Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Peer Guidance untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga T1 132009112 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia bertindak dalam suatu situasi bergantung pada hubungan timbal balik
dari perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang
berhubungan dengan keyakinan bahwa manusia mampu atau tidak mampu melakukan
suatu perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan
dalam suatu situasi (Feist & Feist, 2010). Bandura (1997) menyebut ekspektasi ini
sebagai efikasi diri (self efficacy).
Berada di tempat terbaik adalah keinginan banyak orang, namun tidak dengan
beberapa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga yang masuk ke dalam kelas favorit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK, ditemukan keluhan dari wali/orang
tua siswa. Keluhan tersebut berasal dari siswa yang ternyata tidak percaya dan tidak
yakin bahwa dirinya masuk ke dalam kelas favorit. Siswa merasa tidak yakin akan
kemampuannya, sehingga tidak sedikit dari siswa yang mengalami ketakutan akan
gagal.
Dari hasil studi awal menggunakan skala self efficacy tentang tingkat
keyakinan diri siswa kelas favorit yaitu kelas VIII H di SMP Negeri 2 Salatiga, dari
28 siswa terdapat 5 siswa (17,8%) yang memiliki self efficacy sangat rendah dan ada
7 siswa (25 %) yang memiliki self efficacy rendah. Berarti ada 12 siswa yang
memiliki self efficacy rendah. Perolehan tersebut yang melatar belakangi penulis


1

untuk melakukan penelitian tentang peningkatan self efficacy siswa di SMP Negeri 2
Salatiga.
Tabel 1. Sebaran frekuensi self efficacy siswa di SMP Negeri 2 Salatiga kelas
VIII H, yaitu:
Kategori

Persentase

Frekuensi

Sangat rendah

17,8 %

5

Rendah


25 %

7

Sedang

17,8 %

5

Tinggi

17,8 %

5

Sangat tinggi

21,4 %


6

Jumlah

28

Usia anak SMP kurang lebih berkisar antara 13 sampai 15 tahun, yang berarti
usia tersebut berada pada usia remaja. Zulkifli (2009) menyebutkan bahwa ditinjau
dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud remaja ialah yang berusia 12 sampai
dengan 21 tahun. Memiliki salah satu ciri, yaitu terikat dengan kelompok. Remaja
dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya sehingga tidak
jarang orang tua dinomorduakan sedangkan kelompoknya dinomorsatukan.
Keeratan, keterbukaan dan perasaan senasib yang muncul diantara sesama
remaja dapat menjadi peluang bagi upaya fasilitas perkembangan remaja. Pada sisi
lain, beberapa karakteristik psikologis remaja (antara lain emosional, labil) juga

2

merupakan tantangan bagi efektivitas layanan terhadap remaja. Pentingnya teman

sebaya bagi siswa antara lain tampak dalam konformitas remaja terhadap kelompok
sebayanya. Konformitas terhadap teman sebaya dapat berdampak positif dan negatif
(Suwarjo, 2008). Walaupun begitu, interaksi antara siswa (remaja) perlu dikelola agar
berdampak positif dan dapat memberikan dukungan padanya.
Menurut Suwarjo (2008) teman sebaya atau peers adalah anak-anak dengan
tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting
dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan
komparasi tentang dunia di luar keluarga. Melalui teman sebaya, siswa menerima
umpan balik dari teman-teman sebaya tentang kemampuannya. Hubungan yang baik
di antara teman sebaya akan sangat membantu perkembangan aspek sosial remaja
secara normal.
Telah banyak hasil penelitian yang menyebutkan bahwa remaja pada umumnya
lebih suka mencari bantuan dari sebayanya, seperti penelitian Buhdrmester & Prager,
Carr, Gibson-Cline (dalam Geldard, 2010) yang menunjukkan bahwa kecil
kemungkinannya bahwa remaja akan mencari bantuan konseling dewasa sebagai
upaya pertama. Sama halnya dengan penelitian sebelumnya, Wilson dan Deane
(dalam Geldard, 2010) melaporkan bahwa remaja berulangkali menunjukkan bahwa
hubungan positif yang kuat dengan pemberi bantuan potensial sangat penting dalam
memengaruhi pencarian bantuan dari sebaya atau orang dewasa. Para remaja di dalam
studi para peneliti yang telah disebutkan di atas juga menunjukkan bahwa remaja

lebih condong menerima bantuan dari seorang penolong yang dipersepsi “pernah
3

mengalami keadaan sejenis,” sehingga remaja dapat mendeskripsikan bagaimana
“remaja” mengatasi masalah. Situasi ini cenderung terjadi jika remaja berbicara
dengan remaja lain yang sedang mengalami, atau pernah mengalami, masalah serupa
(Geldard, 2011).
Sunarti (2010) juga menyatakan bahwa teman sebaya dianggap sebagai orang
yang mau mengerti dan paling peduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi
tanpa harus menggurui atau memarahi, dan memberi penilaian baik buruk atau positif
negatif. Teman sebaya juga dianggap sebagai tempat curhat yang paling aman,
memiliki bahasa yang sama dalam berkomunikasi sehingga siswa dengan mudah
dapat menyampaikan masalahnya dan tidak harus belajar bagaimana berbicara yang
sopan, dan halus seperti kalau hendak berbicara dengan guru.
Pada

Rambu-Rambu

Jalur Pendidikan Formal


yang

Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam
diterbitkan

Dirjen

dengan Kerangka Kerja Utuh bimbingan dan konseling

PMPTK (2007) berkaitan
disebutkan

salah

satu

strategi pelayanan adalah bimbingan teman sebaya. Bimbingan teman sebaya
merupakan bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik
lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMP Negeri 2 Salatiga,

dalam praktiknya di sekolah, guru BK masih belum memberdayakan siswa sebagai
pembimbing sebaya secara optimal. Selama ini guru BK hanya memberdayakan
siswa sebagai sumber informasi mengenai teman sebaya di kelas, siswa yang
memiliki potensi belum diberdayakan sebagai penolong teman sebaya. Oleh sebab
4

itu, pelatihan siswa untuk menjadi pembimbing sebaya dianggap penting oleh guru
BK karena mengingat rasio guru BK dengan siswa yang dibimbing nampak
perbandingan yang kurang berimbang. Seorang guru BK diberikan tanggung jawab
melayani siswa sebanyak 150 orang. Dampak dari rasio yang tidak ideal tersebut
tentunya berdampak pada keterbatasan layanan dan kekurangmampuan guru BK
dalam menjangkau seluruh siswa sekaligus.
Apabila Pembimbing Sebaya yang ada di sekolah dapat diberdayakan, maka
tidak mustahil Layanan Bimbingan Konseling akan dapat berjalan dengan maksimal
dan siswa dapat memperoleh akses yang porposional sesuai dengan kebutuhannya.
Informasi dan data yang mendukung untuk memberikan Layanan Bimbingan dan
Konseling juga akan semakin lengkap dan akurat (Sunarti, 2010).
Sunarti (2010) menambahkan bahwa siswa yang ditunjuk sebagai pembimbing
sebaya dapat mengambil manfaat yang berguna bagi perkembangan dirinya di masa
sekarang dan yang akan datang, karena dengan menjadi pembimbing sebaya secara

langsung maupun tidak langsung dirinya akan memperoleh tambahan ilmu dan
pengalaman serta belajar bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun
kepada guru dan sekolah. Orang tua siswa juga akan merasa bangga karena anaknya
di sekolah memiliki peran dan andil dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah.
Dari uraian di atas mengenai pentingnya peranan teman sebaya bagi remaja,
maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai model peer guidance
untuk meningkatkan self efficacy siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga, karena

5

di SMP Negeri 2 Salatiga belum memiliki model peer guidance untuk meningkatkan
self efficacy siswa.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana pengembangan model peer guidance untuk meningkatkan self
efficacy siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk :

Mengembangkan model peer guidance untuk meningkatkan self efficacy siswa kelas
VIII H SMP Negeri 2 Salatiga.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritik maupun
praktis, sebagai berikut :
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan ilmu
yang positif dan masukan bagi tugas perkembangan siswa dan bagi Bimbingan
dan Konseling, sehingga temuan-temuan penelitian ini digunakan oleh guru
pembimbing ataupun dosen dalam perkuliahan Bimbingan dan Konseling.

6

1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Sekolah
Manfaat bagi sekolah dari penelitian ini dapat sebagai masukan mengenai
layanan bimbingan dan konseling khususnya model peer guidance dalam upaya
peningkatan self efficacy siswa sehingga dapat dimanfaatkan dalam merancang
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Bagi Siswa

Dirancangnya model peer guidance ini dapat bermanfaat

bagi

perkembangan pribadi dan sosial siswa sehingga diharapkan siswa memiliki
keyakinan diri yang kuat dalam mengatasi permasalahan pribadi dan teman
sebaya lainnya.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan tambahan pengalaman dan ilmu pengetahuan
bagi penulis mengenai penggunaan model peer guidance serta dapat menjalin
hubungan dan kerjasama yang baik dengan guru BK dan siswa di SMP Negeri 2
Salatiga.

7

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Skim Persamaan Garis Lurus Siswa Kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga T1 202012055 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga T1 202009078 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Modeling dalam Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Kelas XI TEI B SMK N 2 Salatiga T1 132009028 BAB I

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Peer Guidance untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Peer Guidance untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga T1 132009112 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Peer Guidance untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga T1 132009112 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Peer Guidance untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga T1 132009112 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Peer Guidance untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga

0 0 49

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self Efficacy dengan Perilaku Merokok pada Siswa Kelas X SMK Saraswati Salatiga T1 BAB I

0 0 5

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Self Efficacy Karir Siswa Kelas X MIPA.2 SMA Negeri ertek Kabupaten Wonosobo T1 BAB I

0 0 8