KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq kaligrafer nasional.

KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ KALIGRAFER NASIONAL

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh:
Ipung Firdaus
NIM : A7.22.13.123

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang “KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
Kaligrafer Nasional”, rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah: (1)
Bagaimana Biografi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq? (2) KH. Muhammad
Faiz Abdul Razzaq menjadi kaligrafer Nasional? (3) Bagaimana tanggapan takmir

Masjid tentang kaligrafi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq?.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode
sejarah. Adapun metode penulisan sejarah yang digunakan penulis adalah dengan
menggunakan beberapa langkah yaitu heuristik (mengumpulkan data-data tentang
perannya sebagai kaligrafer nasional), verifikasi (kritik terhadap data), interpretasi
(penafsiran), serta historiografi (penulisan sejarah). Dalam skripsi ini penulis
menggunakan teori kharismatik dan kepemimpinan yang dikutip oleh Soerjono
Soekanto. Teori ini merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma yaitu
suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) KH. Muhammad Faiz
Abdul Razzaq adalah kaligrafer Nasional yang berasal dari desa Lengkong Ulama
Tangerang dan sekarang bertempat di Bangil Pasuruan. Karir nya di bidang
kaligrafi (2) karyanya bersama teman-temanya di Mushaf Istiqlal Indonesia dan
Mushaf Sundawi Jawa Barat yang terkenal dengan hiasan ornamennya. Kedua
mushaf ini begitu indah akan tetapi masih indah mushaf Istiqlal dikarenakan
penataan huruf dan disetiap ganti juz selalu berganti ornamen dan format
penulisannya. (3) tanggapan para ta’mir masjid al-Akbar Surabaya, Baitul Haq
Surabaya dan masjid Agung Sidoarjo keseluruhanya berpendapat bagus dari aspek
tulisan kaligrafinya.


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRACT

This Thesis is about “KH. Muhammad Faiz Abdul Razaq The National
Calligraphy”, the formulation of the problem in this thesis research is. (1) how the
biography of KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq. (2) KH. Muhammad Faiz
Abdul Razzaq became the National Calligrapher. (3) how the response takmir
the Mosque about the calligraphy of KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.
In answering the problem, the researcher uses historical method. The
historical writing method used by the author is to use some steps of heuristics
(collecting data about his role as a national calligrapher), verification (criticism of
data), interpretation (interpretation), and historiography (historical writing). In this
thesis the author uses the theory of charismatic and leadership cited by Soerjono
Soekanto. This theory is an authority based on charisma that is a special ability
that is in a person.
From result of research can be concluded that: (1) KH. Muhammad Faiz
Abdul Razzaq is a national calligrapher from the village of Lengkong Ulama
Tangerang and now located in Bangil Pasuruan. His career in the field of
calligraphy (2) his work with friends in Mushaf Istiqlal Indonesia and Mushaf

Sundawi West Java is famous for it’s ornament decoration. Both of these
manuscripts are so beautiful but still beautiful Istiqlal mushaf due to the
arrangement of letters and every change juz always change ornaments and writing
format. (3) the responses of the imams of Masjid al-Akbar Surabaya, Baitul Haq
Surabaya and the Great Mosque of Sidoarjo wholly argue from the aspect of
writing calligraphy.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... . iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ v
MOTTO ................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ................................................. 8
F. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 10
G. Metode Penelitian ........................................................................... 12
H. Sistematika Bahasan ....................................................................... 18

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

PESANTREN ALQURAN NURUL FALAH KETINTANG

SURABAYA
A. Latar Belakang di Dirikannya Pesantren Alquran Nurul
Falah Ketintang Surabaya ........................................................... 20
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Berdirinya Pesantren
Alquran Nurul Falah Ketintang Surabaya ..................................... 28
D. Struktur Kepengurusan Pesantren Alquran Nurul Falah
Ketintang Surabaya ..................................................................... 30

BAB III

PERKEMBANGAN PESANTREN ALQURAN NURUL
FALAH KETINTANG SURABAYA TAHUN 2000-2016
A. Perkembangan Santri, Ustad-Ustadzah dan Karyawan ............... 40
B. Metode Tilawati …………... ........................................................ 47
C. Cabang Tilawati Pesantren…………... ......................................... 58
D. Sarana dan Prasarana…………... ................................................. 61

BAB IV

KEGIATAN DI PESANTREN ALQURAN NURUL FALAH

KETINTANG SURABAYA TAHUN 2000-2016
A. Bimbingan baca Alquran (BBAQ) .............................................. 64
B. Pengadaan Diklat Guru Alquran .................................................. 66
C. LAZIS Nurul Falah ...................................................................... 69

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 73
B. Saran ............................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesenian ialah sebuah hasil buah imajinasi pikiran manusia yang
secara alamiah dan mempunyai sifat keindahan. Begitu juga dengan
keindahan asalkan ia berbentuk dan mempunyai keindahan maka disebut
seni. Menurut pendapat Oloan Situmorang dalam bukunya seni rupa dan
perkembanganya, kesenian itu terbagi menjadi 3 yaitu: 1. Kesenian adalah
hasil atau barang sesuatu yang diciptakan manusia sehinga merupakan
keindahan dan untuk mewujudkan rasa keindahan. 2. Kesenian adalah rasa
halus suci yang di pergunakan untuk mencurahkan gambaran batin kepada
pemujaan, kecintaan, ketenangan, hormat, memberi dan menerima sesuatu.
3. Kesenian atau keindahan adalah kesatuan dari ide dan gambaran dalam
pikiran, peleburan lengkap dari ide dengan gambaran dalam pikiran.1
Dari pengertian di atas Oloan Situmorang menyimpulkan bahwa
kesenian itu adalah ungkapan rasa halus dan suci yang dimanifestasikan
melewati ciptaan buah pikiran manusia yang hasilnya mengandung unsur
keindahan.2


1

Oloan Situmorang, Seni Rupa Pertumbuhan dan Perkembanganya ( Bandung: Angkasa, 1998),
8.
2
Ibid., 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Kesenian Islam adalah segala hasil usaha dan daya upaya, buah
pikiran dari kaum Muslim untuk menghasilkan sesuatu yang indah. Seni
Islam juga diberi batasan sebagai suatu seni yang dihasilkan oleh seniman
atau desainer muslim atau dapat juga berupa seni yang sesuai dengan apa
yang dibayangkan oleh seorang Muslim. Jadi jelas tentang pengertian
kesenian Islam, yang penekananya diartikan bahwa setiap keindahan yang
dihasilkan oleh seniman Islam atau seniman Muslim hendaklah
menggambarkan sikap pengabdian kepada ajaran atau petunjuk Agama
Islam.

Dalam

Agama

Islam

juga

diajarkan

tentang

keindahan

sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thabrani dan al-Hakim didalam
hadisnya: ‫ا ّلّ ّج يل يحب ال ّج ّ ال‬
Artinya: Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Indah dan menyukai
keindahan. (HR. Muslim).
Dari penjelasan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa
kesenian Islam adalah sebuah karya Insani yang mengungkapkan rasa

keindahan. Pertama, mengekspresikan ruh dan budaya, rasa, karsa
instituisi dan imajinasi sang seniman. Kedua, merefleksikan pandangan
dunia dan hidup penciptaannya.3

3

Yustion, Islam dan Kebudayaan Indonesia (Jakarta: Yayasan Festifal Istiqlal, 1993), 34.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Dalam perkembangan kesenian selanjutnya akan terlihat menonjol
dalam bidang Seni rupa, Bidang Seni Arsitektur, Seni hias atau Dekorasi
dan khususnya Seni tulis Kaligrafi. Seni tulis Kaligrafi atau yang disebut
seni tulis indah adalah suatu jenis tulisan yang bersumber dari tulisan
Arab, yang pengembanganya telah dimulai sejak berabad-abad yang
lampau yang dimulai dari pemerintahan Dinasti Umayyah (661-750 M)
dengan pusatnya di Damaskus Syiria sampai pada pemerintahan Dinasti
Abbasiyah (750-1258 M) dengan pusatnya di Bagdad, dan berlanjut lagi

pada masa-masa pemerintahan Fatimiyah (969-1117 M), pemerintahan
Ayyub (1171-1258 M), pemerintahan Mamluk (1250-1517 M) dan
pemerintahan Turki Utsmaniah (1299-1922 M) dan pemerintahan Safavid
Persia (1500-1800 M).
Kaligrafi berasal (dari bahasa Inggris yang disederhanakan,
calliggraphy) diambil dari kata latin ‘’kalios’’ yang berarti indah dan
‘’graph’’ yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya kata ‘’ kaligrafi
adalah kepandaian menulis elok. 4 Definisi lain menyebutkan bahwa
Kaligrafi berasal dari dua suku kata, Kallos (indah) dan graphein
(goresan/tulisan). Jika digabung maka kaligrafi bermakna goresan atau
tulisan yang indah. 5 Jadi kedua makna di atas tersebut maknanya sama
yaitu tulisan yang indah.
Munculnya seni tulis Kaligrafi menurut sejarah Islam, orang atau
manusia yang pertama kali mengenal tulisan adalah Nabi Adam as. Di
4

Didin Sirojuddin Ar, Seni Kaligrafi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 3.
Achmad Faizur Rosyad, Bentuk dan Fungsi Kaligrafi Arab dari Jahili sampai Modern
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 1.

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

mana pengetahuan tersebut diwahyukan Allah kepada Adam sebagai
modal pengetahuan pertama untuk mengenal nama-nama benda. Hal ini
sesuai dengan al-Qur’an Surah al-Baqarah, ayat 31 yang berbunyi :
‫ءل آ ّد ّ ااّس ا ّ ّء ك اّ ش ّء ّر ظّ ّءل ّى ال ّ آء ّكة فّقا ّ ّل اّ بؤ ى باس آء هّؤاّءا ك ت‬
ّ ‫صد قي‬
ّ
Artinya : “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar’’.
Tulisan Arab mulai tumbuh dan berkembang sejak Agama Islam
muncul di tanah Arab pada abad 6 M. Mulailah penggunaan tulisan Arab
untuk mencatat ayat-ayat wahyu tersebut pada lembaran daun korma,
tulang, batu, kulit domba dan sebagainya. Dalam penulisan al-Qur’an
secara resmi barulah dimulai pada zaman Khalifah Utsman bin Affan. Di
mana mashaf/tulisan Arab yang dipergunakan adalah Mashaf Ustman
yakni tulisan tanpa membubuhkan tanda harakat (syakl). Penulisan alQur’an selanjutnya mempergunakan Khat Kufie, Khat Raihani, Khat
Tsuluts dan yang terakhir mempergunakan khath Naskhi di mana Khath
Naskhi ini dipergunakan sebagai mashaf al-Qur’an di Indonesia.
Di Indonesia sendiri sudah lama mengenal tulisan Arab. Setidaktidaknya dalam pertengahan abad ketiga belas Masehi, tulisan Arab sudah
digunakan oleh golongan yang terbatas di Indonesia. Sebenarnya huruf
Arab amat luas tersebar di Indonesia. Setiap anak kaum Muslimin yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

belajar al-Qur’an sudah tentu mengetahuinya. Di samping itu sekolah
Agama dan Sekolah Negeri memberikan pelajaran menulis dan membaca
huruf Arab.6 Di Indonesia, berkat peran para kaligrafer yang dengan sabar
menurunkan ilmunya pada siswa-siswanya, perkembangan kaligrafi dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, walaupun masih terlalu
minim, hal tersebut dapat dibuktikan dengan terus meningkatnya siswasiswa di lembaga pembelajaran kaligrafi yang didirikan oleh para ahli.
Untuk di daerah Jawa sendiri terdapat 4 lembaga pembelajaran kaligrafi
yang masyhur di masyarakat, di daerah Jawa Barat terdapat Lembaga
Kaligrafi (LEMKA) yang dibina oleh Ust. Didin Sirajuddin AR., di Jawa
Tengah terdapat Pesantren Seni Kaligrafi al-Funun al-jamilah yang dibina
oleh Ust. Asiri., di Jombang Pesantren Mamba’ul Maarif yang bernama
SAKAL (sekolah kaligrafi Al-Quran) yang dibina oleh Ust. Athoillah, dan
tak lupa di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Terdapat Jam’iyatul Khatthathin
yang dibina oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq, salah satu
kaligrafer Nasional.
Telah banyak tokoh di bidang kaligrafi yang terjun dalam dunia
dakwah melalui kemampuan dan ketrampilan dalam menulis kaligrafi, hal
tersebut juga dilakukan oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq, dengan
berbekal kemampuan yang ia miliki dalam seni kaligrafi, dan melihat
antusiasme para pemuda untuk belajar kesenian, ia dengan gigih dan
penuh kesabaran mengajarkan seni kaligrafi. baginya, nilai-nilai dakwah

6

Israr. C, Sejarah Kesenian Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 27.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

yang terdapat dalam seni kaligrafi yang membuatnya tetap semangat
menularkan ilmunya.7
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ‘’ KH. Muhammad Faiz Abdul Razaq
Kaligrafer Nasional’’.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penulis dalam membuat sebuah skripsi,
maka penulis perlu menguraikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Biografi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq?
2. Bagaimana KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq menjadi Kaligrafer
Nasional?
3. Bagaimana

Tanggapan

Ta’mir

Masjid

tentang

Kaligrafi

KH.

Muhammad Faiz Abdul Razzaq?
C. Tujuan penelitian
Dalam tujuan penelitian yang akan dibahas penulis berdasarkan
rumusan masalah di atas sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Biografi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.
2. Untuk mengetahui KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq Menjadi
Kaligrafer Nasional.
3. Untuk megetahui Tanggapan Ta’mir masjid tentang Kaligrafi KH.
Muhammad Faiz Abdul Razzaq.
7

Ramadan, Berdakwah Melalui Seni Kaligrafi, dalam
http://news.liputan6.com/read347375/berdakwah-melalui-seni-kaligrafi. diakses pada tanggal 15
Mei 2017.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

D. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang akan dicapai dari penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi wacana bagi perkembangan khazanah keilmuan,
terutama di bidang sejarah dan peradaban Islam.
2. Dapat dijadikan bahan referensi di perpustakaan Adab dan Humaniora,
maupun di perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,
dalam kajian di bidang Sejarah dan Peradaban Islam.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Historis
yang mana penelitian ini akan memaparkan Sejarah perkembangan
kaligrafi,

penjelasan

tentang

pendekatan

Historis

sendiri

adalah

memandang suatu peristiwa pada masa lampau secara diakronis,
memanjang dalam waktu tetapi menyempit dalam ruang. Selain
pendekatan Historis, penelitian ini juga menggunakan Teori sejarah.
Pengertian teori ini adalah suatu perangkat kaidah yang memandu
sejarawan dalam penelitianya, dalam menyusun bahan-bahan (data) yang
di perolehnya dari analisis sumber, dan juga dalam mengevaluasi hasil
penemuannya. 8

8

Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 25.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Teori kharismatik dan kepemimpinan yang dikutip oleh Soerjono
Soekanto. Yang pertama Teori kharismatik merupakan wewenang yang
didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada
diri seseorang.9 Teori kharismatik ini melekat pada orang tersebut karena
anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa. Orang-orang di sekitarnya
mengakui adanya kemampuan tersebut atas dasar kepercayaan dan
pemujaan karena mereka menganggap bahwa sumber kemampuan tersebut
merupakan sesuatu yang berada di atas kekuasaan dan kemampuan
manusia umumnya.
Yang kedua teori kepemimpinan, kepemimpinan merupakan hasil
organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi
sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial.
Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa
orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari
pada teman-temannya sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak
lebih menonjol dari lain-lainnya.10

F. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, ada beberapa buku maupun Skripsi yang
merupakan pembahasan dari topik yang akan diteliti. Adapun penelitian
lain tentang Kaligrafi yang sudah diteliti adalah:

9

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), 241.
Ibid., 249.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

1. Buku karangan Achmad Faizur Rosyad, yang berjudul ‘’Bentuk dan
Fungsi Kaligrafi Arab dari Zaman Jahili sampai Modern, yang
menerangkan tentang sejarah perkembangan tulisan Kaligrafi Arab.
2. Skripsi : Achmad Zain Al-Idris S. Hum, Masjid dan Kaligrafi (Studi
Perbandingan Gaya Kaligrafi Masjid

Al-Akbar Surabaya dengan

Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Madura), dalam Skripsi ini
menjelaskan tentang perbeda’an Gaya Kaligrafi di kedua Masjid
Tersebut.
3. Skripsi: Wahib Chasbullah S. Hum, Aliran-Aliran Kaligrafi dalam
Manuskrip kitab Sulam Safinah An Najaat, dalam Skripsi ini dijelaskan
tentang aliran kaligrafi dalam Manuskrip tersebut berada dalam kondisi
baik dan mempunyai beragam Khat antara lain, Khat Naskhi, Khat
Diwani dan Khat Farisi.
4. Skripsi: Rina Noviyanti S. Hum, Amang Rahman Jubair sebagai
seniman kaligrafi (1980-2000). Dalam skipsi ini menjelaskan tentang
perjalanan karir Amang Rahman Jubair sang seniman kaligrafi.
5. Skripsi: H. Teguh Susilo, gaya kaligrafi di Masjid Nasional Al-Akbar,
dalam skripsi ini di jelaskan bagaimana tulisan kaligrafi yang berada di
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, yang sebagai kunci dari
perkembangan kota Surabaya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

G. Metode penelitian
Dalam menentukan penelitian sejarah mulai dari penelitian sumber
sampai dengan penulisan,maka peneliti harus menggunakan metode
penelitian sejarah, yang mencakup empat tahap kegiatan antara lain:
1. Heuristik
Heuristik pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau jejak
sejarah. 11 Langkah awal untuk mengumpulkan sumber data yang
diinginkan adalah sebagai berikut:
a.

Data primer
Data primer adalah data empirik yang diperoleh secara langsung

informan kunci dengan menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara
langsung untuk mendapatkan data-data yang sesuai. Peneliti akan terjun
secara langsung melakukan wawancara. Sumber data primer terdiri dari
subyek penelitian yang terdiri dari beberapa informan mengenai
penelitian yang berjudul KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq Sang
Kaligrafer Nasional.
b.

Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulanya oleh peneliti, misalnya dari majalah, keterangan-

11

Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 64.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

keterangan atau publikasi lainya.12 Berkaitan dengan hal ini maka data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa literatur-literatur
ilmiah dan pendapat para informan tentang pandangan pegiat kaligrafi
mengenai jenis kesenian ini.
2. Verifikasi (Kritik Sumber)
Kritik

sumber

dilakukan

terhadap

sumber-sumber

yang

dibutuhkan, kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian
mengenai keabsahan sumber itu. Dalam metode sejarah kritik dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Kritik Ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang
didapatkan otentik atau asli. Sumber yang diperoleh penulis
merupakan relevan, karena penulis mendapatkan sumber tersebut
langsung dari orangnya melalui beberapa wawancara.
b. Kritik Intern adalah uapaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi
sumber tersebut layak untuk dipercaya kebenaranya.
3. Intepretasi
penafsiran data, hal ini dilakukan penafsiran-penafsiran terhadap
fakta sejarah dan perkembangan yang diperoleh dari karya, majalah
ataupun buku buku yang membahas tentang kaligrafi. tahapan- tahapan
bagi penulis ini sangat menuntut unsur kehati-hatian untuk menghindari
interpretasi terhadap fakta yang satu dengan yang lain, agar
mendapatkan kesimpulan sejarah maupun perkembangan ilmiah.
12

Marzuki, Metodologi Riset (Jogyakata: PT Prasetia Widiya Pratama, 2002), 56.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

4. Historiografi
penulisan sejarah. Ialah tahapan akhir dari seluruh rangkaian dari
metode historis. Pada tahap ini, fakta-fakta yang telah diinterpretasikan
atau di rumuskan selanjutnya di rangkai sedemikian rupa untuk
mengungkapkan kisah sejarah yang menjadi topik dalam penulisan ini
secara kronologis dan menjelaskan isi beserta maknanya. Untuk tujuan
yang terakhir ialah menciptakan kembali keseluruhan pada fakta
sejarah dengan suatu cara yang tidak mengungkap masa lampau yang
sesungguhya.

H. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini akan di paparkan bab-bab yang akan menjadi
bahasan penelitian. Bab-bab tersebut antara lain adalah:
Pada penelitian skripsi ini di bagian pertama yang akan
menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian
terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan.
Pada bab kedua ini penulis menjelaskan tentang Biografi KH.
Muhammad Faiz Abdul Razzaq, meliputi Genealogi, latar belakang
pendidikan dan perjalanan karir KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
dalam bidang kesenian kaligrafi.
Pada bab ketiga penulis menjelaskan tentang karya-karya KH.
Muhammad Faiz Abdul Razzaq Kaligrafer Nasional. Meliputi mushaf al-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Qur’an Istiqlal Indonesia dan mushaf Sundawi Jawa Barat dan sebagai
Dewan Hakim Nasional.
Pada bab keempat penulis menjelaskan tentang tanggapan ta’mir
masjid tentang kaligrafi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq. Meliputi
Masjid al-Akbar Surabaya, Masjid Baitul Haq Surabaya dan Masjid
Agung Sidoarjo.
Pada bab kelima berisi kesimpulan yang memuat inti dari
pembahasan serta saran sebagai motivasi peneliti dalam menghasilkan
tulisan yang lebih baik dan obyektif.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

BAB II
BIOGRAFI KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ
A. Genealogi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
Sebuah pepatah mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya, begitu pula yang berlaku bagi KH. Muhammad Faiz Abdul
Razzaq, ia adalah putra dari seorang kaligrafer masyhur di Indonesia yaitu
KH. Abdul Razzaq Al-Muhilli. Berkat bakat yang diturunkan serta didikan
dari ayahnya tersebut ia menjadi kaligrafer handal yang banyak
menelurkan kader-kader yang siap meneruskan bakat ayahnya, bahkan
beberapa orang menyebut ia sebagai seorang kaligrafer emas yang dimiliki
oleh Indonesia.
KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dilahirkan di Desa Lengkong
Ulama Tangerang, pada Gubernur Banten Tanggal 11 November 1938. ia
adalah putra sulung dari sebelas bersaudara. ia menikah dengan Hj.
Hanifah dari Sekaran Lamongan pada tahun 1973 dan dikaruniai 7 orang
anak diantaranya: Baligh Hamdi, Mamduh, M. Abduh, Dalillah, Riyadh
Muharrom, Imad Faiz, Ahmad Balsam. Dari ketujuh anaknya tidak ada
yang meneruskan bakat ayahnya dalam berkesenian kaligrafi.
ia telah menekuni khat/kaligrafi sejak usia dini. Bahkan sejak kecil
KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq memang tidak diajarkan huruf-huruf
latin melainkan oleh ayahnya ia terlebih dahulu diperkenalkan dengan
huruf-huruf Hijaiyah. Ilmu dasar Agama memang menjadi perhatian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

khusus bagi ayahnya untuk diajarkan pertama kali bagi anak-anaknya, tak
terkecuali bagi KH.Muhammad Faiz Abdul Razzaq, maka sejak bangun
tidur ia sudah diajak shalat berjamaah dan menghaji, bahkan terkadang
ayahanda ia agak keras dalam mendidiknya. Namun apa yang ia alami
sejak masa kecil tersebut berbuah manis berupa prestasi-prestasi yang
membanggakan dalam bidang kaligrafi.13
B. Latar Belakang pendidikan
Saat masih bersekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah) bakat yang ia
miliki belum begitu tampak, saat itu ia hanyalah seorang siswa MI dengan
tulisan yang sangat jelek, bahkan salah satu murid ayahnya yang
tulisannya lebih baik sering mengejeknya. Sejak saat itu ia bersemangat
untuk memperbagus tulisanya dan lebih giat lagi dalam belajar khat.
Bakat KH. Muhammad Faiz Abdul Razaaq dalam menulis kaligrafi
baru terlihat saat ia berumur 14 tahun dan duduk dibangku SMP, sejak saat
itu ia sudah dapat membantu sang ayah menulis kitab-kitab berbahasa
Arab ataupun tulisan Arab berbahasa Melayu, Sunda, Jawa dan Madura.
Pada tahun 1952, keluarganya pindah ke Malang, ayahnya yang
merupakan pegawai Negeri Sipil lebih memilih keluar dan menjadi penulis
khat untuk penerbit Salim Nabhan Surabaya, karena permintaan dari
penerbit yang begitu banyak dan butuh waktu pengerjaan yang cepat,
maka ayahnya memintanya untuk turut membantu menyelesaikan

13

M. Faiz, Wawancara, Bangil, 18 Maret 2017.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

penulisan-penulisan tersebut. Sejak saat itupun keterampilan menulis ia
mulai terasah dan berkembang dengan pesat.
Ia duduk dibangku SMP kelas 3 bagian ilmu pasti dan ilmu alam.
Kepala sekolahnya beliau memanggilnya dan mengatakan bahwa ia tidak
cocok berada di kelas bagian ilmu-ilmu umum. Ia lulus dengan waktu 4
bulan dan lulus dengan hasil yang sangat memuaskan. Ia lantas
melanjutkan pendidikanya di SGHA (sekolah Guru Hakim Agama) di
Malang mengingat banyaknya guru-guru Hakim agama yang dibutuhkan,
dan guru di SGHA meminta ia untuk langsung mengikuti ujian, padahal
saat itu ia baru menempuh satu tahun sekolah, hal tersebut dikarenakan ia
dianggap sebagai siswa yang paling menonjol. Setelah lulus dari SGHA
pada tahun 1958, ia melanjutkan studinya di pondok pesantren Gontor
Ponoroogo. Waktu pendidikan yang seharusnya ia tempuh selama 6 tahun,
hanya dilaluinya dalam waktu 2 tahun 8 bulan.
Selama mondok di pesantren Gontor ia dapat membantu ayahnya
menulis khat untuk penerbit Salim Nabhan Surabaya, al-Qur’an yang
sudah rusak ia tulis yaitu tulisan yang kurang hitam dan dihitamkan, hurufhuruf wawu yang ia beri lubang dengan menggunakan tinta putih. Akibat
perbuatannya tersebut ia diejek oleh santri lainnya dan dianggap stress dan
dilaporkan kepada kiai Imam Zarkasyi, mendengar hal tersebut kiai Imam
Zarkasyi memanggilnya dan malah menjadikannya sebagai guru kaligrafi.
Di antara buku-buku pelajaran pondok pesantren Gontor yang ditulisnya
adalah buku wajib al-fiqhu al-Wadih karangan Prof. Dr. Mahmud Yunus.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Selain belajar dari ayahnya KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
juga belajar pada Amidu al-khattain Sayyid Ibrahimi dari Mesir, ia adalah
guru besar para kaligrafer. Uniknya, KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
belajar padanya melalui media surat menyurat.
Setelah lulus dari pondok pesantren Gontor ia mengabdikan dirinya
dengan memulai mengajar bahasa Arab, kaligrafi, dan sejarah islam di
MAN Bangil, pesantren Wahid Hasyim, Persis, Sidogiri.
Riwayat pendidikan KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq: SR
(Sekolah Rakyat) Cihuni Banten 3 tahun, SDN Serpong (langsung Kelas
4), Madrasah Diniyah Ibtidaiyah At-Thahiriyah Jatinegara (langsung kelas
4), SMP Muhammadiyah Malang 1952 (tidak tamat hanya kelas 3),
Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) 1954-1956, Pondok Pesantren
Darussalam Gontor Ponorogo 1957-1960, King Abdul Aziz University
Jeddah (tarbiyah) 1979-1984.

C. Karir KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dalam Seni Kaligrafi
KH. Muahammaf Faiz Abdul Razzaq ialah orang yang tekun,
semangat dalam melakukan kegiatan sehari-hari tak terkecuali dalam
bidang kaligrafi, dari bakat yang di turunkan oleh ayahnya KH.
Muhammad Abdul Razzaq al- Muhilli ia menjadi kaligrafer yang cukup di
kenal oleh masyarakat bahkan sampai ke Nasional.
Perjuangannya memang tak semudah yang dibayangkan untuk bisa
ke tingkat Nasional. Pengalaman demi pengalaman yang ia miliki terus ia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

asah untuk mencapai kesuksesaanya dalam berkarya seni kaligrafi. dapat
dikatakan bahwa karyanya yang pertama kali adalah di Mushaf al-Qur’an
Istiqlal Indonesia, awal mulanya yang dapat amanat menulis Mushaf
tersebut ialah ayahnya yaitu KH. Muhammad Abdul Razzaq al-Muhilli,
tetapi pada saat itu kondisi ayahnya sudah tidak terlalu kuat sehinnga
ayahnya menyuruh Faiz untuk meneruskan tulisan Mushaf Istiqlal
Indonesia yang bertempat di Masjid Istiqlal Jakarta.
Setelah selesai berkarya di Mushaf Istiqlal Indonesia, selanjutnya
ialah di Mushaf Sundawi Jawa Barat. Karya Mushaf Sundawi Jawa Barat
tersebut di buat oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dan temantemanya. Mushaf tersebut sangatlah menarik untuk di lihat maupun di
baca. Dari uniknya terlihat dari ornamen yang mengelilingi texs al-Qur’an
yang motifnya beraneka ragam, di setiap ganti juz selalu berganti ornamen.
Karya- karyanya selanjutnya ialah di Masjiid al-Akbar Surabaya.
Karya kaligrafi yang berada di masjid ini ialah jenis kaligrafi Tsulust dan
Naskhi tetapi lebih dominan khat Tsulust karena khat tsulust mengandung
keindahan dari setiap alur tulisannya. Pengunjung maupun jamaah yang
shalat di masjid tersebut langsung di suguhkan oleh hiasan khat tsulust
yang menempel di dinding imam. Sedangkan khat naskhi terletak di
bagian atas dinding yang mengitari kubah bagian dalam masjid. Seakanakan menambah keindahan bagi orang yang memandang hiasan kaligrafi
tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Dari karya diatas masih ada lagi disekitar Surabaya yaitu Masjid
Agung Sidoarjo dan Masjid al- Akbar Surabaya. Di Masjid Agung
Sidoarjo tepatnya di baratnya alun-alun. Di dalam masjid tersebut terdapat
juga karya kaligrafi yang di buat oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.
Jenis kaligrafinya ialah khat Tsulust, karya tersebut menempel di dinding
depan dalam masjid yang memanjang mengitari bagian depan masjid.
Masjid Baitul Haq Surabaya tepatnya di depan Kantor Kejaksaan
Tinggi Jawa Timur, masjid ini terletak di Jl. Frontage Ahmad Yani
Siwalankerto Blok No. 36, RT.006/RW.02, Ktintang, Gayungan. masjid
tersebut tampak dari arah selatan ke utara setiap orang yang lewat di depan
masjid pasti akan melihat keindahan ornamen kubah yang begitu indah.
Pengunjung maupun orang yang memasuki masjid tersebut secara
langsung dapat merasakan sejuknya AC dan tak ketinggalan lagi hiasan
kaligrafi yang berwarna emas bergaya khat Tsulust dan Naskhi yang
sangat elok dipandang oleh mata.
KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq juga menjadi Dewan Hakim
MKQ ( musabaqoh khatil Qur’an) tingkat Nasional. Sehingga ia di juluki
Kaligrafer Nasional. Dalam menjadi Dewan Hakim ia sangatlah
profesional dalam membingbing maupun menentukan para juara MKQ
tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III
KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ MENJADI
KALIGRAFER NASIONAL
A. Macam-macam Jenis Kaligrafi dan Alat-alatnya
1. Khat Kufi
Gaya khat ini lahir di kota Kufah Irak, dan pada perkembangan
selanjutnya dapat menyebar ke sebagian dunia Islam, model khat ini
tulisan Arab yang berbentuk kapital atau bersudut, khat ini memiliki ciriciri tegak lurus, memiliki sudut yang sama antara garis horizontal dan
vertikal dan tidak dapat ditulis dalam sekali goresan.
para khattat umumya menggunakan alat bantu mistar atau
penggaris untuk menulis Kufi, ini dimaksudkan untuk membentuk
goresan-goresan tetap lurus dan simetris, dengan ciri pokoknya sebagai
modal yaitu bersiku- siku, kufi justeru menampilkan kelebihannya, yang
membiarkan dirinya diperkaya variasi dan jadi bahan olahan yang luwes
dalam bentuk- bentuk hasil cipta yang beragam, ditemukan gaya-gaya kufi
yang beranekaragam, seperti Kufi Ma’il (mirirng). Kufi Murabbba’
(kubus), Kufi Muwarraq (flora), Kufi Mudafffar (berkepangan), dan lain
lain.1

1

DidinSirojuddin AR, Belajar kaligrafi (Jakarta: DarulUlum Press, 1991), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Contoh Kaidah Khat Kufi

Contoh Khat Kufi Murabba‟

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Contoh Khat Kufi Muwarraq

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

2.

Khat Naskhi
Dalam sejarah kaligrafi Islam tulisan bentuk naskhi merupakan tulisan

kursif (tulisan miring) yang pertama kali timbul, yang rumus- rumus
dasarnya ditemukan oleh seorang kaligrafer ternama yang bernama Ibnu
Muqlah (272 H) di Iraq, barulah kemudian hari khat Naskhi menjadi populer
setelah dirancang kembali pada abad ke 10 oleh Ibnu Bawwab dan Ya‟qut
al- musta‟simi serta para pakar lainnya hingga resmi menjadi tulisan resmi
al-Qur‟an.
Hingga saat ini huruf al-Qur‟an atau hijaiyah adalah identik dengan
gaya Naskhi rasm Mushaf Usmani, dapat pula dikatakan bahwa model
inilah yang paling banyak digunakan dalam dunia Islam, dengan alasan
karena mudah dalam menuliskannya dan membacanya. Karakter dari khat
Naskhi adalah lengkungan- lengkungan hurufnya mirip busur atau
berbentuk setengah lingkaran seperti huruf wawu, nun, dan ra‟, za‟.
Sebagian huruf- hurufnya diletakkan diatas garis semi seperti huruf alif, dal,
ba‟, kaf dan fa‟, dan sebagian lainnya menukik melabrak batas- batas garis
seperti huruf ra‟, za‟, dan mim.2
Khat Naskhi biasanya digunakan untuk penulisan buku atau tulisan
resmi lainnnya, oleh karena itu tidak ada bentuk- bentuk jalinan,
bertumpukan, atau variasi huruf, khat Naskhi dijadikan standar tulisan kitab,
khusunya mushaf al- Qur‟an, karena meiliki tulisan yang jelas dan mudah
dibaca, selain itu tulisan Naskhi dapat ditulis dengan cepat, sejak abad IV

2

Masyhuri, Wawasan Seni Kaligrafi Islam (Darul Huda Press, Ponorogo, 2006), 21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Hijriyah sebagian besar mushaf sudah ditulis dalam bentuk naskhi bukan
kufi.
Kaidah Khat Naskhi

Contoh Khat Naskhi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

3. Khat Tsulust
Khat ini diambil dari kata Tsulust yang berarti sepertiga, Khat
Tsulust justru lebih luwes dan plastis, tsulust dapat dikombinasikan dengan
aneka bidang dan ruang yang disediakan: kerucut, persegi panjang, bujur
sangkar, belah ketupat, bulat, atau oval. Rangkaian huruf- huruf tsulust juga
dapat diringkas di ruangan yang lebih sempit daripada kapasitas bunyi
tulisan dengan sitem penumpukan.
Dapat dipastikan, kelebihan-kelebihan Khat Tsulus ini tidak
ditemukan di dalam naskhi, tsulus bertambah manis saat dirangkai dengan
iluminasi, hiasan pinggir, ornament, atau bentuk dekoratfi- dekoratif
lainnnya, kalaupun Naskhi dipaksa mengikuti keluwesan alur Tsulust
(misalnya ditumpuk- tumpuk), maka hasilnya akan jelek dan mungkin
merusak karakteristiknya yang memang telah dirancang menjadi tulisan
sederhana agar mudah dipahami untuk berbagai naskah umum, dan adapun
pena yang digunakan untuk huruf- huruf tsulust sebaiknya dibuat lebih besar
daripada naskhi, dengan ukuran miring boleh sama, ditambah lagi satu pena
yang kecil, kira- kira 40- 30 % lebih kecil daripada lebar pena untuk pokok
huruf, untuk menggores harokat dan tanda- tanda lain seperti Syaddah atau
hiasan, Khat Tsulust akan lebih indah lagi apabila digelar dengan ukuran
yang besar, di dinding-dinding masjid atau kanvas lukisan, dengan warnawarna yang bagus. Khat ini seringkali digunakan untuk hiasan misalnya di
dinding- dinding masjid, mihrab masjid, 3 dan nama-nama surat dalam al-

3

Didin Sirojudin, SeniKaligrafi Islam (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2000), 104.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Qur‟an berikut jumlah ayatnya, khat ini jarang digunakan untuk menulis
mushaf al-Qur‟an.
Kaidah khat Tsulus

Contoh khat Tsulust

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

4. Khat Farisi
Khat Farisi adalah model tulisan Arab Kursif yang muncul di wilayah
Persia pada abad ke 7 H/ 13 M, khat ini pada awalnya disebut dengan khat
Ta’liq karena keindahannnya terletak pada kelenturan hurufnya ketika di
tarik kebawah seakan- akan menggantung, khat ini tidak membutuhkan
syakal atau tanda baca, tetapi Farisi memiliki ketebalan yang sangat berbeda
di setiap hurufnya sehingga dalam penulisannya diperlukan minimal dua
pena,ukuran kecil dan besar.Beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan
yaitu, posisi miring ke kanan, berlainan dengan khatNaskhi, Riq‟ah, atau
Tsulust yang miring ke kiri, untuk menghasilkan goresan tebal tipis
semacam itu, pena di buat sangat tipis, dan sangat miring, boleh sama
dengan untuk pena Diwani, atau tergantung kebutuhan. Jika mengalami
kesulitan membuat lekukan- lekukan tebal tipis hanya dengan satu pena,
boleh digunakan dengan dua pena, yaitu pena besar dan kecil, sebagaimana
cara menulis huruf Tsulust dengan harokatnya.
Pada prinsipnya khat Farisi jarang menerima harokat atau hiasanhiasan pembantu, namun boleh memasukkan komponen- komponen tersebut
sekedar tamabahan asal pantas. Keindahan gaya Farisi sangat tergantung
kepada kemahiran mengubah ubah ujung pena, ada huruf yang ditulis hanya
dengan sepertiga lebar ujung pena, seperti gigi sin, kepala ha‟, bulatan atas
shad dan puncak kaf,4 dan tulisan ini banyak dipakai untuk tulisan- tulisan
surat raja, perjanjian- perjanjian negeri pada zaman kejayaan Islam.
4

Masyhuri, Wawasan Seni Kaligrafi Islam, 26.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Kaidah Khat Farisi

Contoh Khat Farisi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

5. Khat Diwani
Satu tulisan yang punya arti dan pemakaian luas di dunia muslim
adalah Khat Diwani, yang dipopulerkan oleh kesultanan Usmani di akhir
abad ke-9/15, meskipun hubungan dengan tulisan Persia lebih awal tidak
sejelas Nasta‟liq dan Shikastah, Diwani khusunya dipakai untuk dokumen
resmi, pernyataan/ proklamasi, dan lencana tanda tangan resmi (tughra)
dimana diciptakan untuk setiap sultan Usmani, Diwani tidak pernah
menikmati popularitas untuk penyalinan al-Qur‟an atau prasasti epigrafis.
Tulisan bulat itu dapat dikenali oleh gerakannya yang melimpah ruah dan
hurufnya bertambah dan menaik secara bertahap pada akhir baris, ia
menampilkan ciri kecenderungan pada penggabungan huruf- huruf dengan
posisi luar biasa dan tidak konvensional dan tanda bunyi biasanya tidak
ada.5
Alur goresan untuk Diwani sangat jauh berbeda dengan goresan
untuk Khat Naskhi, Riq‟ah, atau Tsulust. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam Diwani, yaitu goresannnya sangat lentur dan bebas,
seringkali ukuran dan bentuk huruf- huruf dalam satu kalimat tidak seragam,
tergantung kepada kepantasan atau selera penulisnya, untuk memenuhi
kelenturan yang dibutuhkan, maka potongan pena dibuat sangat miring
kurag lebih 50ᴼ. Diwani hampir tidak pernah dibantu oleh unsur- unsur
tambahan seperti harokat atau hiasan bebungaan, boleh digunakan sekedar
untuk memberikan tekanan vokal, misalnya harokat atau huruf akhir, supaya
5

Louis Lamnya Al- Faruqi, The Cultural Atlas of Islam (Mac Millan, New York, 1986), 112.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

pembaca mengerti maksdunya, hurufnya digoreskan dengan sangat miring
kekiri, saling tumpang tindih antara satu huruf dengan yang lain, rata- rata
hurufnya ditulis di atas garis kecuali huruf jim, ha‟, kha‟, mim, dan lam
akhir, kebanyakan hurufnya bulat melengkung,
Dinamakan Khat Diwani karena tulisan ini awal tumbuhnya khusus
dipakai untuk tugas adminsitrasi perkantoran pada masa Turki Usmani,
dalam bahasa Arab kata Diwani berarti kantor. Khat Diwani ini ada dua
macam, yakni Diwani ‘ādi ( Diwani biasa) dan Diwani Jalī ( Diwani rumit).
Diwani „ādi adalah khat Diwani yang tidak menggunakan hiasan huruf sama
sekali. Sedangkan Diwani Jalī adalah Khat Diwani yang menggunakan
hiasan huruf secara penuh untuk menghindari adanya kekosongan di antara
huruf.6

6

Rosyad, Bentuk dan Kaligrafi Arab, 64.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

Kaidah Khat Diwani „ādi

Contoh Khat Diwani Jalī

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

6. Khat Riq’ah
Riqa‟ jamaknya Ruq‟ah, artinya “lembaran daun kecil halus”,
darimana nama tersebut didapatkan, diduga berasal dari naskhi dan Tsulust,
bentuk- bentuk asalnya sama dengan huruf- huruf Tsulust, baik dalam
keadaan tunggal mauapun ketika dalam bentuk susunan, Khat Riq‟ah
mempunyai kelainan- kelainan dalam beberapa hal, yaitu, tulisan Riq‟ah
lebih cenderung kepada bulatan- bulatan daripada tulisan Tsulust, hurufhuruf Riq‟ah lebih halus daripada huruf- huruf yang lainnya, Tarwis atau
janggut sangat jarang atau hanya sedikit sekali, pusat garis lingkaran „ain
tengah dan akhir kerapkali terkatup tanpa lubang, demikian pula huruf fa‟,
qaf, mim, dan wawu adapun, sad, ta‟, „ain tungggal dan awal senantiasa
terbuka.7
Keistimewaannya adalah Khat Riq‟ah sangat cepat jika digunakan
untuk menulis catatan, letak keindahannnya adalah pada kesamaan ukuran
huruf yang ditulis dan kelurusan garis penulisan, khat ini juga sangat sedikit
menggunakan hiasan, dan tidak pula membutuhkan penanda vokal, khat
Riq‟ah ini pada awalnya hanya untuk keperluan pencatatan dan perkantoran,
bukan untuk penulisan mushaf al- Qur‟an, karena tulisan ini banyak
digunakan untuk penulisan lembaran atau surat, maka khat ini disebut
dengan khat Riq‟i.

7

Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam, 112.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Kiadah Khat Riq‟ah

Contoh Khat Riq‟ah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

Contoh alat-alat Kaligrafi:
1. Handam/Pena

2. Tinta Cina

3. Meja untuk menulis kaligrafi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

B. KH. Fais dan Karyanya di Mushaf Istiqlal Indonesia
Setiap manusia yang berakal dan berimajinasi pasti mempunyai
karya seni, tetapi karya tersebut berbeda –beda setiap karya seninya
masing-masing. Karya seni Islam yang fenomenal di Indonesia adalah
Mushaf al-Qur‟an Istiqlal Indonesia, Mushaf al-Qur‟an yang berada di
masjid Istiqlal di Jakarta ini memanglah begitu indah bagi yang melihat
Mushaf tersebut.
Mushaf Istiqlal ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
Festival Istiqlal I, 15 Oktober 1995 (7 Muharram 1412 H), dan
diluncurkan Presiden Soeharto pada Festival Istiqlal II, 23 September 1997
(27 Rabi‟ul Akhir 1416 H). Sebelum diresmikan Mushaf ini telah
mengalami

pentasihan

oleh

Lajnah

Pentashih

Mushaf

Al-Quran

Departemen Agama RI, selesai pada 6 Juni 1995 (7 Muharram 1416 H).
Para penulis Mushaf ini adalah KH Abdurrazzaq Al-Muhilli
sebagai perancang pola, KH. Muhammad Faiz Abul Razzaq (ketua). M
Abdul Wasi Ar, H Imron Ismail, Baiquni Yasin, Mahmud Arham,
Islahuddin (anggota), serta H. Muhammad Idris Pirous sebagai asisten.
Mushaf Istiqlal ini ditulis sesuai rasm usmani dengan gaya tulisan
Naskhi.8 Teknik dan pola penulisan Mushaf Istiqlal dirancang oleh sebuah
tim dan para pakar desain grafis dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bayt al-Qur‟an dan Museum Istiqlal, dalam http://Quran-nusantara.
http://kekunaan.blogspot.co.id/2012/07/bayt-al-quran-dan-museum-istiqlal.html?m=1 ( 22 Mei
2017).
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

Mushaf Istiqlal ini tidak jauh beda dengan al-Qur‟an lain yang
beredar di Dunia Islam, kecuali dari segi teknik penulisan dan
iluminasinya. Beberapa spesifikasi yang menjadi ciri khas dari Mushaf
Istiqlal ini adalah sebagai berikut:
1. Surat Al-Fatihah ditulis di dua halaman bersebelahan (kanan dan kiri).
Iluminasi dua halaman tersebut mewakili seluruh ragam budaya
Indonesia (waktu itu 27 provinsi, sekarang 33 provinsi), menghiasi
khat Surah Al-Fatihah sebagai ummul-quran atau induknya al-Qur‟an.

Gambar 1:
Halaman Surah al-Fatihah

2. Seluruh halaman Mushaf Istiqlal dihias dengan beragam iluminasi
yang diinspirasi dari ragam hias seluruh Provinsi, dan didukung oleh
45 wilayah budaya Indonesia. Di samping itu, iluminasi surah AlFatihah (ummul-quran). Tengah Mushaf (nisful-quran), dan akhir
Mushaf

(khatmul-quran)

dirancang khusus,

disebut

sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

„‟iluminasi nusantara. Setiap 22 halaman, iluminasi berganti dari satu
wilayah budaya ke wilayah budaya lainnya.
3. Setiap awal surah ditulis di awal halaman.
4. Setiap awal juz ditulis dengan huruf lebih tebal, dan terletak di
berbagai posisi, yakni di awal atau di tengah halaman.
5. Iluminasi dirancang oleh para ahli desain grafis In