tahu atis ya? Rasa takut, untuk menghadapi hari esok itu rasanya kecil hati. Tapi setelah ya diberi misalnya untuk ibu, tadi yang saya bilang orang tua tadi, itu sebaiknya jangan dilakukan itu, kamu sebaiknya gini-gini-gini, misalnya saya disuruh berdoa doa inilah, diberi doa-doa, terus diberi ini supaya ibu cepet dilakukan supaya untuk menenangkan, gitu, ya berangsur
Perubahan yang dialami setelah bertemu dengan dukun ada yang cepat dirasakan, tetapi ada yang lama baru terasa.
Sebelum bertemu dengan dukun memiliki
perasaan gelisah terhadap masalah yang
dihadapi, tetapi setelah bertemu dukun menjadi merasa bisa pasrah, merasa nyaman, dan bisa menerima hidup.
Sebelum bertemu dengan dukun memiliki perasaan atis atau perasaan takut untuk menghadapi hari esok, tetapi setelah menemui dukun dan mendapatkan wejangan dari dukun menjadi lebih tenang.
Perubahannya ada yang cepat dan ada yang lama baru bisa dirasakan
Menjadi merasa bisa pasrah, merasa nyaman, dan bisa menerima hidup
(6)
bisa tenang, bisa.. aslinya juga was-was, tapinya juga ya bisa menghadapinya itu ya inilah, ndak..ndak seperti.. dulu lagi.