PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

  

BUPATI KONAWE UTARA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA

NOMOR 6 TAHUN 2016

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

(RPJMD)

  

KABUPATEN KONAWE UTARA

2016 - 2021

  

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(BAPPEDA)

KABUPATEN KONAWE UTARA

  

2016

  

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

  Analisis pada aspek geografi perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah, dan kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu.

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

  Secara geografis Kabupaten Konawe Utara terletak di bagian Selatan Khatulistiwa, melintang dari Utara ke Selatan antara 02°97’ dan 03°86’ LS, membujur dari Barat ke Timur antara 121°49’ dan 122°49’ BT. Kabupaten Konawe Utara memiliki luas wilayah sebesar 500.339 Ha atau 13,38 persen dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Konawe Utara memiliki sepuluh kecamatan yaitu Kecamatan Motui, Kecamatan Sawa, Kecamatan Lembo, Kecamatan Lasolo, Kecamatan Molawe Kecamatan Andowia, Kecamatan Asera, Kecamatan Oheo, Kecamatan Langgikima dan Kecamatan Wiwirano. Dari sepuluh kecamatan tersebut wilayah terluas adalah Kecamatan Asera dengan luas 219.772 Ha atau 43,92 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Konawe Utara. Sedangkan wilayah dengan luas terkecil adalah Kecamatan Lembo dengan luas 7.812 Ha atau hanya 1,56 persen dari luas Kabupaten Konawe Utara.

  Secara administrasi Kabupaten Konawe Utara berbatasan dengan : § Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah) dan Kecamatan Routa (Kabupaten Konawe).

  § Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah) dan Laut Banda. § Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bondoala, Kecamatan

  Amonggedo, Kecamatan Meluhu, Kecamatan Anggaberi, Kecamatan Tongauna dan Kecamatan Abuki (Kabupaten Konawe). § Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Latoma Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka Utara.

  Batas wilayah administrasi Kabupaten Konawe Utara dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Konawe Utara

  Pada tahun 2015 wilayah Kabupaten Konawe Utara terbagi dalam 10 (sepuluh) kecamatan dan pada tahun 2016 terjadi pemekaran wilayah kecamatan menjadi 13 kecamatan, yakni Kecamatan Landawe (pemekaran dari Kecamatan Wiwirano), Kecamatan Wawolesea dan Kecamatan Lasolo Kepulauan (keduanya adalah pemekaran dari Kecamatan Lasolo). Dari 13 kecamatan tersebut, Kabupaten Konawe Utara terdiri dari 158 desa, 14 kelurahan dan 4 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Cakupan wilayah Kecamatan dan Desa/Kelurahan beserta ibu kota dan distribusi luas wilayah masing-masing dapat dilihat pada tabel 2.1.

  Sawa Motui Lembo Lasolo Molawe Andowia Asera Oheo Langgikima Wiwirano

  14

  1

  1

  11. Langgikima Langgikima 476,75

  11 1 -

  12. Landawe* Landawe -

  10 1 -

  13. Wiwirano Wiwirano 1.505,09

  15

  1

  1 Jumlah 5003.39 158

  4 Sumber : Kabupaten Konawe Utara Dalam Angka Tahun 2016

  10. Oheo Linomoiyo 738,50

Gambar 2.2 Persentase Luas Wilayah Per-Kecamatan di Kabupaten Konawe Utara

  Data pada tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwa Kecamatan Wiwirano mempunyai wilayah terluas sekitar 1.505 Km

  2

  dan Kecamatan Motui merupakan wilayah paling kecil, yakni sekitar 26,09 Km

  2.

  . 1.84% 0.52%

  1.56% 5.25%

  7.30% 11.91%

  17.25% 14.76%

  9.53% 30.08%

  17

  1

  

Tabel 2.1.

Nama dan Luas Wilayah Per-Kecamatan

di Kabupaten Konawe Utara

  4. Wawolesea* Wawolesea -

  No. Kecamatan Ibukota Luas Wilayah (Km

  2 ) Banyaknya Desa Kelurahan UPT

  1. Sawa Sawa 92,06

  13 1 -

  2. Motui Bende 26,09

  14

  1

  1

  3. Lembo Lembo 78,12

  11 1 -

  9 1 -

  2

  5. Lasolo Tinobu 262,50

  13 1 -

  6. Lasolo Kep.* Boenaga -

  6 1 -

  7. Molawe Molawe 365,06

  8 1 -

  8. Andowia Andowia 595,90

  14 1 -

  9. Asera Asera 863,32

  17

  • * Data Luas Wilayah masih bergabung di kecamatan induk

  2.1.1.2 Topografi

  Wilayah Konawe Utara berada pada ketinggian 0 - >2000 mdpl dengan kemiringan lereng antara 0 - >40%. Kemiringan antara 25% sampai dengan >40% berada pada hulu Sungai Lasolo yang merupakan wilayah Pegunungan Matarombeo. Wilayah dengan kemiringan lereng 0-8% umumnya berada pada kaki bukit, lembah antar sungai, dan wilayah di muara-muara sungai. Wilayah dengan ketinggian >2000 meter dan kemiringan lebih dari 40% berada pada sekitar hulu Sungai Konaweha, yaitu Pegunungan Mekongga mengarah ke utara sampai Pegunungan Matarombeo umumnya berbukit hingga bergunung.

  2.1.1.3 Geologi

  Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi Lembar Lasusua- Kendari dapat dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur Tinodo dan Lajur Hialu. Lajur Tinodo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur Hialu oleh endapan kerak samudra/ofiolit, secara garis besar kedua mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo (Rusmana, dkk., 1985).

  Struktur geologi yang dijumpai di wilayah Kabupaten Konawe Utara adalah sesar, lipatan, dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah barat laut-tenggara searah dengan sesar geser lurus mengiri Lasolo. Sesar Lasolo bahkan masih aktif hingga saat ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1983). Sesar naik ditemukan di daerah Wawo sebelah barat Tampakura dan di Tanjung Labuandala di selatan Lasolo, yaitu beranjaknya Batuan Ofiolit ke atas Batuan Malihan Mekonga, Formasi Meluhu, dan Formasi Matano.

  Adapun jenis tanah di Kabupaten Konawe Utara meliputi Latosol 116.829 Ha atau 23,35%, Podzolik 140.845 Ha atau 28,15%, Organosol 23.566 Ha atau 4,71%, Mediteran 16.961 Ha atau 3,39%, Aluvial 24.067 Ha atau 4,80% dan tanah campuran 178.071 Ha atau 35,59%.

  

Tabel 2.2.

Luas Wilayah dan Jenis Tanah

di Kabupaten Konawe Utara

  2 No. Jenis Tanah Luas (km ) Persentase (%)

  1. Latosol 1.168,29 23,35

  2. Podzolik 1.408,45 28,15

  3. Organosol 235,66 4,71

  4. Mediteran 169,61 3,39

  2 No. Jenis Tanah Luas (km ) Persentase (%)

  5. Aluvial 240,16 4,80

  6. Tanah Campuran 1.780,71 35,39

  Jumlah 5.003,39 100,00 Sumber : Konawe Utara Dalam Angka, Tahun 2016

2.1.1.4 Hidrologi

  Sungai adalah sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Daerah Pengaliran Sungai adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap dan/atau mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan.

  Daerah Aliran Sungai yang melalui Kabupaten Konawe Utara adalah wilayah Sungai Lasolo Sampara dengan sub wilayah sungai terdiri dari SWS Sungai Lasolo, SWA Lalindu, SWS Tinobu, SWS Sampara, dan SWS S. Lambuti. SWS Lasolo-Sampara mempunyai 63 DPS dengan jumlah total luas

2 DPS 14.979,6 km dan total panjang sungainya 847,2 km.

  Adanya Daerah Aliran Sungai (DAS) perlu dicermati sebagai potensi bagi sumber daya air untuk keperluan irigasi pertanian, energi listrik, sarana. Hal lain yang harus dicermati terkait dengan keberadaan daerah aliran sungai yakni kerentanan terhadap bencana banjir seperti halnya yang terjadi pada titik muara sungai pertemuan Sungai Lasolo dan Sungai Landawe di perbatasan kecamatan Molawe-Asera adalah yang telah menjadi daerah banjir tahunan.

2.1.1.5 Klimatologi

  Kondisi iklim di Kabupaten Konawe Utara tidak jauh berbeda dengan kondisi iklim di daratan Provinsi Sulawesi Tenggara, keduanya memiliki dua musim dalam setahun (musim hujan dan musim panas). Pada musim hujan, angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudra Pasifik. Rata-rata suhu udara maksimum 32

  C. Tekanan udara rata-rata 1.010,6 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 78 persen, kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu sekitar 3,75 m/sec.

  Pada tahun 2015, Bulan Juni merupakan bulan dengan jumlah hari hujan terbanyak yakni sebanyak 25 hari hujan dengan total curah hujan terbesar yakni sebesar 694 mm. Dalam kurun waktu kalender tahun 2015, total 148 hari diantaranya terjadi hujan dengan curah hujan rintik 2 mm sampai hujan deras dengan intensitas 110 mm yang merupakan hujan terderas yang terjadi di bulan Agustus. Berdasarkan pada klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, wilayah Kabupaten Konawe Utara dibedakan dalam dua klasifikasi yaitu Tipe Iklim B yakni tipe Iklim dengan kelembaban 14,3-33,3 % pada daerah Wiwirano hingga Molawe, dan Tipe Iklim C yaitu dengan kelembaban 33,3-60 % pada wilayah Lasolo hingga Motui.

  

Tabel 2.3.

Keadaan Curah Hujan Kabupaten Konawe UtaraTahun 2015

Bulan

Gambar 2.3 Keadaan Curah Hujan Kabupaten Konawe UtaraTahun 2015

  C u rah Hu jan ( m m ³)

  Har i Hu jan ( HH)

  18 100 200 300 400 500 600

  16

  14

  12

  10

  8

  6

  4

  2

   Sumber: BPS Kabupaten Konawe Utara, 2016

  Hari Hujan (HH) Curah Hujan (mm3)

  11 Desember 3 267

  2

  8 November

  1

  10 Oktober

  1

  11 September

  2

  Juli 9 139 Agustus

  Mei 14 309 Juni 16 484

  Maret 15 273 April 15 355

  Januari 13 219 Februari 15 314

  Curah Hujan (mm³) Hari Hujan (HH)

2.1.1.6 Penggunaan Lahan Kabupaten Konawe Utara memiliki luas wilayah sebesar 500.339 Ha.

  Penggunaan lahan terbesar adalah hutan negara seluas 57,03 persen dan perkebunan seluas 28,68 persen. Sebesar 0,74 persen atau sekitar 3.712 Ha dimanfaatkan sebagai lahan sawah yang luasnya mengalami penambahan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Data selengkapnya penggunaan lahan di Kabupaten Konawe Utara disajikan pada tabel 2.4. berikut :

Tabel 2.4.

  Lahan tanaman kayu-kayuan Hutan Rakyat

  Kabupaten Konawe Utara memiliki potensi pengembangan wilayah cukup prospektif. Potensi ini dituangkan dalam kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Konawe Utara (Pasal 3, Peraturan Daerah Kabupaten Konawe Utara Nomor 20 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032). Arah pengembangan wilayah Kabupaten Konawe Utara adalah sebagai berikut: a. Pengembangan dan peningkatan pusat-pusat pelayanan yang dapat mendorong pertumbuhan yang merata sesuai dengan hirarki dan skala pelayanannya;

  JUMLAH 500.339 500.339 500.339 Sumber : Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2015

  12. Lainnya 9.679 9.679 21.515

  11. Perkebunan 163.008 163.008 143.495

  10. Hutan Negara 285.344 285.344 285.344

  1.543 1.543 1.643

  Lahan yang sementara tidak diusahakan 11.852 11.852 11.660 9.

  

Penggunaan Lahan di Kabupaten Konawe Utara

Tahun 2012 s.d 2014

No. Penggunaan Lahan 2012 2013 2014

  7. Tambak, kolam, tebat, empang 350 350 350 8.

  6. Rawa yang tidak ditanami 1.200 1.200 1.200

  5. Padang rumput 1.580 1.580 1.764

  4. Ladang/huma 7.188 7.188 10.880

  3. Tegal/kebun 10.801 10.801 13.055

  Pekarangan/tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya 5.852 5.852 5.920

  1. Tanah Sawah 1.943 1.943 3.712 2.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

  b. Pengembangan dan peningkatan kualitas dan jangkauan jaringan transportasi, energi listrik, telekomunikasi, dan sumber daya air, pelayanan sarana dan prasarana air minum, persampahan, air limbah, dan drainase untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah; c. Pengembangan kegiatan industri pertambangan yang ramah lingkungan dalam rangka memberi nilai tambah dalam perekonomian wilayah; d. Pengembangan kegiatan unggulan pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan secara bijak dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; e. Pelestarian lingkungan hidup dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan daya dukung lingkungan demi kelangsungan di masa mendatang; dan f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

  Berdasarkan penelaahan RTRW dan deskripsi wilayah di Kabupaten Konawe Utara, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan lain - lain, adalah sebagai berikut :

  1. Pengembangan kawasan industri pertambangan di Kecamatan Motui dan Langgikima;

  2. Pengembangan kawasan agropolitan secara terpadu di Kecamatan Lembo dan Kecamatan Lasolo;

  3. Pengembangan kawasan perikanan yang terintegrasi di Kecamatan Molawe, Kecamatan Lasolo dan Kecamatan Lembo;

  4. Pengembangan kegiatan unggulan sub sektor perikanan tambak di Kecamatan Motui dan Sawa;

  5. Pengembangan kawasan wisata Pantai Taipa di Kecamatan Lembo, pengembangan kawasan wisata bahari Pulau Labengki di Kecamatan Lasolo Kepulauan, pengembangan kawasan wisata Air Panas Wawolesea di Kecamatan Wawolesea, pengembangan kawasan wisata alam dan sejarah di Kecamatan Oheo dan Kecamatan Asera, dan pengembangan kawasan wisata alam minat khusus di Kecamatan Wiwirano;

  6. Pengembangan kegiatan sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan dan hortikultura, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan air tawar di Kecamatan Andowia, Asera, dan Oheo; dan

  7. Pengembangan kegiatan perkebunanan kelapa sawit serta industri pengolahannya di Kecamatan Wiwirano dan Langgikima.

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

  Kabupaten Konawe Utara memiliki wilayah rawan bencana alam tanah longsor, gelombang pasang, dan banjir. Adapun rincian wilayah rawan bencana sebagai berikut:

  1. Wilayah rawan bencana tanah longsor meliputi:

  a. Kecamatan Motui;

  b. Kecamatan Sawa;

  c. Kecamatan Lembo;

  d. Kecamatan Wawolesea;

  e. Kecamatan Lasolo;

  f. Kecamatan Molawe;

  g. Kecamatan Andowia;

  h. Kecamatan Asera; i. Kecamatan Oheo; j. Kecamatan Langgikima; k. Kecamatan Landawe; l. Kecamatan Wiwirano.

  2. Wilayah rawan bencana gelombang pasang meliputi:

  a. Kecamatan Motui;

  b. Kecamatan Sawa;

  c. Kecamatan Lembo;

  d. Kecamatan Molawe;

  e. Kecamatan Lasolo;

  f. Kecamatan Lasolo Kepulauan

  3. Wilayah rawan bencana banjir meliputi:

  a. Kecamatan Motui;

  b. Kecamatan Sawa;

  c. Kecamatan Lembo;

  d. Kecamatan Lasolo;

  e. Kecamatan Molawe;

  f. Kecamatan Andowia;

  g. Kecamatan Asera;

  h. Kecamatan Oheo; i. Kecamatan Wiwirano.

2.1.4 Demografi dan Kependudukan

  61,287

  Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan Linear (Jumlah Penduduk)

  2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016**

  60,000 70,000

  27,902 28,680

  25,042 25,569 26,087 27,175

  29,902 30,499 32,607 23,579

  24,346 27,519 28,088 28,665

  57,077 58,401

  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015sebanyak 58.401 jiwa yang terdiri dari 30.499 jiwa laki-laki (53,20%) dan 27.902 jiwa perempuan (46,80%). Angka sex rasio sebesar 109,31%. Ini berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 109 penduduk laki-laki (tabel 2.5.)

  53,657 54,752

  47,925 52,561

Gambar 2.4 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Konawe Utara Tahun 2010-2016

  Ket : *)Angka sangat sementara Sumber : Kab. Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2016.

  2016** 32.607 28.680 61.287 13.542 113,69

  2010 24.346 23.579 47.925 10.892 103,25 2011 27.519 25.042 52.561 11.318 109,89 2012 28.088 25.569 53.657 11.779 109,85 2013 28.665 26.087 54.752 12.167 109,88 2014 29.902 27.175 57.077 12.684 110,03 2015 30.499 27.902 58.401 13.098 109.31

  Tahun Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Jumlah KK Rasio Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

  

Tabel 2.5.

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Kabupaten Konawe Utara Tahun 2010 s.d 2016

  • 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000

  Berdasarkan jumlah penduduk 58.401 jiwa pada tahun 2015, kecamatan yang berpenduduk terbanyak adalah Kecamatan Lasolo sebanyak 11.883 jiwa dan kecamatan yang berpenduduk paling sedikit adalah Kecamatan Motui sebanyak 3.884 jiwa. Kabupaten Konawe Utara memiliki kepadatan penduduk 11,67 jiwa/km

  

6. Lasolo Kep.* - - - - - -

  Statistik penduduk menurut kelompok umur akan menggambarkan jumlah usia produktif atau non produktif di Kabupaten Konawe Utara. Pada tahun 2015 tercatat kelompok umur di bawah 20 tahun berjumlah 25.433 jiwa yang merupakan penduduk usia sekolah, kelompok umur 20-65 tahun sebanyak 30.310 jiwa adalah penduduk usia produktif atau angkatan kerja, sedangkan lanjut usia atau kelompok umur 60+ berjumlah 1.658 jiwa (Tabel 2.7.).

  Sumber : BPS Kab. Konawe Utara, tahun 2016 Ket : *) data masih bergabung di kecamatan induk

  

13. Landawe* - - - - - -

Konawe Utara 5.003,39 100,00 30.499 27.902 58.401 11,67

  

12. Wiwirano 1.505,09 30,08 3.814 3.393 7.207 4,79

  

11. Langgikima 476,75 9,53 2.684 2.113 4.797 10,06

  

10. Oheo 738,50 14,76 2.026 1.975 3.901 5,28

  

9. Asera 863,32 17,25 3.173 2.885 6.058 7,02

  

8. Andowia 595,90 11,91 2.843 2.655 5.498 9,23

  

7. Molawe 365,06 7,30 3.238 2.943 6.181 16,93

  

5. Lasolo 262,50 5,25 6.007 5.876 11.883 45,27

  2

  

4. Wawolesea* - - - - - -

  

3. Lembo 78,12 1,56 2.527 2.302 4.829 61,82

  

2. Sawa 26,09 0,52 2.165 1.998 4.163 148,87

  

1. Motui 92,06 1,84 2.022 1.862 3.884 45,22

  No. Kecamatan Luas Wilayah (km²) (%) Luas Wilayah Tahun 2015 Kepadatan (jiwa/km²) Laki-laki Perempuan Jumlah

  

Tabel 2.6.

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Konawe Utara Menurut Kecamatan Tahun 2015

  2 (tabel 2.6.).

  , sedangkan Kecamatan Wiwirano yang merupakan wilayah terluas hanya memiliki kepadatan 4 jiwa/km

  2

  . Penyebaran penduduk yang tidak merata seperti terlihat di Kecamatan Sawa yang luas wilayahnya hanya 0,52 persen dari luas wilayah kabupaten memiliki kepadatan penduduk tertinggi mencapai 148 jiwa/km

  Berdasarkan komposisi penduduk, menggambarkan bahwa jumlah penduduk produktif atau tenaga kerja di Kabupaten Konawe Utara lebih besar dari penduduk yang tidak produktif (usia sekolah dan lanjut usia). Bonus demografi ini menjadi potensi dalam proses pembangunan dalam kaitannya dengan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola sumber-sumber daerah.

  

Tabel 2.7.

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015

  Jumlah Penduduk Tingkat Umur Total Laki – Laki Perempuan

  0 – 4 3.692 3.608 7.300 5 – 9 3.534 3.444 6.978

  10 – 14 3.025 2.794 5.819 15 – 19 2.801 2.535 5.336 20 – 24 2.915 2.343 5.258 25 – 29 2.770 2.434 5.204 30 – 34 2.547 2.341 4.888 35 – 39 2.290 2.066 4.356 40 – 44 1.807 1.690 3.497 45 – 49 1.580 1.423 3.003 50 – 54 1.252 1.118 2.370 55 – 59 878 789 1.667 60 – 65 611 456 1.067

  65 + 797 861 1.658 Jumlah 30.499 27.902 58.401

  Sumber : Kab. Konawe Utara dalam Angka, Tahun 2016

Gambar 2.5 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Konawe Utara Tahun 2015

  4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000

  500

  • 4

  9

  4

  9

  4

  9

  4

  9

  4

  9

  4

  9

  5

  • 1

  1

  2

  2

  3

  3

  4

  4

  5

  5

  6

  5

  • – –

  6

  • – 5 – – –
  • – – – – – – –

  5

  5

  5

  5

  5

  1

  1

  2

  2

  3

  3

  4

  4

  5

  5

  6 Laki – Laki Perempuan Selanjutnya jumlah penduduk yang bekerja di Kabupaten Konawe Utara tahun 2016 sebanyak 24.954 jiwa, yang masih didominasi oleh penduduk yang bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan, yakni sebanyak 15.398 jiwa atau sekitar 61,70 persen. Komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha Kabupaten Konawe Utara tahun 2011-2016 dapat dilihat pada tabel berikut.

  

Tabel 2.8.

Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Kabupaten Konawe Utara Tahun 2011-2016

  Tahun No. Jenis Kegiatan 2011 2012 2013 2014 2015 2016** 1.

  Pertanian, perkebunan, kehutanan,

  14,604 12,590 12,205 14,272 16,152 15,398

  perikanan dan perburuhan 2. Pertambangan dan penggalian

  1,936 1,881 2,364 974 789 629 3.

  Industri pengolahan

  1,939 2,210 2,214 1,766 1,002 1,131 4.

  Listrik, gas dan air

  32

  45 5.

  Bangunan

  1,496 1,430 1,553 1,639 1,579 1,652 6.

  Perdagangan besar, eceran, rumah

  1,792 2,214 2,310 2,667 2,353 2,740

  makan, dan hotel 7. Angkutan, pergudangan dan komunikasi

  477 412 525 615 519 596 8.

  Keuangan, asuransi, usaha persewaan

  103

  bangunan, tanah, dan jasa perusahaan 9. Jasa kemasyarakatan

  2,802 2,355 2,246 1,885 3,467 2,809

  Jumlah 25,046 23,124 23,520 23,863 25,861 24.954 Sumber : BPS, Tahun 2016 Ket: **)Angka sangat sementara

2.1.5 Penelaahan RTRW

  Perencanaan pembangunan daerah pada prinsipnya bertujuan mengintegrasikan rencana tata ruang wilayah dengan rencana pembangunan daerah. Dalam kaitan itu, penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RTRW dan RPJPD. Oleh karena itu, diperlukan penelaahan RTRW untuk menjamin agar arah kebijakan dalam RPJMD selaras dengan, atau tidak menyimpang dari arah kebijakan RTRW.

  Berdasarkan RTRW Kabupaten Konawe Utara tahun 2012 - 2032, pola pengembangan wilayah Kabupaten Konawe Utara terbagi dalam sistem perkotaan dan sistem perdesaan, dengan struktur dan pola ruang sesuai dengan potensi sumber daya yang ada. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah Kabupaten sesuai dengan RTRW Kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan / pengembangan Kabupaten beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan Kabupaten yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan;

  Penataan ruang Kabupaten Konawe Utara bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan Sebagai pusat kegiatan industri pertambangan, disertai dengan kegiatan pertanian, perkebunan dan perikanan, dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.1.5.1 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

  Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah, maka ditetapkan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah. Kebijakan Penataan Ruang meliputi :

  a. pengembangan dan peningkatan pusat-pusat pelayanan yang dapat mendorong pertumbuhan yang merata sesuai dengan hirarki dan skala pelayanannya;

  b. pengembangan dan peningkatan kualitas dan jangkauan jaringan transportasi, energi listrik, telekomunikasi, dan sumber daya air, pelayanan sarana dan prasarana air minum, persampahan, air limbah, dan drainase untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah; c. pengembangan kegiatan industri pertambangan yang ramah lingkungan dalam rangka memberi nilai tambah dalam perekonomian wilayah; d. pengembangan kegiatan unggulan pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan secara bijak dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; e. pelestarian lingkungan hidup dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan daya dukung lingkungan demi kelangsungan di masa mendatang; dan f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

  Strategi pengembangan dan peningkatan pusat-pusat pelayanan yang dapat mendorong pertumbuhan yang merata sesuai dengan hirarki dan skala pelayanannya meliputi:

  a. meningkatkan dan mempertahankan fungsi pusat pelayanan eksisting;

  b. mengembangkan pusat pelayanan baru di seluruh Kabupaten Konawe Utara; c. menetapkan pusat pelayanan sebagai kawasan fungsional sesuai dengan unggulan wilayah sekitarnya; dan d. meningkatkan keterkaitan antar pusat pelayanan sehingga tercipta keterpaduan antar wilayah.

  Strategi pengembangan dan peningkatan kualitas dan jangkauan jaringan transportasi, energi listrik, telekomunikasi, dan sumber daya air dan prasarana dan sarana air minum, persampahan, air limbah dan drainase untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah meliputi: a. mengembangkan dan meningkatkan sistem jaringan prasarana transportasi internal dan regional kabupaten dalam menunjang pergerakan barang dan penumpang;

  b. mengembangkan simpul-simpul transportasi dalam rangka peningkatan sistem jaringan pelayanan inter dan antarmoda untuk meningkatkan pelayanan barang dan penumpang;

  c. mengembangkan dan meningkatkan jaringan energi listrik dengan memanfaatkan energi terbarukan dan tidak terbarukan secara optimal untuk mendukung pengembangan sektor unggulan;

  d. mengembangkan dan meningkatkan jaringan telekomunikasi untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah; e. mengembangkan dan meningkatkan jaringan sumber daya air untuk menciptakan keterpaduan pengelolaan sumber daya air; dan f. mengembangkan dan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana air minum, persampahan, air limbah dan drainase untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman penduduk.

  Strategi pengembangan kegiatan industri pertambangan yang ramah lingkungan dalam rangka memberi nilai tambah dalam perekonomian wilayah, meliputi:

  a. mengembangkan kegiatan pendukung dan/atau kegiatan turunan dari sektor pertambangan; b. mendorong pengembangan pusat kegiatan industri pertambangan yang inovatif dan ramah lingkungan; c. mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah yang ramah lingkungan untuk mendukung kegiatan industri pertambangan; dan d. mengembangkan dan meningkatan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri pertambangan.

  Strategi pengembangan kegiatan unggulan pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan secara bijak dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, meliputi:

  a. mewujudkan pemanfaatan kawasan budidaya secara efisien, serasi dan seimbang berdasarkan kesesuaian lahannya; b. mengembangkan dan meningkatkan pengembangan pertanian dalam rangka mendukung swasembada pangan; c. mengembangkan dan meningkatkan pengembangan perkebunan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan untuk mendukung kesejahteraan rakyat;

  d. mengembangkan dan meningkatkan pengembangan perikanan untuk mendukung kesejahteraan rakyat; e. mengembangkan kegiatan pendukung dan/atau kegiatan turunan dari kegiatan perkebunan dan perikanan untuk kesejahteraan rakyat; f. mengembangkan kegiatan pertambangan yang inovatif dan ramah lingkungan yang berkelanjutan; g. mengintegrasikan kawasan unggulan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta kawasan pertambangan dengan wilayah sekitar dan kawasan unggulan lain;

  h. meningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengelola sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan secara profesional dan berkelanjutan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan i. mengembangkan dan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan, termasuk kegiatan pendukungnya guna mendukung aksesibilitas pusat-pusat pertumbuhan kawasan.

  Strategi pelestarian lingkungan hidup dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan daya dukung lingkungan demi kelangsungan di masa mendatang, meliputi:

  a. mempertahankan kawasan lindung di wilayah darat dan wilayah laut untuk meningkatkan daya dukung lingkungan hidup; b. mempertahankan kawasan hutan dengan luas paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) dari luas wilayah keseluruhan; c. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup terutama kawasan tangkapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan perairan laut;

  d. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan e. mengembalikan dan meningkatkan kualitas lingkungan yang telah rusak akibat kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem lingkungan.

  Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, meliputi: a. menetapkan aset-aset budidaya militer dan kepolisian dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam aset-aset militer dan kepolisian untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar aset-aset militer/kepolisian sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan budidaya terbangun.

2.1.5.2 Rencana Struktur Ruang

  Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah Kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah. Adapun sistem pusat perkotaan di Kabupaten Konawe Utara terbagi menjadi 3 jenjang hirarki, yaitu : 1.

  Pusat Hirarki I adalah Lasolo, merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), disamping mempunyai ketersediaan infrastruktur yang cukup memadai dibandingkan dengan kecamatan lainnya, di dalam RTRWN, RTRW Pulau Sulawesi dan RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara telah menetapkan Lasolo sebagai pusat kegiatan wilayah untuk melayani seluruh wilayah Kabupaten Konawe Utara.

  2. Pusat Hirarki II adalah Wanggudu, merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang melayani seluruh kecamatan di Kabupaten Konawe Utara. Dalam RTRW

  Propinsi dan RTRW Kabupaten Konawe, Wanggudu ditetapkan fungsinya sebagai pusat pemerintahan kabupaten.

  3. Pusat Hirarki III adalah Kecamatan Motui, Sawa, Lembo, Andowia, Asera, Oheo, Langgikima, dan Kecamatan Wiwirano, merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang melayani wilayah kecamatan bersangkutan dan sekitarnya.

  Rencana Struktur Ruang berdasarkan RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012 – 2032 dapat dilihat pada Tabel 2.9. berikut :

Tabel 2.9.

  

Rencana Struktur Ruang Kabupaten Konawe Utara

Tingkat Pusat Arahan Pengembangan No. Pusat Kegiatan Pelayanan Pengembangan Kegiatan

  I Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Lasolo Provinsi/ Kel. Tinobu - Pusat perdagangan dan Regional (Kecamatan Lasolo) jasa

  • Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan industri
  • Pariwisata - Pelabuhan - Terminal Tipe A - Permukiman perkotaaan
  • Hutan Lindung

  II Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Wanggudu Kabupaten Kel. Wanggudu - Pusat Pemerintahan

(Kec. Asera) - Permukiman perkotaan

  • Perdagangan dan jasa
  • Fasilitas umum untuk kegiatan pendidikan (Semua jenjang)
  • Fasilitas umum kesehatan (Puskemas, poliklinik dan RSUD)
  • Pertanian - Perkebunan - Agroindustri - Agroforestri - Hutan Lindung - Terminal tipe B

  Pusat Pelayanan

  III Kawasan (PPK)

  1. Sawa Kecamatan Kel. Sawa

  • Pariwisata - Perdagangan dan jasa

  2. Molawe Kecamatan Kel. Molawe

  • Perikanan

  3. Langgikima Kecamatan Kel. Langgikima

  • Pertanian

  4. Wiwirano Kecamatan Kel. Linomoiyo - Perkebunan

  • Permukiman

  5. Andowia Kecamatan Kel. Andowia

  • Fasilitas umum dan sosial

  6. Motui Kecamatan Kel. Bende

  • Terminal tipe C (Kec Sawa,

  Tingkat Pusat Arahan Pengembangan No. Pusat Kegiatan Pelayanan Pengembangan Kegiatan

  7. Lembo Kecamatan Kel. Lembo Wiwirano)

  • Hutan Lindung

  8. Oheo Kecamatan Kel. Linomoiyo

  • Hutan Produksi - Pertambangan Industri

  Sumber: RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012 - 2032

  Selanjutnya jaringan prasarana wilayah yang direncanakan untuk mengintegrasikan pusat – pusat kegiatan meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringanenergi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya. Antara lain :

  1. Rencana jaringan jalan yang direncanakan akan ditingkatkan fungsinya sebagai kolektor primer adalah Ruas Belalo – Tinobu, Ruas Molawe – Asera, Ruas Asera Jalan Lingkar Wanggudu, Ruas Andowia – Tapunggaea, Ruas Asera – Langgikima, Ruas Langgikima – Morombo;

  2. Rencana jaringan jalan yang direncanakan akan ditingkatkan fungsinya sebagai arteri sekunder adalah Ruas Belalo – Andowia menuju Tinobu, Ruas Langgikima – Tapunggaea, Ruas Molawe – Mandiodo – Tapunggaeya.

  3. Peningkatan kualitas sistem perkerasan dari tanah menjadi aspal terutama pada poros adalah Jalan lingkar Wanggudu (pusat pemerintahan), Jalan akses menuju Tinobu, Jalan akses menuju Molawe, Jalan akses Lasolo- Unaaha, Jalan akses menuju kawasan wisata, dan Jalan lingkar Langgikima – Morombo (Teluk Matarepe).

  4. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA);

  5. Pengembangan prasarana dan sarana dasar penunjang energi listrik di kabupaten Konawe Utara adalah Gardu induk maupun jaringan listrik seperti SUTET, SUTT, SUTR, dan sambungan listrik ke permukiman;

  6. Rencana sistem jaringan telekomukasi dalam bentuk jaringan teknologi seluler di seluruh wilayah Kabupaten Konawe Utara dan pengembangan jaringan internet;

  7. Pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi Wilayah Sungai (WS), Cekungan Air Tanah (CAT), Jaringan Irigasi, dan Jaringan Air Bersih.

  8. Pengelolaan Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Konawe Utara terdiri atas WS Lintas Provinsi dan WS Lintas Kabupaten/Kota yang dilalui oleh beberapa DAS (daerah aliran sungai) antara lain: a. WS Lintas Provinsi yaitu WS Lasolo – Sampara meliputi DAS Lasolo, DAS Sampara, DAS Lalindu, DAS Tinobu, DAS Lahumbuti, DAS Landawe, DAS Amesiu; b. WS Lintas Kabupaten/Kota yaitu SWP DAS Konaweha Lasolo.

  9. Pengembangan sistem irigasi Kabupaten Konawe Utara diprioitaskan pada kawasan yang mempunyai tingkat produktifitas pertanian tinggi seperti Kecamatan Asera, Oheo, Andowia, dan Kecamatan Lembo, meliputi :

  a. Pengembangan Daerah irigasi (D.I) yang merupakan kewenangan Kabupaten Konawe Utara.

  b. Pembangunan Bendung/pintu air (intake), Saluran Irigasi primer dan Saluran Irigasi Sekunder pada jaringan di daerah irigasi yang ada.

  c. Rehabilitasi, pemerliharaan, dan peningkatan operasi jaringan irigasi yang ada.

  10. Prasarana air bersih untuk air minum Kabupaten Konawe Utara dilengkapi oleh Instalasi Pengolahan Air (IPA) meliputi : a. IPA Wanggudu di Kecamatan Asera bersumber dari Sungai Lasolo;

  b. IPA Lamonae di Kecamatan Wiwirano bersumber dari Sungai Lalindu;

  c. IPA Langgikima di Kecamatan Langgikima bersumber dari kali Langgikima;

  d. IPA Andowia di Kecamatan Andowia bersumber dari Sungai Lasolo;

  e. IPA Tinobu di Kecamatan Lasolo bersumber dari Sungai Lasolo;

  f. IPA Lembo di Kecamatan Lembo bersumber dari sumur dalam;

  g. IPA Molawe di Kecamatan Molawe bersumber dari kali Mowulo;

  h. IPA Sawa di Kecamatan Sawa bersumber dari sumur dalam; i. IPA Bende di Kecamatan Motui bersumber dari sumur dalam; dan j. IPA Oheo di Kecamatan Oheo bersumber dari kali Lameuru dan kali Watulo.

  11. Pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan pengendali banjir; Perlindungan tangkapan air berupa waduk atau folder; Normalisasi sungai; Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai; Memetakan zonasi rawan banjir; Mengembangkan sistem peringatan dini untuk banjir; Pembangunan prasarana pengendali erosi dan sedimen; Pembangunan perkuatan lereng; Memetakan zonasi rawan erosi dan longsor.

  12. Pembangunan sistem pengamanan pantai dilakukan di sepanjang pesisir pantai Kabupaten Konawe Utara dengan, melalui : a. Memetakan zonasi dan skala enanganan pantai prioritas untuk daerah pantai rawan abrasi & tsunami; b. Reboisasi atau penanaman kembali tanaman bakau pada kawasan hutan bakau yang telah mengalamai kerusakan; c. Monitoring pasang surut di muara sungai;

  d. Pembangunan sarana dan prasarana pengamanan pantai dan pemecah ombak/gelombang di lokasi rawan bencana abrasi dan tsunami; Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur ruang Kabupaten Konawe Utara tahun 2012 - 2032, dapat dilihat pada Gambar 2.6.

2.1.5.3 Rencana Pola Ruang

  Rencana pola ruang wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah Kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW Kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.

  1. Kawasan Hutan Lindung

  Kawasan hutan lindung di Kabupaten Konawe Utara tersebar di 10 (sepuluh) kecamatan yaitu Kecamatan Motui, Kecamatan Sawa, Kecamatan Lembo, Kecamatan Lasolo, Kecamatan Asera, Kecamatan Molawe, Kecamatan Oheo, Kecamatan Langgikima dan Kecamatan Wiwirano dengan luas total mencapai 209,661 ha.

  2. Kawasan Hutan Bergambut

  Kawasan hutan bergambut di Kabupaten Konawe Utara terdapat di Kecamatan Asera dan Molawe dengan luas total mencapai 600 ha. Selain sangat penting untuk kegiatan konservasi sumber mata air dan kawasan resapan air, kawasan hutan bergambut menjadi salahsatu ekosistem bagi beberapa satwa dan jenis pohon/tanaman yang dilindungi.

  3. Kawasan Resapan Air

  Kawasan resapan air di suatu wilayah dapat diidentifikasi dari dominasi tutupan lahannya, wilayah kabupaten Konawe Utara yang didominasi kawasan hutan menjadi sangat strategis bagi pengembangan kawasan resapan air. Kawasan resapan air mempunyai peranan penting dalam konservasi sumber daya air dan mencegah terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA

Gambar 2.6 Peta Struktur Ruang Kabupaten Konawe Utara

  4. Kawasan Sempadan Sungai

  Kawasan sempadan sungai ditetapkan pada sepanjang daerah aliran sungai Kokapi; Lasolo; Lalindu; Tinobu; Toreo; Andumowu; Luhumbuti; Landawe; Wataraki. Pada sungai bertanggul, sempadan sungai ditetapkan minimal 10 m kearah darat, sedangkan pada sungai tidak bertanggul sempadan sungai ditetapkan minimal 50-100 m.

  5. Kawasan Sempadan Pantai

  Kawasan sempadan pantai perlu ditetapkan disepanjang pesisir pantai kecamatan Sawa, Lembo, Lasolo, Molawe, dan Langgikima. Ketentuan sempadan pantai diberlakukan dengan kondisi pada kawasan pesisir permukiman padat penduduk ditetapkan minimal 50 m. Pada kawasan pesisir yang tidak terdapat permukiman ditetapkan minimal 100 m.

  6. Waduk/Danau/Telaga

  Kawasan disekitar waduk/danau/telaga (radius 100 m) perlu diamankan dari ancaman kegiatan yang dapat mempengaruhi fungsi utama kawasan (menyimpan dan menampung air permukaan). Kawasan ini ditetapkan disekitar kawasan telaga tiga warna di desa Linomoiyo yang mempunyai luas ± 3 ha) dan Danau Rano di desa Walasolo (4 ha) Kecamatan Asera. Pemanfaatan kawasan sekitar waduk lebih diarahkan untuk kegiatan konservasi dan budidaya non permukiman seperti perkebunan, pertanian, budidaya perikanan.

  7. Kawasan Suaka Alam