Makalah Akhlak (Mazhab Mazhab Etika)

Makalah Akhlak (Mazhab-Mazhab Etika)
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam mazhab ini terdapat perbedaan-perbedaan etika ataupun norma kaidah tersebut dalam
kehidupan manusia. Dalam bab ini kami hanya menjelaskan tentang mazhab-mazhab secara
terperinci. Dan kami juga membatasi diri dengan halnya memperkenalkan beberapa
pandangan tentang mazhab etika yang dimana pernah dikemukakan sebelumnya dan
berpengaruh hingga zaman sekarang begitu juga dengan generasi penerus yang akan datang.
Mazhab etika atau norma ini dipandangan sebagai ilmu yang menilai tentang pandangan
kehidupan seseorang serta tujuan hidup manusia.
Maka dari itu, disinilah kita bisa mengetahui mazhab-mazhab etika.

BAB II
PEMBAHASAN
A.
1.

HEDONISME
Pengertian Hedonisme

Kata hedonisme bersal dari kata hedonismos (Yunani), yang berasal dari kata hedone,

yang berarti kenikmatan dan kesenangan, yang muncul istilah “hedonisme”.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan
materi adalah tujuan hidup. Bagi penganut paham ini bersenang-senang, berpesta-pora,dan
plesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak.
Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa inign
menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Didalam lingkungan penganut paham ini, hidup
dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas.
Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang menyatakan,”Bergembiralah
engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati”.
Disini salah seorang tokoh hedonisme adalah Aristippos (433-355 SM), seorang filsuf
Yunani. Aristippos mengatakan bahwa hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan.
Selanjutnya, Epikuros (341-270 SM) menyatakan bahwa keinginan manusia untuk mencari
kesenangan adalah hal yang wajar.akan tetapi, walaupun Aristippos menjunjung tinggi
kesenangan, dia sendiri membatasi kesenangan itu dengan pengendalian diri. Demikian juga
halnya dengan Epikuros. Epikoros menganjurkan untuk mendapatkan kesenangan itu dengan
kesederhanaan, kebijaksanaan. Dan ketentraman.
2.

Kelemahan Hedonisme
Kelemahan dari madzab hedonisme diantaranya yaitu:

a.
Bahwa setiap tingkah laku manusia adalah untuk mencari kesenangan pribadinya.
b.
Hedonisme dalam memandang bahwa sesuatu yang baik adalah sesuatu yang kita
senangi. Namun, baik-buruk, terpuji-tercela tergantung pada selera atau perasaan individu.1
c.
Penganut paham ini akan selalu membanggakan kenikmatan/kebahagian dunia yang
dimilikinya.
d.
Paham ini seba individual dan tidak menyentuh tatanan sosial dalam pembahasanya,
hedonisme akan mndorong manusia untuk memenuhi kesenangan yang bersifat individual,
dia akan lebih memperioritaskan kesenangan dirinya dibandingan kesenangan yang lain.

1 http://www.docstoc.com/docs/48717590/Pengantar-Hedonisme/akses 09/12/2011

e.
Tidak ada arti utama dan rendah, baik atau buruk kecuali bila diperhatikan hubungan
diantara manusia satu dengan lainnya, atau dengan kata lain bila perseorangan itu sbagai
anggota masyarakat.2
B.

1.

DESISIONISME
Pengertian Desisionisme
Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman, dewasa ini dalam berbagai
teknik untuk membuat keputusan. Dalam membuat keputusan, orang dapat berpegang pada
norma tertentu, misalnya norma etis atau norma keagamaan. Orang dalam membuat
keputusan hanya berpegang pada pilihan bebas pribadi saja mengikuti ajaran etis yang
dikenal dengan namadesisionisme. Menurut istilah, desisionisme berasal dari kata
Latindecisio atau kata Inggris decision, yang berarti ‘keputusan’. Desisionisme adalah
pandangan etis yang berpendapat bahwa keputusan etis hanyalah masalah pemilihan bebas,
dan tidak memerlukan norma atau kriteria apapun.
Desisionisme tak mengenal kata “jangan” dalam hal apapun. Karena tidak mengacu
kepada norma etis atau agama tertentu, orang yang membuat keputusan berdasarkan ajaran
desisionisme tidak mengenal istilah “salah” atau “dosa”. Yang ada dan dimengerti adalah
“cocok”, ”tepat”, atau “sesuai”. berdasarkan pilihan bebas , keputusan itu bersifat subyektif.
1.
Keunggulan Desisionisme
Yaitu Unsur keberanian pada waktu mengambil keputusan dan keberanian untuk menanggung
konsekuensinya. Setiap keputusan membawa resiko, keputusan yang mempertimbangkan

segala unsur dan dibuat masak-masak pun tak terhindar dari resiko, untuk menghadapi itu tak
akan terjadi tanpa adanya suatu keberanian. Namaun, bagaimana pun juga, keberanian
merupakan unsur positif pada desisionisme.
2.
Kelemahan Desisionisme
Disini kelemahan desisionisme bersumber dari prinsipnya sendiri. Desisionisme waktu
memutuskan hanya bersandar pada pilihan pribadi bebas, diantaranya:
1.
Hasil keputusan semacam ini tak seimbang karena banyak unsur lain yang tersangkut
dalam keputusan tidak dipertimbangkan.
2.
Hasil keputusan yang tidak seimbang memiliki kemungkinan besar untuk ditolak oleh
orang-orang yang bersangkutan. Keputusan yang tidak diterima sulit dilaksanakan.
3.
Dalam hidup dan kegiataan manusia entah sadar atau tidak dipengaruhi oleh berbagai
faktor.
4.
Manusia adalah makhluk yang berkepentingan pribadi, apaun bentuknya. Keputusan
yang bersandr pada pilihan bebas mau tak mau dipengaruhi oleh kepentingan pribadi. Kecuali
2 Ahmad Amin. 1995. Etika(ilmu akhlak). Jakarta: Bulan Bintang. Hal 96


tidak bebas lagi, keputusan yang dipengaruhi oleh kepentingan pribadi cenderung untuk
memihak pada kepentingan pribadi itu.
Keputusan merupakan kegiatan penting dalam hidup manusia. Mutu keputusan
mempengaruhi hidup dan pribadi manusia. Dalam pembahasan desisionisme ini menjadi
penting dan berguna sebagi contoh pengambilan keputusan yang perlu dilengkapi
pertimbangannya. Keputusan yang tidak lengkap pertimbangnya jelas membawa akibat yang
tidak hanya tidak lengkap, tetapi juga negatif.
C.
1.

INDIVIDUALISME
Pengertian Individualisme

Dari berbagai ajaran dan doktrin yang menekankan perorangan atau pribadi. Ajaran
atau doktrin itu disebut individualisme. Nama itu sesuai dengar arti kata asalnya.
Individualisme berasal dari kata Latin individuus, yang dalam kata sifatnya
menjadi individualis.
Kata indiduus dan individualisberarti
‘perorangan’,’pribadi’,dan’bersifat perorangan,pribadi’.

Menurut individualisme perorangan memiliki kedudukan utama dan kepentingannya
merupakan urusan yang tertinggi. Setiap orang itu berharga. Setiap orang merupakan pribadi
yang otonom,berdiri sendiri. Setiap orang berhak menjadi diri sendiri. Untuk itu setiap orang
berhak mempergunakan kebebasan dan inisiatifnya. Untuk mencapai kepenuhan diri, setiap
orang perlu dijaga dan dilindungi kepentingannya.
Diterapkan dalam etika, individualisme berpendirian bahwa dasar kehidupan etis adalah
pribadi perorangan. Normanya adalah kepentingan pribadi perorangan. Tujuannya adalah
menjaga dan mengembangkan pribadi perorangan dan kepentingannya. Cara yang ditempuh
adalah memberi kebebasan sebesar-besarnya kepada setiap orang dan menyediakan ruang
yang seluas-luasnya untuk inisiatifnya dalam perkara pribadi, sosial, ekonomi, politik, agama.
1.

Kelemahan Individualisme
Yaitu konsep tentang manusia. Seperti yang sudah dijelaskan, individualisme terlalu
menekankan tinggi kedudukan pribadi dan perorangan dengan mengabaikan unsur sosialnya
(kepentingan bersama). Karena itu, masyarakat tidak perlu dipertimbangkan dalam perbuatan
etis. Begitu juga segala pedoman, peraturan, dan hukum yang ada padanya. Untuk keluar dari
kemelut dan menemukan kembali keseimbangan pandangan dan sikap, individualisme perlu
meninjaunya dengan meneliti hakikat kesosilan manusia. Manusia bersifat sosial tidak hanya
karena kebetulan, tetapi karena kodratnya. Untuk hidup dan mencapai kepenuhannya,

manusia memerlukan orang lain (sesamanya). Maka dari itu terciptanya keseimbangan antara
pengembangan pribadi serta kepentingan sesamanya.

Keseimbangan antara perorangan dan kelompok, antara kepentingan pribadi perorangan dan
kepentingan bersama dalam masyarakat merupakan hal yang tak mudah untuk dijaga.
Ketidakmampuan menjaga keseimbangan itu mengakibatkan orang terlalu menekankan
pribadi perorangan dan kepentingannya dengan mengabaikan kelompok, atau sebaliknya.
Terlalu mengutamakan kelompok dan kepentingannya dengan mengorbankan pribadi
perorangan.3
D.
1.

MORALISME
Pengertian Moralisme

Moral berasal dari bahasa Latin mores, yang berarti ‘akhlak', ’tabiat’, ‘kelakuan’,
‘cara hidup’, ‘adat istiadat’ (yang baik). Dari kata itu terbentuk kata “moralis”, yang artinya
‘berkaitan dengan akhlak, tabiat, kelakuan’. Dari sini tirun kata “moral”.
Kata ini dipergunakan untuk menyebut baik-buruknya manusia sebagai manusia dalam hal
sikap perilaku, tindak tanduk, dan perbuatannya. Dipandang dari segi moral, dapat terjadi

bahwa seseorang dari segi tertentu baik, tetapi dari segi moral buruk. Misalnya, si A sebagai
tukang kayu bagus, hasil kerjanya mengikuti mode, artisik, kuat, dan tahan lama. Akan tetapi,
sebagai manusia dari segi moral tidak sebab dia suka tidak juur dengan keuangan. Jika
diminta membeli material, dia selalu menambahkan harga. Sebaliknya, B dari segi manusia
secara moral baik, jujur, setia, adil, penuh cinta kasih. Akan tetapi, sebagai pekerja ia tidak
baik karena lambat, untuk menyelesaikan tugasnya, ia memakan waktu lebih lama yang
diperlukan dan hasilnya selalu saja ada kekurangannya.
Dari kata “moral” yang menjadi kata untuk menilai manusia sebagai manusia itu, kita
mendapat kata benda “moralitas”, yang berarti mutu baik-buruknya manusia sebagai
manusia. Untuk mengukur mutu manusia sebagai manusia itu dipergunakan norma atau
patokan moral. Tolak ukur untuk menetapkan baik-buruknya sikap, tindak tanduk, dan
perbuatan manusia. Setelah membedakan tiga istilah: etiket, etika, dan moral itu, kita
berbicara tentang aliran atau sikap moral yang disebut moralisme.
Moralisme berasal dari kata “moral” dan imbuhan “isme”. Moralitas merupakan
bagian penting dalam hidup manusia. Dengan moralitas, mutu manusia sebagai manusia
dipertaruhkan. Moralitas rendah membuat mutu manusia rendah. Moralitas tinggi menjadikan
mutu manusia tinggi. Pengembangan dan pendidikan moralitas dapat membawa dampak bagi
peningkatan mutu kehidupan manusia. Akan tetapi, moralitas bukan merupakan keseluruhan
kehidupan manusia. Para penganut aliran ini memandang dan memikirkan hidup dan
perbuatan hanya dari segi moralitas.


109

3 A. Mangunhardjana. 1997. Isme-Isme dalam Etika: dari A sampai Z. Yogyakarta: Kanisius. Hal 107-

2.

Kelemahan Moralitas
Kelemahan dari madzhab moralitas diantaranya, yaitu:
a.
Terlalu cepat menawarkan norma, patokan, dan petunjuk moral sebagai pemecahan
suatu masalah sebelum diselidiki perkaranya dan dicari penyelesaiannnya sesuai dengan
duduk perkaranya.
b.
Menerapkan kaidah moral secara ketat, berlebihan, dan tidak pada tempatnya pada
bidang hidup terutama dibidang seni dan politik.
Petunjuk moralitas yang terlalu cepat diberikan sebelum duduk perkaranya diselidiki
banyak terjadi dalam hidup keluarga, masyarakat, dan bernegara. Misalnya, dua orang anak
bertengkar. Sebelum mendengar dari kedua anak itu apa yang menjadi sebab pertengkaran,
orang tua sudah memberi nasihat moralistis. “kamu kan bersaudara,”kata orang tua itu,

”kamu harus rukun. Sebagai orang tua kami malu bila mempunyai anak yang tidak rukun.”
Moralisme pemecahan masalah lewat nasihat, petuah, pengarahan moralistis dapat
meredakan suasana dan masalah, baik secara langkah awal untuk memecahkannya.
Moralisme bukan sikap melawan paham prinsip moral segala cara menghalalkan tujuan, yaitu
paham yang berpendirian bahwa segala jalan dan sarana juga yang jahat, misalnya, dengan
membunuh orang adalah halal, asal tujuan tercapai. Moralisme adalah penerapan salah satu
kaidah moral dalam hal yang memiliki unsur atau seginya tersendiri dan tidak begitu saja
dapat dinilai melalui berdasarkan kaidah moral.
Dalam hidup moral yang diperlukan adalah sikap terbuka, rela, mau melihat hal apa
adanya dari segala segi yaitu:
a.
Sikap progresif, mau dan mampu mengikuti perkembngan zaman tanpa hanyut
didalamnya.
b.
Sikap antisipatif, mau dan sabar menunggu hasil perkembangan perkara dan tidak
mengadili sebelum waktunya.
c.
Sikap inovatif, mau terlibat dalam perciptaan dan pembaharuan hidup sehingga tidak
sekedar melihat dan mengkritik, tetapi melihat duduk perkaranya, melihat segi positif dan
negatifnya. Dan bersedia mengembangkan segi positif dan mengurangi, bahkan

menghilangkan segi negatifnya.

BAB III
PENUTUP

Hedonisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa yang baik adalah yang dapat
memuaskan keinginan manusia dan yang meningkatkan kuantitas kesenangan atau
kenikmatan itu, yang dimana merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
Desisionisme adalah pandangan etis yang berpendapat bahwa keputusan etis hanyalah
masalah pemiligan bebas, dan tidak memerlukan norm atau kriteria apapun.
Individualisme adalah suatu sikap yang berpendirian bahwa dasar kehidupan etis adalah
pribadi perorangan tersebut. yang memprioritaskan kehidupan pribadi daripada kehidupan
bersama.
Moralisme adalah penerapan salah satu kaidah moral dalam hal yang memiliki unsur atau
segi tersendiri dan tidak begitu saja dapat dinilai, melalui berdasarkan kaidah moral tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Http://www.docstoc.com/docs/4817590/Pengantar-Hedonisme/akses 09/12/2011

Amin, Ahmad. 1995. Etika(ilmu akhlak). Jakarta: Bulan Bintang
Mangunhardjana. A. 1997. Isme-Isme dalam Etika: dari A sampai Z. Yogyakarta: Kanisius