KERANGKA KELEMBAGAAN KABUPATEN DEIYAI 6.1.1

Bab 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN KABUPATEN DEIYAI

6.1.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/Kota.

  1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/Kabupaten. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi 3. Daerah Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas.

  Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing- masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

  4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2019-2019 Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran,serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan dilingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.

  Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang

  Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

  Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kabupaten.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan

  6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta Kewenangan masing-masing.

  7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/Kabupaten. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

  8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kabupaten dengan Perbup/Perwali.

  9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan PerKabupatenan Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perKabupatenan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perKabupatenan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perKabupatenan merupakan tempat permukiman perKabupatenan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perKabupatenan, sedangkan Bupati melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perKabupatenan.

  Landasan Hukum Penyusunan Renstra Bidang Cipta Karya / Rencana Aksi Daerah (RAD) 100-0-100 & RPIJM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

  Pasal 12 (1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:

  a. Pendidikan;

  b. Kesehatan;

  c. Pekerjaan umum dan penataan ruang;

  d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;

  e. Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan f. Sosial.

  Pasal 17 (2) Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. (3) Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tidak mempedomani norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

  Pasal 18 (1) Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal

  11 ayat (3). (2) Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

  2. Permen PU No.1/2014 ttg SPM Bid. Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

  Pasal 4 SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas jenis pelayanan dasar, sasaran, indikator, dan batas waktu pencapaian

  Pasal 5 SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan batas waktupencapaian sampai dengan tahun 2019.

  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005

Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan

Minimal

  Pasal 9 : (1) Pemerintahan Daerah menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri.

  (2) SPM yang telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. (3) Pemerintahan Daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri.

  (4) Rencana pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).

  (5) Target tahunan pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

Gambar 6.1 Dasar Penyiapan RAD 100-0-100 Th 2015-2019

6.1.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

  Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah Kabupaten Deiyai yang menangani bidang Cipta Karya.

A. Kondisi Organisasian Bidang Cipta Karya

  Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deiyai dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deiyai tentang pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Deiyai. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deiyai, Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah baik berupa azas desentralisasi, dekonsentrasi maupun tugas pembantuan dibidang pekerjaan umum.

  Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deiyai merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintah daerah dengan susunan organisasi sebagai berikut:

  Pimpinan : Kepala Dinas Sekretariat : Sekretaris yang terdiri dari sub bagian-sub bagian Pelaksana : - Bidang-bidang yang terdiri dari seksi-seksi

  • Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
  • Kelompok Jabatan Fungsional Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deiyai terdiri dari :

  a. Sekretariat, terdiri dari :

  1. Subbagian Umum

  2. Subbagian Keuangan

  3. Subbagian Perencanaan

  b. Bidang Bina Marga, terdiri dari :

  1. Seksi Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan

  2. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan

  3. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

  c. Bidang Sumber Daya Air terdiri dari

  1. Seksi Perencanaan Teknis Sumber Daya Air

  2. Seksi Operasi Pemeliharaan dan Bina Manfaat Sumber Daya Air

  3. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Sumber Daya Air

  d. Bidang Cipta Karya, terdiri dari:

  1. Seksi Perencanaan Teknis Cipta Karya

  2. Seksi Drainase dan Program Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

  3. Seksi Air Minum

  e. Bidang Penataan Ruang dan Bina Jasa Konstruksi, terdiri dari :

  1. Seksi Penataan Ruang dan Pemetaan Ruang

  2. Seksi Penataan Kota

  3. Seksi Bina Jasa Konstruksi

  f. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

  g. Jabatan Fungsional

  • Fungsi dan Tugas Organisasi

  Berdasarkan pada Peraturan Daerah tentang pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Deiyai, dinas Pekerjaan

  Umum Kabupaten Deiyai dibentuk dengan uraian tugas dan fungsinya sebagai berikut;

  1. Kedudukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deiyai sebagai unit teknis di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Deiyai melalui sekretaris Daerah.

  2. Tugas Pokok Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan urusan otonomi daerah di bidang Pekerjaan Umum.

  3. Fungsi Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi :

  • Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Bina Marga.
  • Penyiapan bahan perumusan kebijakan Teknis Tata Ruang dan Bina Jasa Konstruksi.
  • Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Sumber Daya Air.
  • Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang Bina Karya.
  • Melakukan bimbingan kepada cabang dan UPTD.
  • Melalukan tugas lain yang di berikan Bupati Deiyai.
Garis Komando Garis Koordinasi Administratif

  SEKRETARIS SUB BAGI AN UMUM SUB BAGI AN PERENCANAAN SUB BAGI AN KEUANGAN KELOMPOK JABATAN FUNGSI ONAL

  SEKSI PEMELI HARAAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI PEMBANGUNAN DAN PENI NGKATAN SUMBER DAYA AI R SEKSI AI R MI NUM SEKSI BI NA JASA KONSTRKSI KEPALA DINAS BI D AN G BI N A M ARGA BI D AN G SU M BER D AYA AI R BI D AN G CI PTA KARYA BI D AN G PEN ATAAN RU AN G & BI N A

  SEKSI PERENCANAAN TEKNI S JALAN DAN JEMBATAN SEKSI PERENCANAAN TEKNI S SUMBER DAYA AI R SEKSI PERENCANAAN TEKNI S CI PTA KARYA SEKSI PENATAAN RUANG DAN PEMETAAN RUANG SEKSI PEMBANGUNAN DAN PENI NGKATAN JALAN JEMBATAN SEKSI OPERASI PEMELI HARAAN DAN BI NA MANFAAT SEKSI DRAI NASE DAN PLP SEKSI PENATAAN KOTA UPTD

  Potensi Organisasi

  • Dalam rangka menyelenggarakan tugas dan fungsinya, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deiyai sampai akhir tahun 2015 didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 87 orang Pegawai Negeri Sipil (data per 31 Desember 2015). Jumlah pegawai pada masing-masing unit kerja (sekretaris, bidang, UPTD) disajikan pada gambar 1 berikut ini :

    Gambar VI.1.

  

Grafik Jumlah Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai pada Sekretariat

Sumber data: Daftar Nominatif Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai

  Adapun jumlah pegawai berdasarkan jabatan struktural, tingkat pendidikan, pangkat/golongan dan jenis kelamin disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 6.1 Jumlah Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai

  5 Penata Muda Tingkat I / III.b

  1 Pembina Tingkat I / IV.b

  2

  2 Pembina / IV.a

  2

  3 Penata Tingkat I / III.d

  7

  4 Penata / III.c

  14

  18

  No Pangkat/Golongan Jumlah

  6 Penata Muda / III.a

  10

  7 Pengatur Tingkat I / II.d

  4

  8 Pengatur / II.c

  8

  9 Pengatur Muda Tingkat I /

  II.b

  Org

  

berdasarkan Pangkat/Golongan

  

berdasarkan Jabatan Struktural

  4

  No Jenis Jabatan Jumlah

  Org

  1 Jabatan Struktural

  a. Eselon IIb

  1

  b. Eselon IIIa

  1

  c. Eselon IIIb

  c. Eselon Iva

Tabel 6.2 Jumlah Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai

  14

  c. Eselon Ivb

  1

  2 Jabatan Fungsional Umum

  66

  3 Jabatan Fungsional Tertentu

  Jumlah

  87 Sumber data: Daftar Nominatif Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai

  14

  10 Pengatur Muda / II.a

  8

  22 Jumlah

  2 Wanita

  65

  1 Pria

  Org

  No Gender Jumlah

  Tabel 6.4

Jumlah Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai

Berdasarkan Gender

  87 Sumber data: Daftar Nominatif Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai

  1 Jumlah

  7 SD/Sederajat

  4

  6 SLTP/Sederajat

  36

  5 SLTA/Sederajat

  4 Diploma III

  5

  Berdasarkan Tingkat Pendidikan

  11 Juru Tingkat I / I.d

  2

  12 Juru /I.c

  1 Jumlah

  87 Sumber data: Daftar Nominatif Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai

Tabel 6.3 Jumlah Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai

  No Pangkat/Golongan Jumlah

  3

  Org

  1 Pasca Sarjana

  5

  2 Sarjana

  30

  3 Diploma IV

  87 Sumber data: Daftar Nominatif Pegawai Dinas PU Kab.Deiyai

  Kebijakan Umum

  • Pemerintah Kabupaten Deiyai telah menetapkan kebijakan umum yaitu “Pemihakan, Percepatan dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan di segala bidang”. Maka peran pembangunan infrastruktur di Kabupaten Deiyai pada dasarnya sangatlah penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan. Dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dilaksanakan melalui upaya-upaya sebagai berikut : Program – program Pembangunan infrastruktur ke-PU-an dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja;

  a. Program – program Pembangunan infrastruktur ke-PU-an untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah kecamatan; dan b. Program – program Pembangunan infrastruktur ke-PU-an yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

  Sedangkan dukungan terhadap peningkatan kualitas lingkungan dilaksanakan melalui upaya – upaya sebagai berikut : Penerapan prinsip – prinsip Green Construction dalam pelaksanaan seluruh pembangunan infrastruktur; a. Mendorong pembangunan secara umum dan khususnya pembangunan infrastruktur ke-PU-an yang berbasiskan penataan ruang; dan

  b. Pembangunan infrastruktur ke-PU-an dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim.

  Berdasarkan agenda prioritas pembangunan dan arah kebijakan umum pembangunan Kabupaten Deiyai, maka arah kebijakan umum Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deiyai adalah sebagai berikut :

  1. Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arah tata ruang wilayah dan pembangunan berkelanjutan di kawasan strategis, tertinggal, perbatasan, daerah terisolir untuk mengurangi kesenjangan wilayah, daerah rawan bencana serta meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman dan cakupan pelayanan dasar bidang pekerjaan umum untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.

  2. Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arah tata ruang wilayah dan pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan infrastruktur di kawasan pusat produksi dan ketahanan pangan guna mendukung daya saing dan mendorong industry konstruksi untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkualitas.

  3. Pembinaan penyelenggaraan infrastruktur melalui optimasi peran pelayanan public bidang ke-PU-an untuk mendukung otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip perbaikan tata kelola pemerintahan serta mendukung reformasi birokrasi dan mewujudkan Good Governance.

  • Kebijakan Operasional

  1. Kebijakan Pembangunan Pengairan

  • Pembangunan dan Peningkatan fungsi jaringan irigasi/saluran termasuk bangunan pelengkap yang sudah
dibangun tetapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan Pengairan;

  • Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir mengutamakan pendekatan non- konstruksi melalui konservasi sumber daya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan tata ruang wilayah.

  2. Kebijakan Pembangunan Prasarana Jalan

  • Mempertahankan kinerja pelayanan prasarana jalan yang telah terbangun dengan mengoptimalkan pemanfaatan prasarana jalan melalui pengembangan teknologi jalan.
  • Mengharminisasikan keterpaduan sistem jaringan jalan dengan kebijakan tata ruang wilayah yang merupakan acuan pengembangan wilayah.
  • Meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten untuk memperjelas hak dan kewajiban dalam penanganan prasarana jalan.
  • Mendorong keterlibatan peran dunia usaha dan masyarakat dalam penyelanggaraan dan penyediaan prasarana jalan.

  3. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Permukiman

  a. Air Minum dan Air Limbah

  • Meningkatkan Pembangunan sarana prasarana air minum yang sudah dibangun tetapi belum berfungsi,
rehabilitasi sarana prasarana air minum yang berfungsi yang mengalami kerusakan.

  • Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk membantu pembangunan pelayanan air minum perdesaan.
  • Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah yang dikelola langsung oleh masyarakat.

  b. Bangunan Gedung dan Lingkungan

  • Meningkatkan dan memeliharan sarana dan prasarana gedung dan fasilitas lingkungan.
  • Meningkatkan pembinaan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan gedung.
  • Peningkatan pengawasan dan penertiban pelastarian bangunan gedung dan lingkungan.

  c. Kebijakan Pengembangan Jasa Konstruksi

  • Mengembangkan mekanisme pelayanan teknis dan administrasi yang efektif, efisien dan terpadu dengan koordinasi antar bidang dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deiyai, serta lembaga lain yang terkait dengan pengembangan jasa konstruksi.
  • Melakukan pembinaan penyelenggaraan infrastruktur secara transparan dan terbuka dengan melibatkan masyarakat.
  • Meningkatkan penerapan teknologi konstruksi, penggunaan bahan dan peralatan konstruksi dalam
system penyelenggaraan konstruksi yang menjamin kehandalan konstruksi.

  Selain itu organisasi instansi yang menangani urusan bidang CK di Kabupaten Deiyai adalah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, BLHD, serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan

   Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Jumlah pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dilihat berdasarkan gender di Kabupaten Deiyai berjumlah 50 orang yang terdiri dari jumlah pegawai pria berjumlah 30 orang sedangkan jumlah pegawai perempuan berjumlah 20 orang.

  Berikut merupakan tabel jumlah pegawai di dinas Bappeda Kabupaten Deiyai

Tabel 6.5 Jumlah Pegawai Bappeda Kab.Deiyai

  

Berdasarkan Gender

  Jumlah No Gender

  Org

  1 Pria

  30

  2 Wanita

  20 Jumlah

  50 Sumber data: Kab Dalam Angka Kab.Deiyai

  

  Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)

  Jumlah pegawai di Badan Lingkungan Hidup Daerah dilihat berdasarkan gender di Kabupaten Deiyai berjumlah 37 orang yang terdiri dari jumlah pegawai pria berjumlah 26 orang sedangkan jumlah pegawai perempuan berjumlah 11 orang. Berikut merupakan tabel jumlah pegawai pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Deiyai

Tabel 6.6 Jumlah Pegawai BLH Kab.Deiyai

  Berdasarkan Gender

  No Gender Jumlah

  Org

  1 Pria

  26

  2 Wanita

  11 Jumlah

  37 Sumber data: Kab Dalam Angka Kab.DeiyaiDinas Kebersihan dan Pertamanan Jumlah pegawai di Badan Lingkungan Hidup Daerah dilihat berdasarkan gender di Kabupaten Deiyai berjumlah 84 orang yang terdiri dari jumlah pegawai pria berjumlah 72 orang sedangkan jumlah pegawai perempuan berjumlah 12 orang. Berikut merupakan tabel jumlah pegawai pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Deiyai

Tabel 6.7 Jumlah Pegawai Dinas Kebersihan Dan Pertamanan

  

Kab.Deiyai Berdasarkan Gender

  Jumlah No Gender

  Org

  1 Pria

  72

  2 Wanita

  12 Jumlah

  84 Sumber data: Kab Dalam Angka Kab.Deiyai

B. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuh kembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

  Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

  Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan diuraikan sebagai berikut:

Tabel 6.8 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya Unit / Bagian Peran Instansi dalam yang Menangani No. Instansi Pembangunan Bidang CK Pembangunan Bidang CK

  Merumuskan kebijaksanaan, program dan kegiatan pembangunan daerah bidang Bidang Sarana &

  1. Bappeda Perencanaan Wilayah meliputi Prasarana sumber daya alam dan Komunikasi lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman

  1. Menyusun program atau rencana guna melakukan pengembangan

  1.) Seksi

  pengembangan

  Perencanaan

  perumahan dan

  Teknis Cipta

  permukiman;

  Karya

  2. Menyusun konsep 2.) Seksi kebijakan pembinaan

  Drainase dan teknis dibidang penataan Program

  2. Dinas PU bangunan Kabupaten dan Penyehatan kawasan khusus, Lingkungan pembangunan perumahan, Permukiman

  

prasarana lingkungan

  (PLP)

  

permukiman, air bersih,

  3.) Seksi Air drainase, sanitasi dan Minum prasarana lingkungan;

  3. Melaksanakan pembangunan perumahan,

  

prasarana lingkungan

  Unit / Bagian Peran Instansi dalam yang Menangani No. Instansi Pembangunan Bidang CK Pembangunan Bidang CK

permukiman, air bersih,

  drainase, sanitasi dan prasarana lingkungan merumuskan kebijakan

  Bidang operasional, melaksanakan Pengendalian pembinaan, evaluasi Dampak

  3. BLHD implementasi program Lingkungan & pencegahan dan pengendalian Pengelolaan serta pemulihan kualitas Kualitas lingkungan.

  Menyusun kebijakan kebersihan tempat-tempat umum dan melaksanakan pembangunan sarana kebersihan, mencegah

  Bidang Dinas pencemaran lingkungan

  Pertamanan & Kebersihan melalui pemanfaatan sampah,

  4 Bidang & tinja dan air kotor; menyusun

  Pengolahan Pertamanan kebijakan pertamanan

  Sampah Kabupaten serta memelihara, memantau dan mengendalikan pembangunan sarana prasaran pertamanan, penerangan jalan umum

  Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Namun SOP dari masing-masing instansi terkait belum didata, sehingga belum bisa diuraikan lebih lanjut.

C. Kondisi Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya

  Secara umum kondisi Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya sudah memnuhi spesifikasi dan sudah berjalan berdasarkan tupoksi, jumlah pegawai yang ada belum cukup memenuhi kebutuhan.

  Namun secara keseluruhan masih ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh pegawai tertentu yang bukan menjadi tugasnya.

6.1.3 Analisis Kelembagaan

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, maka diuraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Deiyai yang menangani bidang Cipta Karya.

A. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Sejak Pemerintah Kabupaten Deiyai di beri keleluasaan membentuk Lembaga Daerah Otonom menurut kebutuhannya, muncullah lembaga-lembaga daerah menurut kebutuhan masing-masing daerah. Agar sinkron dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban maupun hubungan hierarkhi dengan instansi pada level yang lebih tinggi. Dampak dari hal membuat semakin menguatnya koordinasi, integrasi dan Sinkronisasi dalam pelaksanaan program pembangunan.

  Tujuan dari analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Keorganisasian perangkat kerja bidang Cipta Karya daerah di Kabupaten Deiyai saat ini dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik, dimana tugas dan fungsi organisasi ini dikerjakan sesuai pembagian masing-masing tanggung jawab, namun masih ada masalah umum terkait dengan kinerja kelembagaan ini seperti Kuantitas dan Kualitas Sumber daya manusia yang ada masih jauh dari kebutuhan riil dalam mengemban tugas pokok dan fungsi dinas / lembaga terkait, Terbatasnya Prasarana dan Sarana pendukung seperti alat transportasi, peralatan kantor, peralatan laboratorium teknis dll .

  Analisis deskriptif keorganisasian bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  1. Struktur Organisasi

  • Struktur Organisasi perangkat daerah yang menangani Bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk mendukung program pembangunan khususnya Bidang Cipta Karya di Kabupaten Deiyai.
  • Semua jabatan pada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait dengan bidang Cipta Karya telah terisi sehingga tidak ada perangkapan jabatan

  2. Tugas dan Fungsi Organisasi

  • Pembagian tugas dan fungsi antara satuan kerja telah merata demikian pula wewenang dan tanggungjawab sudah jelas
  • Uraian tugas para pimpinan telah ada yang dirumuskan dalam SK Bupati sehingga telah jelas dan mampu menghindari kemungkinan tumpang tindih yang tidak perlu

  3. Faktor-Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Struktur Organisasi

  • Dari segi struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Deiyai sangat dipengaruhi dan tergantung kepada Pemerintah Pusat, dalam arti sepenuhnya mengikuti pedoman yang diberikan oleh pemerintah Pusat.
  • Bertambahnya jumlah penduduk serta kemampuan APBD Kabupaten Deiyai sangat mempengaruhi struktur organisasi yang ada

  4. Permasalahan Dalam Keorganisasian

  • Jumlah dan kualitas SDM yang mempunyai kemampuan di bidang Cipta Karya masih kurang dan tidak merata di semua satuan kerja.
  • Koordinasi external antara lembaga terkait dengan bidang Cipta Karya masih kurang
  • Terbatasnya Prasarana dan Sarana pendukung seperti alat transportasi, peralatan kantor, peralatan laboratorium teknis
  • Dalam pengusulan pengadaan personil kepada instansi atasan senantiasa ditekankan persyaratan, khususnya latar belakang keahlian dan pendidikan namun sering terjadi alokasi yang kurang sesuai dengan yang di harapkan
  • Seringnya terjadi mutasi khususnya SDM yang memiliki kemampuan di bidang ke Cipta Karyaan ke instansi di luar bidang ke Cipta Karyaan
  • Kurangnya sarana dan prasarana bidang Cipta Karya seperti kurangnya sarana angkutan sampah, fasilitas sarana dan prasarana air limbah, saluran drainase serta masih rendahnya pelayanan air minum
  • Terbatasnya biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya pembangunan untuk sarana dan prasarana sanitasi

  • Kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya sanitasi untuk kesehatan lingkungan dan masyarakat

B. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Dalam ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya, Perda Penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten Deiyai dapat dikatakan berjalan sesuai dengan tupoksi dari masing-masing dinas. Hal ini sejalan dengan mekanisme hubungan kerja di dalam dan antar instansi terkait bidang CK yang struktural sesuai tupoksi. Keorganisasian bidang CK di Kabupaten Deiyai sudah berjalan sesuai ketentuan dalam PP 41 tahun 2007 dimana Dinas PU terdiri dari 1 sekretariat dan 4 bidang.

  Tujuan analisis ketatalaksanaan kelembagaan bidang Cipta Karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif ketatalaksanaan bidang Cipta Karya di Kabupaten Deiyai adalah sebagai berikut:

  1. Perda Penetapan Organisasi Pemerintah

  • Perda penetapan organisasi sudah menguraikan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada.

  2. Mekanisme hubungan kerja internal dan eksternal

  • Koordinasi internal didalam satuan kerja yang ada sudah dilakukan demikian pula halnya koordinasi eksternal antara satuan kerja terkait bidang Cipta karya namun perlu ditingkatkan lagi

  3. Acuan PP No. 41 Tahun 2007

  • Organisasi bidang ke Cipta Karya-an sudah mengacu pada PP No. 41 Tahun 2007 dan semua sektor bidang Cipta Karya sudah masuk dalam struktur yang ada seperti bidang pengembangan permukiman, penataan lingkungan permukiman, sektor air minum, sektor PLP (air limbah, persampahan dan drainase)

  4. Permasalahan dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah

  • Struktur kelembagaan yang ada belum sepenuhnya mengakomodir tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh dinas / lembaga terkait.
  • Koordinasi antar instansi/lembaga dipengaruhi oleh faktor-faktor kemampuan sumber daya manusia, serta prasarana pendukungnya.
  • Adanya kesenjangan kemampuan sumber daya manusia antar intansi/lembaga terkait menghambat terjadinya koordinasi. Demikian pula halnya dengan keterbatasan prasarana mengakibatkan koordinasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
  • Struktur kelembagaan yang ada pada prinsipnya sudah memenuhi standar minimal kelembagaan daerah di Kabupaten Deiyai. Yang perlu dikembangkan adalah unit-unit pengelola kegiatan seperti Satuan Kerja (Satker) menurut spesifikasi kegiatannya sehingga pengelolaan kegiatan akan lebih efektif.

  5. Faktor eksternal yang mempengaruhi ketata laksanaan perangkat kerja daerah

  • Adanya tugas-tugas lain dari Kepala Daerah yang dibebankan kepada kepala satuan kerja di luar tugas pokok dan fungsinya.

C. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Sumber Daya Manusia di bidang cipta karya sangat berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Namun sampai saat ini SDM yang ada di Kabupaten Deiyai khususnya perangkat kerja daerah bidang CK belum memenuhi kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Karena terbatasnya tenaga teknis yang ada maka tenaga-tenaga tersebut umumnya melaksanakan tugas rangkap disemua Bidang yang ada. Disamping kurang terselenggaranya pelatihan-pelatihan teknis yang relevan dengan bidang tugas para pengelola kegiatan membuat pelaksanaan tugas menjadi tidak optimal. Selain itu disiplin dan etos kerja yang rendah disertai kurangnya sarana penunjuang menambah terhambatnya kenerja. Akibatnya dampak yang ditimbulkan adalah bahwa produk yang dihasilkannya pun tentunya kurang maksimal Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM Bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya di Kabupaten Seruyan adalah sebagai berikut:

  1. Ketersediaan SDM

  • SDM sudah tersedia namun belum memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam satuan kerja perangkat daerah khususnya bidang Cipta Karya

  2. Permasalahan dalam manajemen SDM

  • Ketersediaan SDM yang terbatas baik dari segi jumlah dan kualitas
  • Staf teknis yang memahami tugas pokok dan fungsi sangat terbatas

  • Rendahnya tingkat kesejahteraan personil, khususnya tenaga kontrak, tenaga
  • Lemahnya motivasi dan disiplin kerja pegawai.
  • Belum diterapkanya reward bagi pegawai yang berprestasi dan funishment kepada pegawai yang melakukan kesalahan
  • Tidak meratanya kemampuan pegawai serta kurangnya pelatihan/bimtek khususnya terkait bidang keciptakaryaan.
  • Adanya aparat daerah yang berprestasi pindah ke instansi lain
  • Droping pegawai tidak sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikan yang dibutuhkan

  3. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM

  • Kurangnya pelatihan serta kemauan personil untuk mengembangkan diri dan berusaha untuk tau dan maju khususnya pada hal-hal terkait dengan pekerjaan yang baru
  • Adanya aturan dari Pemerintahan Pusat terkait dengan penerimaan PNS yang memprioritaskan tenaga honor serta pengadaan tenaga medis dan tenaga guru

D. Analisis Swot Kelembagaan

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

  Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan untuk menjawab tantangan yang ada (strategi W-T).

  Berdasarkan informasi serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, beberapa kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan adalah sebagai berikut ;

  • Kekuatan (S)

  a. Secara kelembagaan, lembaga yang ada dan terkait dengan bidang Cipta Karya mempunyai kewenangan yang kuat karena ditetapkan ber dasarkan Perda b. Belum tersedianya dokumen perencanaan yg lengkap seperti

  RPJMD, RISPAM, SSK, SPPIP, KSPD, Bisnis plan PDAM dll

  c. Pembagian tugas dan fungsi antara satuan kerja telah merata demikian pula wewenang dan tanggungjawab sudah jelas d. Uraian tugas para pimpinan telah ada yang dirumuskan dalam SK

  Bupati sehingga telah jelas dan mampu menghindari tumpang tindih yang tidak perlu.

  Kelemahan (W)

  • a. Koordinasi external antara lembaga terkait bidang Cipta Karya masih kurang.

  b. Kurangnya koordinasi antara pemerintah Kota/ Pusat dengan pihak swasta (developer) dalam pengembangan, penanganan dan pengelolaan kawasan masih kurang.

  c. Kinerja lembaga pengelola bidang cipta karya belum maksimal

  d. Dukungan dana APBD untuk operasi & pemeliharaan serta pembangunan sanitasi sangat kurang e. SDM yang tersedia kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas khususnya dalam bidang Cipta Karya.

  f. Kurangnya sarana dan prasarana bidang Cipta Karya seperti sarana & prasarana persampahan, air limbah, drainase.

  g. Jangkauan pelayanan sarana dan prasarana kota belum memadai dan merata.

  h. Ketersediaan SDM yang terbatas baik dari segi jumlah dan kualitas i. Staf teknis yang memahami tugas pokok dan fungsi sangat terbatas j. Rendahnya tingkat kesejahteraan personil, khususnya tenaga kontrak, tenaga k. Lemahnya motivasi dan disiplin kerja pegawai. l. Belum diterapkanya reward bagi pegawai yang berprestasi dan funishment kepada pegawai yang melakukan kesalahan m. Tidak meratanya kemampuan pegawai serta kurangnya pelatihan/bimtek khususnya terkait bidang keciptakaryaan. n. Adanya aparat daerah yang berprestasi pindah ke instansi lain. o. Droping pegawai tidak sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikan yang dibutuhkan

  Peluang (O)

  • a. Adanya dukungan dana dari pusat dan provinsi untuk menunjang pengembangan sanitasi

  b. Pengembangan SPAM untuk seluruh kota

  c. Adanya kemungkinan kerjasama dengan pengembang, khususnya pengembangan di perumahan baru d. Kesempatan kerjasma dg perusahaan swasta dalam memanfaatkan dana CSR e. Adanya kesempatan untuk mengikuti Bimtek/ pelatihan dari pusat terkait dengan tugas pokok dan fungsi f. Adanya kesempatan mendapatkan bantuan hibah dari lembaga donor (Ausaid, INDII, IBRD, ADB, WB) g. Promosi perumahan berwawasan lingkungan

  Ancaman (T)

  • a. Bertambahnya jumlah penduduk b. Law Inforcement dalam penegakan hukum terkait lingkungan.

  c. Terbatasnya dana untuk alokasi bidang sanitasi

  d. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang sanitasi

  Selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan seperti pada Tabel VI.9

Tabel 6.9 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan FAKTOR EKSTERNAL

ANCAMAN (T)

  FAKTOR

  a. Adanya dukungan dana dari pusat dan provinsi untuk menunjang pengembangan sanitasi b. Pengembangan SPAM untuk seluruh kota c. Adanya kemungkinan kerjasama dengan pengembang, khususnya pengembangan di perumahan baru

  d. Kesempatan kerjasma dg perusahaan swasta dalam memanfaatkan dana CSR

  e. Adanya kesempatan untuk mengikuti Bimtek/ pelatihan dari pusat terkait dengan tugas

  a. Bertambahn ya jumlah penduduk

  b. Law

  Inforcement

  dalam penegakan hukum terkait lingkungan

  c. Terbatasnya dana untuk allokasi bidang sanitasi

INTERNAL PELUANG (O)

  d. Rendahnya tingkat pokok dan fungsi partisipasi

  f. Adanya kesempatan masyarakat mendapatkan bantuan hibah dalam dari lembaga donor (Ausaid, bidang

  INDII, IBRD, ADB, WB) sanitasi

  g. Promosi perumahan berwawasan lingkungan

KEKUATAN (S)

  e. Secara kelembagaan,

  a. Segera menyiapkan

  a. Meningkatka lembaga yang ada dan persaratan/dokumen yang n sosialisasi terkait dengan bidang dibutuhkan pemerintah pusat kepada Cipta Karya dan lembaga donor sebagai masyarakat mempunyai persaratan untuk mendapatkan dan swasta kewenangan yang bantuan hibah dalam kuat karena menanggula b.Meningkatkan sosialisasi ditetapkan ber ngi masalah kepada masyarakat, dasarkan Perda sanitasi pengembang terkait dengan f. Tersedianya dokumen isu2 lingkungan. b.Meningkatka perencanaan yg n penegakan

  c. Memberikan kesempatan lengkap seperti hukum bagi seluas-luasnya kepada pegawai

  RPJMD, RISPAM, SSK, masyarakat untuk mengikuti pelatihan/

  SPPIP, KSPD, Bisnis dan badan bimtek plan PDAM dll hukum yang d.Meningkatkan disiplin dan g. Pembagian tugas dan fungsi antara satuan kerja telah merata demikian pula wewenang dan tanggungjawab sudah jelas h.Uraian tugas para pimpinan telah ada yang dirumuskan dalam SK Bupati sehingga telah jelas dan mampu menghindari tumpang tindih yang tidak perlu. motivasi kerja kepada pegawai dengan menerapkan sistem reward dan funishment