RENSTRA 2012-2017 DINAS-2 BAB 3

2012 - 2017

BAB III
ISU-ISU STRATEGIS

3.1.

IDENTIFIKASI MASALAH
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan sektor kelautan dan
perikanan di Kabupaten Batang yang menyebabkan penurunan/kurang
optimalnya produksi perikanan dan jasa kelautan, di antaranya adalah:
1. Belum optimalnya pengelolaan BBI (Balai Benih Ikan), PBI (Pasar
Benih Ikan), TPI (Tempat Pelelangan Ikan), Kawasan Koservasi,
kawasan budidaya, dan kawasan pelabuhan perikanan di Kabupaten
Batang.
2. Belum

optimalnya

penyebarluasan


pelaksanaan

informasi

identifikasi,

potensi

sumberdaya

kajian,

dan

kelautan

dan

perikanan;
3. Masih terbatasnya sarana dan prasarana kelautan dan perikanan;

4. Belum

optimalnya

monitoring

dan

pengendalian

pemanfaatan

sumberdaya Kelautan dan Perikanan;
5. Belum

optimalnya

pengawasan

dan


penegakan

hukum

yang

mengakibatkan tidak terkendalinya eksploitasi sumberdaya kelautan
dan perikanan serta pengendalian mutu hasil perikanan;
6. Rendahnya
masyarakat,

kemampuan
utamanya

SDM

dan

masyarakat


kapasitas

pesisir

dalam

kelembagaan
pengelolaan

sumberdaya kelautan dan perikanan akibat rendahnya tingkat
pendidikan;
7. Adanya kerusakan habitat vital di laut / pesisir yang disebabkan
pencemaran, perusakan oleh manusia, maupun faktor bencana alam,
akibat

rendahnya

masyarakat


pesisir

pengetahuan,
dalam

kesadaran

menjaga

dan

kelestarian

peran

serta

ekosistem

/


lingkungan.
8. Belum optimalnya sarana dan prasarana pendukung perikanan
budidaya serta rendahnya kemampuan pembudidaya ikan untuk
menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara

RENSTRA Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Batang

Hal. 69

2012 - 2017

Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) yang disebabkan kurangnya
penguasaan teknis;
9. Banyaknya pelaku usaha pengolahan hasil perikanan yang bersifat
tradisional (dengan mutu produk, syarat teknis, sanitasi dan higienis
yang rendah dan jauh dari persyaratan mutu ekspor) karena
rendahnya

kesadaran,


pengetahuan

dan

permodalan,

serta

keterbatasan sarana – prasarana penyimpanan hasil tangkapan;
10. Pola pemasaran hasil perikanan yang masih tradisional, belum
menerapkan sistem rantai dingin pada penanganan hasil produk
perikanan, sehingga menyebabkan menurunnya kualitas bahan baku
olahan perikanan dan masih adanya penggunaan bahan tambahan
makanan yang berbahaya;
11. Rendahnya tingkat konsumsi ikan per kapita per tahun;
3.2.

TELAAHAN VISI, MISI DAN PROGRAM BUPATI DAN WAKIL BUPATI
BATANG

Pemerintah

Kabupaten

Batang

telah

menetapkan

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk Tahun 2012 –
2017 melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Batang Tahun
2012 – 2017, RPJM diantaranya memuat VISI dan MISI Bupati dan wakil
bupati terpilih.
Berdasarkan PP No. 8 Tahun 2008, Visi dan Misi dalam RPJMD
merupakan visi dan misi Kepala Daerah terpilih. Visi dan Misi Kepala
Daerah menjadi dokumen negara dan pada dasarnya merupakan

idealisme dan pemikiran calon kepala daerah terhadap kondisi dan
permasalahan masyarakat Kabupaten Batang
Adapun visi Bupati dan Wakil Bupati Batang periode 2012-2017 dalam
rangka mengimplementasika

n keinginan tersebut, yaitu :

”Terwujudnya pemerintahan yang bersih, efektif, efisien dan profesional,
untuk penguatan ekonomi daerah, dan pencapaian kesejahteraan
masyarakat Batang”

RENSTRA Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Batang

Hal. 69

2012 - 2017

Sedangkan Misi Bupati dan Wakil Bupati Batang periode 2012-2017
adalah :
“Terwujudnya pemerintahan yang efektif,


bersih, profesional, untuk

penguatan ekonomi daerah, dan pencapaian kesejahteraan masyarakat
Batang”
Untuk mewujudkan Visi, misi Bupati dan Wakil Bupati Batang tersebut,
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang telah menetapkan
kerangka, faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendorong
pelayanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang sehingga
menjadi rumusan isu strategis. Adapun faktor yang dapat menghambat
Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati antara lain : masih rendahnya
tingkat konsumsi ikan pada masyarakat sehingga pertumbuhan kegiatan
perekonomian

perikanan

belum

secara


massive

dilakukan

oleh

masyarakat, sehingga tujuan tercapainya kesejahteraan masyarakat
nelayan menjadi terhambat, selain itu karena masih terbatasnya sarana
dan prasarana pendukung kegiatan kelautan dan perikanan di
masyarakat.
3.3.

TELAAHAN

RENSTRA

PERIKANAN

REPUBLIK

KEMENTERIAN
INDONESIA

DAN

KELAUTAN

DAN

RENSTRA

DINAS

KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia melalui
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Nomor
PER.06/MEN/2010, Tanggal 18 Februari 2010 telah menetapkan
Rencana Strategis Tahun 2010 – 2014, dimana VISI Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia adalah Indonesia Penghasil Produk
Kelautan dan perikanan Terbesar 2015, untuk mewujudkan visi
pembangunan kelautan dan perikanan tersebut maka misi yang diemban
adalah Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan.
Untuk menyelaraskan Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan
Perikanan tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang
telah menetapkan beberapa faktor yang dapat menghambat serta

RENSTRA Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Batang

Hal. 69

2012 - 2017

mendorong terlaksananya visi dan misi tersebut, antara lain : belum
optimalnya pengelolaan Balai Benih Ikan (BBI), Tempat Pelelangan Ikan
(TPI), Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), Pasar Benih Ikan (PBI) serta
unit produksi perikanan lainnya sehingga produksi perikanan di
Kabupaten Batang sebagai bagian dari stimulus produksi Perikanan
Nasional.
3.4.

TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Bidang tata ruang wilayah kelautan dan perikanan adalah meliputi
wilayah pesisir kabupaten batang. Wilayah pesisir adalah wilayah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang memiliki keragaman
potensi sumber daya alam yang tinggi sehingga dapat memberikan
manfaat secara optimal bagi pengembangan ekonomi, social budaya
masyarakat, serta merupakan lahan usaha dan investasi bagi para
pemilik modal.
Dokumen RSWP diharapkan berfungsi sebagai instrument yang akan
dipakai untuk referensi kebijakan dan program kegiatan dalam
pengelolaan wilayah pesisir sampai dengan beberapa tahun ke depan
oleh pemerintah daerah, swasta dan masyarakat.
Pada dasarnya, integrasi dokumen RSWP tersebut sejalan dengan
system dan konsep perencanaan pembangunan yang ada (UU No. 25
Tahun 2004). Tampak bahwa adopsi dan pelembagaan dokumen
tersebut dilakukan dengan menjadikan dokumen RSWP-3-K sebagai
input dalam penyusunan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah), RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah),
Renstra SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), dan Renja SKPD.

3.5.

PENENTUAN ISU STRATEGIS
Sebagai hasil dari penetapan kerangka faktor-faktor penghambat dan
pendorong Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Batang, ditentukan isu
strategis sebagai berikut :

RENSTRA Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Batang

Hal. 69

2012 - 2017

1. Masih terbatasnya sarana dan prasarana kelautan dan perikanan;
2. Belum

optimalnya

monitoring

dan

pengendalian

pemanfaatan

sumberdaya kelautan dan perikanan;
3. Belum optimalnya pengawasan dan penegakan hukum yang
mengakibatkan tidak terkendalinya eksploitasi sumberdaya kelautan
dan perikanan serta pengendalian mutu hasil perikanan;
4. Belum optimalnya pengelolaan kawasan konservasi, kawasan
budidaya, dan kawasan pelabuhan perikanan di Kabupaten Batang;
5. Belum

optimalnya

penyebarluasan

pelaksanaan

informasi

potensi

identifikasi,

kajian,

dan

sumberdata

kelautan

dan

perikanan;
6. Belum optimalnya pengelolaan BBI (Balai Benih Ikan), PBI (Pasar
Benih Ikan), TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan Kawasan Konservasi;
7. Rendahnya penerapan teknologi pasca tangkap diatas kapal
penangkap ikan dan sistem rantai dingin pada produk perikanan;
8. Terbatasnya kemampuan SDM Pelaku usaha dan rendahnya
kesadaran masyarakat dalam melestarikan SDA Kelautan dan
Perikanan;
9. Belum

optimalnya

kapasitas

kelembagaan,

kewirausahaan,

terbatasnya akses permodalan dan akses pemasaran produk
perikanan;
10. Adanya kerusakan ekosistem perairan yang disebabkan pencemaran,
limbah Industri, dan perusakan oleh manusia, maupun faktor bencana
alam;
11. Terjadinya perubahan garis pantai akibat abrasi, akresi dan tingginya
sedimantasi di alur sungai, salutan tambak dan kolam tambat labuh
kapal penagkap ikan;
12. Rusaknya ekosistem terumbu karang dan mangrove di Kabupaten
Batang;
13. Semakin jauh daerah penangkapan ikan (Fishing Ground);
14. Tingginya jumlah kekurangan pembayaran lelang ikan (KPLI) di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI);

RENSTRA Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Batang

Hal. 69

2012 - 2017

15. Banyaknya pelaku usaha pengolahan hasil perikanan yang bersifat
tradisional (dengan mutu produk, syarat teknis, sanitasi dan hygienis
yang rendah dan yang jauh dari persyaratan mutu ekspor);
16. Masih adanya penggunaan bahan tambahan makanan berbahaya
pada produk perikanan;
17. Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan masyarakat Kabupaten
Batang;

RENSTRA Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Batang

Hal. 69