HUKUM DAN KEBUDAYAAN MAZHAB MAZHAB TEORI

HUKUM DAN KEBUDAYAAN
MAZHAB-MAZHAB TEORI SOSIOLOGI
HUKUM

NAMA
NIM
KELAS
NO. ABSEN

: DWIKI MAHADIPA
: 1503005153
:D
: 02

UNIVERSITAS UDAYANA PROGRAM REGULER
2015

ALIRAN SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
Aliran Sociological Jurisprudence ini dipelopori oleh Ahli Hukum asal Austria yaitu
Eugen Ehrlich (1862-1922) yang didasarkan atas karyanya yang berjudul Fundamental
Principles of The Sociology of Law. Pokok ajarannya adalah pada pembedaan antara hukum

positif dan hukum yang hidup (living law) atau dengan kata lain merupakan pembedaan
antara kaidah-kaidah hukum dengan kaidah-kaidah sosial lainnya. Dia menyatakan bahwa
hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat atau oleh para antropolog disebut sebagai pola-pola kebudayaan (Culture
Patterns). Pada dasarnya aliran ini lahir sebagai sebuah solusi dari aliran teori hukum yang
mendapat banyak kritikan yaitu aliran formalistis (istilah yang digunakan oleh Soerjono) atau
aliran legal positivism. Dalam pandangan aliran legal positivism ini dikatakan bahwa
‘hukum adalah seperangkat norma yang padu, logis dan otonom dari pengaruh-pengaruh
politik, ekonomi dan budaya. Sebaliknya, menurut Aliran Sociological Jurisprudence,
hukum berada dalam pengaruh yang tidak henti dari faktor-faktor non-hukum. Itu
sebabnya bagi aliran ini, hukum yang baik adalah yang sesuai dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat.’Ehrlich mengatakan bahwa pusat perkembangan dari hukum bukanlah
terletak pada badan-badan legislative, keputusan-keputusan judikatif ataupun ilmu hukum,
akan tetapi justeru terletak pada masyarakat itu sendiri. Kebaikan dari analisa Ehrlich ini
terletak pada usahanya untuk mengarahkan perhatian para ahli hukum pada ruang lingkup
sistim social. Teori Ehrlich pada umumnya berguna sebagai bantuan untuk lebih memahami
hukum, akan tetapi sulitnya adalah untuk menentukan ukuran-ukuran apakah yang dapat
dipakai untuk menentukan bahwa suatu kaedah hukum benar-benar merupakan hukum yang
hidup.
Sebenarnya secara sistematis perspektif sociological jurisprudence dikembangkan

oleh Roscoe Pound (1870-1964) seorang Dekan Hukum Universitas Nebraska dan Harvard di
Amerika Serikat. Pound disebut-sebut adalah orang yang pertama kali menamakan aliran ini
sebagai perspektif sociological jurisprudence bahkan kabarnya gagasan tentang perspektif ini
sudah lama muncul dipikirannya sebelum sosiologi sendiri menjadi sebuah disiplin ilmu.
Namun dia baru mengenalkan perspektif dan nama sociological jurisprudence ini justru pada
awal abad ke-20 Masehi. Pound sendiri terkenal dengan teorinya yang intinya melihat bahwa
hukum adalah alat untuk memperbaharui masyarakat.
Secara umum, sociological jurisprudence menunjukkan bahwasanya kajian hukum
memerlukan catatan-catatan tentang fakta sosial dalam menjalankan dan mencantumkan

hukum. Dengan kata lain, sebab-sebab dan dampak-dampak yang ditimbulkan hukum
merupakan salah satu kajian dari hukum. Jadi sebenarnya ada kesamaan antara pemikiran
Ehrlich dan Pound yaitu bahwa hukum tidak independen dari sistem-sistem lain yang ada di
masyarakat.Menurut Pound Sociological Jurisprudence secara lebih spesifik terdiri dari 6
petunjuk rencana:
1. Sociological Jurisprudence mempelajari dampak-dampak sosial yang sebenarnya
pada hukum.
2. Sociological Jurisprudence memfokuskan dampak-dampak hukum pada persiapan
pembuatan undang-undang.
3. Sociological Jurisprudence mencoba membuat peraturan-peraturan hukum yang

lebih efektif dalam memandang fungsi pelaksanaan hukum.
4. Sociological Jurisprudence mempelajari dampak-dampak sosial dalam sejarah
hukum.
5. Sociological Jurisprudence mencoba berkontribusi pada penerapan keadilan
hukum di seluruh kasus.
6. Sociological Jurisprudence bertujuan untuk memajukan tujuan akhir hukum yang
terkait dengan kontrol social.
Hukum menurut Pound adalah salah satu bentuk kontrol sosial yang mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam organisasi-organisasi masyarakat secara politis yang
terkait dengan hak-hak, permintaan-permintaan, dan keinginan-keinginan yang dicoba untuk
dipenuhi manusia baik secara individu maupun kelompok. Pound juga menambahkan bahwa
bentuk kontrol sosial yang paling kelihatan dan paling efektif adalah hukum.
Selanjutnya, Pound juga mengkategorikan 6 (enam) sasaran hukum dalam kaitannya
dengan theory of social interest yaitu perlindungan publik seperti keselamatan jiwa dan
kesehatan penduduk, perlindungan Institusi seperti institusi bidang politik, standar perilaku
moral,perlindungan sumber-sumber social,kemajuan bidang ekonomi dan politik,hak asasi
manusia. Aliran sociological jurisprudence ini telah meninggalkan pengaruh yang mendalam
terutama pada pemikiran hukum di AS. Walaupun aliran tersebut belum sepenuhnya dapat
dinamakan sosiologi hukum oleh karena usaha-usahanya untuk menetapkan kerangka
normative tertentu bagi ketertiban hukum belum tercapai, akan tetapi aliran tersebut telah

memperkenalkan metode-metode sosiologi pada ilmu hukum.
ALIRAN LEGAL HISTORISM (SEJARAH DAN KEBUDAYAAN)

Mazhab sejarah dan kebudayaan, menekan bahwa hokum hanya dapat dimengerti
dengan menelah kerangka sejarah dan kebudayaan di mana hokum tersebut timbul. Tokoh
yang terkemuka dari mazhab ini adalah ini Friederich Karl Von Savigny (1779- 1861) yang
dianggap sebagai pencipta ilmu sejarah hukum. Von Savigny berpendapat bahwa hukum
merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat (Volkgeist). Dia berpendapat
bahwa semua hukum bersal dari adat- istiadat dan kepercayaan bahkan tidak bersal
pembentukan undang- undang. Keputusan- keputusan badan legislatif dapat membahayakan
masyarakat oleh karena tidak selalu sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat (Rony
Hanitijo Soemitro, 1984 : 17; Soerjono Soekanto, 1988 : 33. Dirdjosisworo, 1996 : 4 ). Von
Savigny selanjutnya mengemukakan betapa pentingnya untuk meneliti hubungan antara
hukum dengan struktur masyarakat beserta system nilai- nilainya.
Savigny melihat yang seyogyanya adalah hukum itu ditemukan bukan dibuat, iya
ditentukan dalam kehidupan social, ia lahir berkembang dalam masyarakat secara dinamis.
Konsep savigny tentang hukum dalam kehidupan social, barangkali akan mendapat
pemahaman dalam mempelajari hukum adat Indonesia. Salah satu pokok ajaran Savigny
adalah penekanannya pada aspek dinamis yang didasarkan pada sejarah hukum tersebut.
Kelemahan pokok teori Von Savigny terletak pada konsepnya mengenai kesadaran hukum.

Tetapi teori Von Savigny dapat dianggap sebagai langkah utama kearah pengembangan
konsep konsep social mengenai system hukum.