Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Nahdlatul Wathan Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

Yusran Khaidir

NIM: 106011000725

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

Munaqosah pada tanggal 14 Januari 2013 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 14 Januari 2013

Panitia Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Bahrissalim, MA ... ...

NIP: 196803071998031002

Sekretaris (Sekretaris Jutrusan/Prodi)

Drs. Sapiuddin Shiddiq, M.Ag ... ...

NIP: 196703282000031001 Penguji I,

Yudhi Munadi, M.Ag ... ...

NIP: 197012031998031003 Penguji II,

Dra. Hj. Eni Rosda Syarbaini, M.Si ... ... NIP: 195308131980032001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof.Dr.H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA NIP: 195205201981031001


(4)

Tempat/Tgl. Lahir : Praya, 03 Juli 1987

NIM : 106011000725

Jurusan : Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi : Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Nahdlatul Wathan Jakarta.

Dosen Pembimbing : Dr.H. Abdul Madjid Khon, M.Ag

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Seemua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syyarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau perupakan hasil juplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 November 2012

Yusran Khaidir NIM: 106011000725


(5)

ABSTRAK

Yusran Khaidir:

PERANAN TUAN GURU KYAI HAHI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

DI NAHDLATUL WATHAN JAKARTA

Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting bagi manusia, karena melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bermanfaat. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan. Tanpa pendidikan, diyakini manusia tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau.

Disamping adanya peserta didik peranan seorang pendidik juga sangat penting dalam terlaksananya proses belajar mengajar, baik peranan secara langsung maupun secara tidak langsung. Peranan seorang pendidik dapat mengubah karakteristik peserta didik dengan system dan metode yang mereka gunakan dalam menyampaikan pelajaran. Metode dan system tersebut dapat berupa cara, strategi atau temuan-temuan baru yang dapat mempermudah peserta didik memahami pelajaran. Termasuk didalamnya suasana dan lingkungan yang mendukung.

Nahdlatul Wathan Jakarta adalah salah satu Yayasan yang mengelola beberapa lembaga pendidikan, dari TK, MD, SD, SMP dan SMA. Lembaga-lembaga tersebut bersifat umum namun didalamnya sarat dengan ilmu pengetahuan agama, itu dikarenakan lembaga-lembaga tersebut berada dalam lingkungan Pondok Pesantren.

Ilmu agama yang mengakar dan mendarah daging di Nahdlatul Wathan Jakarta tak luput dari campur tangan pendiri Nahdlatul Wathan di Lombok NTB yaitu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Beliau adalah ulama pembaharu dalam pendidikan di pulau Lombok dengan mengedepankan system klasikal pada Madrasah pertama yang beliau dirikan.

Murid-murid beliau yang merantau ke Jakarta dan mengembangkan Nahdlatul Wathan sepenuhnya menggunakan metode yang beliau ajarkan, baik dalam mengucapkan salam, pemnghormatan terhadap guru di kelas, dan juga do’a-do’a, semua ciri khas Nahdlatul Wathan di Lombok ditemukan juga di Nahdlatul Wathan Jakarta.

Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, melalui para murid-murid beliau telah mampu mengembangkan pendidikan Islam di Jakarta melaui Nahdlatul Wathan. Terbukti dari telah berdirinya TK, MD, SD, SMP dan SMA Nahdlatul Wathan yang bernuansakan Islam serta berciri khas Nahdlatul Wathan.


(6)

KATA PENGANTAR

مسب

ها

نمحّرلا

ميحّرلا

Tiada kata dan bahasa yang pantas terucap, selain ucapan rasa tasyakkur yang teramat mendalam kehadirat Ilahi Rabbi kuasa tunggal kerajaan langit dan bumi yang kekuasaan-Nya tak berujung dan tak bertepi. Semua limpahan berbagai kenikmatan dan karunia-Nya yang tiada terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kami memuji, memohon pertolongan, dan memohon ampunan serta berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan-kejahatan diri kami dan keburukan-keburukan perbuatan kami. Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya.

Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada revolusioner dan reformer sejati, baginda Nabi besar Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat setianya dan tidak lupa kepada semua umatnya semoga kelak di hari yang telah ditentukan semua mendapatkan syafâ‘at darinya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami dan dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan, maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dengan dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat di atasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, seyogyanya penulis menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

3. Dr. H Abdul Majid Khon, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam membuat skripsi ini.

4. Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag selaku dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.

5. Dra. Djunaidatul Munawarah, M.Ag selaku dosen seminar proposal skripsi yang dengan tulus mengarahkan dan banyak memberi masukan dalam terwujudnya skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Drs. H. Muhammad Suhaidi, SQ selaku Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Para Kepala Sekolah lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan Jakarta (TK, MDI, SD, SMP, dan SMA), beserta para guru yang mengajar yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu namun hormat penulis selalu tercurah pada mereka.

10.Para Asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta yang telah menjamu dan memperlakukan penulis dengan baik dan ramah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan penulis.

11.Terkhusus Ibu dan Ayahku tercinta, bagaimana mungkin aku melupakanmu. Engkau telah mengorbankan segalanya untukku dan selalu mencurahkan kasih sayang serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan secara moril, materil, semangat dan do‟a buat penulis, maafkan atas segala hilaf dan kesalahanku, do‟aku selalu menyertai kalian.

12.Buat sahabatku mang Uje yang selalu memberi informasi-informasi penting pada penulis, dan juga untuk WG Colection atas kekompakannya.


(8)

13.Untuk anak-anak IRAQ yang terus bersama menikmati indahnya hidup dengan penuh semangat dan senyuman, salut untuk kalian.

14.Tak lupa seluruh teman-teman mahasiswa/i satu angkatan 2006 khususnya kelas C yang selalu bercanda tawa dan telah memberi warna warni kehidupan penulis. Terima kasih untuk semua dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada semua teman-temanku yang tak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu.

15.Seluruh rekan-rekan keluarga besar Ikatan Alumni Nahdlatul Wathan Jakarta (IANW Jakarta) yang telah banyak memberikan inspirasi pada penulis.

Tiada sanggup rasanya penulis membalas budi dan jasa mereka, hanya do‟a yang terpanjat semoga segala perhatian, motivasi, inspirasi dan bantuannya di balas oleh Allah SWT sebagai amal kebaikan, jazakumullah khairan katsira.

Akhirnya, dengan kepala tertunduk, penuh kesadaran diri, kerendahan hati, penulis menyadari, bahwa hanya Allah SWT yang Maha Sempurna, Maha Perkasa, dan Maha Segala, sehingga tentu masih banyak lagi rahasia-rahasia di balik cipta, karsa, dan kehendak-Nya yang terhampar di segenap cakrawala ini yang belum terkuak dan tersentuh serta kita ketahui. Karena itulah saran dan kritik konstruktif dari semua pihak penulis sangat harapkan, agar tercipta suatu sinergi yang nantinya akan membuat pemikiran ini bisa lebih “disempurnakan” di masa yang akan datang untuk kemudian dapat bermanfaat bagi umat. Amin.

Wallahulmuaffiku Wal Haadi Ilaa Syabilirrasyaad Wassalaamu ‘Alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Jakarta, September 2012 Penulis,


(9)

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEBAR PERNYTAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Peranan ... 9

B. Pendidikan Islam ... 12

1. Pengertian Pendidikan Islam ... 12

2. Dasar Pendidikan Islam ... 16

3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam ... 20

4. Tujuan Pendidikan Islam ... 21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24


(11)

B. Latar Penelitian ... 24

C. Metode Penelitian ... 24

D. Fokus Penelitian ... 25

E. Pertanyaan Penelitian ... 25

F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ... 26

G. Analisa Data ... 27

H. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ... 28

BAB IV SEJARAH NAHDLATUL WATHAN JAKARTA A. Profil Nahdlatul Wathan Jakarta ... 30

1. Latar Belakang Keberadaan ... 30

2. Landasan Hukum ... 32

3. Visi dan Misi ... 34

4. Maksud dan Tujuan ... 34

5. Struktur Organisasi ... 35

B. Mengenal Pendiri Nahdlatul Wathan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid... 37

1. Latar Belakang Keluarga ... 37

2. Pendidikan ... 40

3. Gaya Kepemimpinan ... 45

4. Guru-Guru ... 48

5. Pemikiran dan Karya-Karyanya ... 50

6. Kiprah Sosial Keagamaan ... 54

BAB V PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI NAHDLATUL WATHAN JAKARTA A. Pengembangan Pendidikan Islam ... 55

1. Taman Kanak-Kanak Nahdlatul Wathan Jakarta ... 56

2. Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta ... 59

3. Sekolah Dasar Nahdlatul Wathan Jakarta ... 62

4. Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan Jakarta .. 66

5. Sekolah Menengah Atas Nahdlatul Wathan Jakarta ... 70 B. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul


(12)

Madjid ... 75

1. Sarana dan Prasarana ... 75

2. Guru ... 78

3. Murid ... 80

4. Kurikulum ... 81

5. Metode Pembelajaran ... 82

C. Pemikiran Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ... 84

1. Menempatkan Iman dan Taqwa Sebagai Visi Hidup ... 86

2. Menggerakkan Visinya dengan Semangat Keyakinan, Keikhlasan dan Istiqomah ... 87

3. Memperjuangkan Visinya dengan Kesabaran dan Penuh Syukur ... 90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 94

B. Saran ... 97


(13)

DAFTAR TABEL

1. Tabel Guru dan Karyawan TK Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 58.

2. Tabel Guru dan Karyawan MDI Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 61.

3. Tabel Jumlah Siswa MDI Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 62.

4. Tabel Guru dan Karyawan SD Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 64.

5. Tabel Jumlah Siswa SD Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 65.

6. Tabel Guru dan Karyawan SMP Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 68.

7. Tabel Jumlah Siswa SMP Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 70.

8. Tabel Guru dan Karyawan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 73.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Jika dibandingkan dengan manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses pemberdayaannya. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat atau suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai lampu penerang dalam kehidupan, karena dengan adanya pendidikan dapat mempermudah berlangsungnya kehidupan di dunia ini.

Sama halnya dengan pendidikan Islam, pendekatan pendidikan Islam berlangsung melalui proses operasional menuju pada tujuan yang diinginkan, memerlukan model yang konsisten yang dapat mendukung nilai-nilai moral-spiritual dan intelektual yang melandasinya. Nilai-nilai tersebut dapat diaktualisasikan berdasarkan kebutuhan dan perkembangan manusia yang dipadukan dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada, sehingga dapat mencapai cita-cita dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di


(15)

segala aspek kehidupannya. Tetapi yang terjadi, kondisi pendidikan Islam mendapat sorotan yang tajam yang kurang menggembirakan dan dinilai menyandang keterbelakangan dan julukan-julukan yang lain, yang semuanya bermuara pada kelemahan yang dialaminya. Kelemahan pendidikan Islam dilihat justru terjadi pada sektor utama, yaitu pada konsep, sistem, dan kurikulum, yang dianggap mulai kurang relevan dengan kemajuan peradaban umat manusia dewasa ini atau tidak mampu menyertakan disiplin-disiplin ilmu lain yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Melihat kenyataan ini, maka pendidikan Islam perlu mendapat perhatian yang serius dalam menuntut pemberdayaan yang harus disumbangkannya, dengan usaha menata kembali keadaannya, terutama di Indonesia. Keharusan ini, tentu dengan melihat keterkaitan dan peranannya di dalam usaha pendidikan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, sehingga perlu ada terobosan seperti perubahan model dan strategi pelaksanaannya dalam menghadapi perkembangan zaman.

Kurangnya pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam yang demikian itu, tampaknya perlu segera diatasi dengan cara menumbuhkan dan mengembangkan ilmu pendidikan Islam melalui serangkaian kajian dan penelitian dari para tokoh-tokoh muslim. Seseorang akan disebut tokoh apabila ia membuat sejarah atau hidup dalam sejarah dengan mengubah keadaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh tokoh yang akan kita kaji pada kesempatan kali ini yaitu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang berbunyi:

”Sesungguhnya setiop orang akan menjadi cerita bagi generasi sesudahnya, maka jadikanlah dirimu cerita yang baik bagi orang-orang yang memahami

sejarah”1

Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah sosok seorang ulama dan pembaharu yang mampu memberikan nuansa perubahan

1

Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu Bekerjasama dengan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 2004), h. vii.


(16)

dalam dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di daeran Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB). Terbukti dari metode dan kurikulum yang beliau terapkan pada pesantren yang beliau kelola. Pada awalnya beliau menggunakan sistem

halaqah2 dalam penerapan pembelajarannya, namun dengan seiring perkembangan zaman beliau mengubahnya dengan sistem klasikal. Perubahan tersebut dikarenakan pandangan beliau yang menganggap bahwa sistem halaqah

pada saat itu kurang efektif dan efisien dengan kondisi masyarakat pada saat itu, sehingga beliau menggunakan sistem klasikal yang di anggap relefen dan mampu meningkatkan taraf pendidikan di pesantren.

Dalam hal ini beliau mencoba memperkenalkan sistem pendidikan sebagaimana yang diperoleh di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah dengan sistem klasikalnya. Usaha-usaha Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam mengembangkan Islam di pulau Lombok telah menempatkannya sebagai satu-satunya pemimpin NTB yang paling terkemuka hingga saat ini.

Lalu Djelenga, penulis sejarah Lombok dalam salah satu tulisannya menguraikan setidak-tidaknya 6 (enam) alasan yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyebut sosok Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai pemimpin Lombok yang paling terkemuka. Pertama, ia herhasil menghimpun pemimpin Sasak lainnya untuk menembus wilayah-wilayah yang menyekat pulau Lombok. Kedua, ia merupakan pemimpin yang pertama diterima dan dikenal luas oleh masyarakat Lombok dengan kemampuan/kekuatan kepemimpinannya sendiri. Ketiga, ia merupakan orang pertama yang merintis sistem pendidikan modern di Lombok. Keempat, ia merupakan orang Lombok yang pertama kali merintis sistem perjuangan tanpa kekerasan dengan cara modern melalui organisasi. Kelima, ia merupakan orang Sasak pertama yang memiliki tipikal kepemimpinan yang memberikan jasa dan hasil karyanya dapat menembus batas wilayah sampai seluruh nusantara bahkan manca negara, serta mengharumkan nama baik orang Sasak maupun pulau Lombok. Keenam, ia merupakan orang Sasak pertama dan utama yang telah memberikan andil bagi peningkatan sumber daya manusia orang Sasak di luar peran yang dilakukan

2


(17)

pemerintah.3

Setelah Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang biasa di sebut Maulana Syeikh meninggal dunia, diadakanlah musyawarah untuk menggantikan posisi beliau dalam organisasi dan kepemimpinan lembaga pendidikan yang telah beliau dirikan. Terpilihlah salah satu di antara kedua putri beliau Siti Rauhun dan Siti Raihanun untuk menjadi pengganti beliau, sebagai orang terdekat Maulana Syeikh sekaligus keturunannya. Karena kepergian beliau yang mendadak tersebut menyebabkan pola pergantian kepemimpinan berlangsung secara mendadak pula, sehingga membawa perbedaan pendapat di antara pendukung generasi pewaris yaitu Siti Rauhun dan Siti Raihanun.

Walaupun tidak ada pengganti yang mampu menyamai sekharismatik Maulana Syeikh namun pasti di antara kedua putrinya mewarisi karakteristik-karakteristik tertentu yang ada pada beliau, namun hal ini menimbulkan dualisme kepemimpinan di Nahdlatul Wathan yang biasa di singkat NW dikarenakan para pendukung kedua putri Maulana Syrkh ini tidak mau mengalah antara satu dengan yang lainnya untuk dinobatkan sebagai pengganti Maulana Syeikh dalam mengurus organisasi dan lembaga pendidikan yang telah beliau tinggalkan, semua ini dikarenakan fanatisme para pendukung putri beliau yang sehingga terjadi ketidakpercayaan kepemimpinan.

Dengan kondisi seperti ini kemudian diadakanlah muktamar NW ke X di Praya Kabupeten Lombok Tengah yang dihajatkan untuk mencari solusi atas kemelut di Nahdlatul Wathan. Sehingga terpilihlah Siti Raihanun sebagai ketua PBNW di muktamar tersebut sebagai pengganti kepemimpinan Maulana Syeikh dalam mengurus organisasi dan madrasah-madrasah. Siti Rauhun sebenarnya tidak setuju akan hal tersebut karena menurutnya telah menyalahi anggaran dasar Nahdlatul Wathan yang berpaham Ahlussunnah wal Jamaah, ala mazahibil

imamis Syafi’i, yang dalam ajarannya tidak menghendaki seorang perempuan menjadi pemimpin dalam jamaah.4

3

Lihat Tabloid Sinar Lima Edisi 6, h. 4.

4

Fathurrahman Muhtar, “Konflik dalam Pengelolaan Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat”, (Tesis Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010), h. 3.


(18)

Namun Siti Raihanun sebagai pimpinan jamaah NW hasil muktamar X Praya, berusaha untuk mempertahankan eksistensi organisasi NW dan madrasah-madrasah yang ditinggalkan Maulana Syeikh. Namun emosional yang tidak stabil dari jamaah yang mendukung Siti Rauhun yang tidak mengakui kepemimpinan Siti Raihanun nenimbulkan perpecahan di kalangan Nahdlatul Wathan. Dengan melihat kondisi seperti ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Siti Raihanun memilih hijrah dari Pancor ke lokasi baru yang bernama Anjani kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, sekitar 15 kilometer dari Pancor, sedangkan Rauhun tetap di Pancor Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. Para pengikut setia Nahdlatul Wathan pun terbagi dalam dua kubu, sebagian ke kubu Nahdlatul Wathan yang terpusat di Pancor dan sebagian lagi ke kubu Nahdlatul Wathan yang berpusat di Anjani. Kubu Pancor di bawah otoritas Siti Rauhun dan Kubu Anjani di bawah otoritas Siti Raihanun.

Madrasah-madrasah yang didirikan maulana Syeikh tersebut telah banyak menghasilkan lulusan-lulusan yang handal baik dalam bidang umum dan lebih khususnya lagi dalam bidang Agama jauh sebelum beliau wafat. Santri-santri yang telah lulus tersebut dengan sendirinya menyebarluaskan Nahdlatul Wathan dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah. Sampai saat ini Nahdlatul Wathan telah tersebar ke berbagai Propinsi, Nusantara dan bahkan Dunia. Namun semua lembaga pendidikan yang bernaung dibawah bendera Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh alumnus Darun Nahdlatain yaitu Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI )dan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) dapat dikatakan dibawah otoritas salah satu kubu tersebut.

Dalam hal ini lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan dapat dikategorikan terbagi menjadi tiga golongan. Pertama, lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan di bawah naungan organisasi dan berpengaruh bagi organisasi. Kedua, lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan tidak di bawah naungan organisasi dan tidak berpengaruh bagi organisasi. Ketiga, lembaga pendidikan tidak di bawah naungan organisasi namun berpengaruh bagi organisasi.

Nahdlatul Wathan Jakarta adalah salah satu Yayasan Pendidikan dengan nuansa Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh Amumnus Darun Nahdlatain dan


(19)

satu-satunya berada di ibukota. Namun Yayasan Pendidikan Nahdlatul Wathan Jakarta tersebut tidak memihak pada salah satu kubu, namun memiliki hubungan yang harmonis kepada kedua belah kubu tersebut. Disinilah letak keunikan Nahdlatul Wathan Jakarta yang mungkin tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan lainnya di nusantara. Karena tidak sedikit para alumnus Nandlatul Wathan yang hanya memanfaatkan nama Nahdlatul Wathan untuk kepentingan sendiri bukan organisasi dan masyarakat.

Nahdlatul Wathan di Jakarta berawal dari ketidaksengajaan para alumnus Darun Nahdlatain yang terdampar di Jakarta, namun sedikit demi sedikit Nahdlatul Wathan mampu berkembang dengan memiliki tanah sendiri dan mendirikan lembaga pendidikan di atas tanah milik sendiri di Jakarta.

Sampai saat ini telah banyak lembaga pendidikan yang berkembang di atas tanah Nahdlatul Wathan baik yang bersifat formal dan non formal di antaranya:

1. Panti Asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta 2. Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta 3. Majlis Ta‟lim Nahdlatul Wathan Jakarta

4. Madrasah Diniyah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta 5. Taman Kanak-kanak Nahdlatul Wathan Jakarta

6. Sekolah Dasar Nahdlatul Wathan Jakarta

7. Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan Jakarta 8. Sekolah Menengah Atas Nahdlatul Wathan Jakarta

Melihat keunikan yang dimiliki Nahdlatul Wathan Jakarta baik dalam hubungan dengan Nahdlatul Wathan pusat di NTB dan pengembangannya dalam lembaga pendidikan yang dikembangkan tanpa campur tangan Organisasi. Penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam dalam kajian Ilmiyah mengenai keunikan Nahdlatul Wathan Jakarta, apakah dalam proses berkembangnya terdapat pengaruh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Didasarkan pada alasan di atas maka penulis berkeinginan melakukan penelitian mengenai kajian pendidikan yang berbasis keislaman dengan judul “Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam Perngembangan Pendidikan


(20)

mampu memberi inspirasi dan dapat dikaji lebih dalam mengenai Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan Nahdlatul Watan Jakarta sebagai sarana awal beliau dalam menyebar luaskan ilmu pengetahuan Islam pada masyarakat, khususnya di ibukota.

B.

Identifikasi Masalah

Dari literatur di atas dapat diambil beberapa permasalahan yang muncul, di antaranya:

a. Kualitas sumber daya manusia yang tidak diimbangi dengan ilmu pendidikan.

b. Keunikan yang dimiliki Nahdlatul Wathan Jakarta.

c. Perkembangan pendidikan melalui Nahdlatul Wathan Jakarta. d. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Masalah yang diangkat mengenai peranan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung yakni beliau terlibat langsung dalam perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta, secara tidak langsung yakni melalui konsep-konsep dan teori-teori pendidikan yang beliau canangkan. Adapun mengenai perkembangan pendidikan meliputi penyelenggaraan lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta dan peranan beliau selaku pendiri. Melihat banyak hal yang terkait dengan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan Nahdlatul Wathan maka penulis membatasi permasalah pada skripsi ini:

a. Perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta.

b. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta.

C.

Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas penulis dapat merumuskan, masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah:


(21)

a. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta.

b. Bagaimana peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

D.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta.

b. Mengetahui peranan yang diberikan oleh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta.

2. Kegunaan Penelitian a. Segi Akademis

Sebagai bahan rujukan, tambahan referensi atau pembandingan penelitian, selanjutnya bagi bidang study ilmu tarbiyah dan keguruan mengenai perkembangan pendidikan Islam yang dipelopori oleh seorang tokoh.

b. Segi Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan pengatahuan dan referensi bagi pengurus Nahdlatul Wathan Jakarta dan lembaga yang ada di dalamnya dalam melanjutka cita-cita Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.


(22)

9

BAB II

ACUAN TEORETIK

A. Pengertian Peranan

Peran dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.1Dan arti kata ”peranan” berasal dari kata ”peran” yang berarti mengambil bagian atau turun aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.2

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu. Istilah peran diambil dari dunia teater, dalam teater seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya seorang tokoh yang diharapkan untuk berperilaku secara tertentu yang kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat yaitu bahwa prilaku yang diharapkan dari padanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang tersebut.3

Peran diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi penggunaannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 667.

2

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besa…, h. 751.

3

Sarlito Wiraman Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 215.


(23)

peranan karena orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat. Walaupun kedudukannya itu berbeda antara satu orang dengan orang lain tersebut, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.

Menurut para ahli sosiologi seperti Raph Linton, peran yaitu ”the dynamics

aspect of status” seseorang menjalankan peranannya manakala dia menjalankan

hak dan kewajibannya yang merupakan statusnya. Sedangkan status itu sendiri adalah ”a collection of right and duties” suatu kumpulan hak dan kewajiban. Robert K. Merton mempunyai pandangan yang berbeda dengan linton dia memperkenalkan konsep perangkat peranan (role-set), yang didefinisikan sebagai ”complement of role relationship which persons have by virtue of occupying a

particular status”. Pelengkap hubungan peranan yang dimiliki seseorang karena

menduduki status sosial tertentu.4

Menurut Grass Massan dan A.W. Mc. Eachern mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut merupakan hubungan dari norma-norma sosial. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa peranan itu dapat ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan yang lain.5

Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).6 Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih menuju pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan sutu peranan.

4

Wjs. Poerwadarminta, Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976), Cet. Ke-2, h. 473.

5

N. Grass, W.S. Massan and A.W. Mc. Eachern, Exploration Role Analysis, dalam David Barry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 90.

6

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 212.


(24)

Peranan mencakup tiga hal, yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Maka dapat dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan kewajiban yakni bersifat timbal balik dalam hubungan antar individu. Hak adalah kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknya menimbulkan kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan itu. Hak seseorang dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.

Dari pengertian di atas seseorang atau kelompok dapat dikatakan berperan apabila telah menjalankan perannya, ketika menduduki karakteristik (posisi) dalam struktur sosial. Juga dikatakan menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. Penjelasan tersebut juga merupakan suatu gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban-kewajiban, keharusan-keharusan, yang dilakukan seseorang karena kedudukannya dalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana ia berada, seperti seorang kyai yang harus memainkan peran yang dimilikinya dalam kedudukan masyarakat.

Walaupun ada sedikit perbedaan dalam penjelasannya akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa peranan merupakan sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan terutama yang menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan masyarakat.

B. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Kata “Islam” dalam “Pendidikan Islam” dimaksudkan untuk memberi warna tertentu dalam pendidikan yaitu, pendidikan yang bernuansa Islam, pendidikan


(25)

yang berlandaskan atas hukum-hukum Islam dan pendidikan yang berlandaskan pada dasar-daras Islam. Dari pernyataan diatas pertanyaan yang kemudian timbul adalah “apakah yang dimaksud dengan pendidikan yang bernuansa Islam? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu mari kita telusuri definisi pendidikan menurut para pekar pendidikan sehingga kita mampu penganalisis apa makna pendidikan itu sendiri sebelum masuk dalam pembahasan mengenai pendidikan menurut Islam.

Berikut akan diuraikan beberapa definisi pendidikan menurut para ahli pendidikan, yaitu:

a. Marimba mendefinisikan bahwa pendidikan itu adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.7 Dalam hal ini pendidikan masih benuansa bimbingan yang bersifat membimbing dengan penuh kesadaran dari pendidik kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohani agar terbentuknya pribadi yang baik dan terarah. Sehingga peserta didik tersebut mampu untuk menjadikan dirinya aikon yang baik dengan kepribadiannya dalam masyarakat.

b. Menurut Ahmad Tafsir definisi yang dikemukakan oleh Marimba tersebut memang benar, definisi itu baik, mudah difahami dan mudah dijabarkan menjadi tujuan-tujuan pendidikan. Akan tetapi definisi yang dikemukakan tersebut masih terlalu sempit, belum mencakup seluruh kegiatan yang disebut pendidikan. Definisi tersebut masih terbatas pada pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik. Lebih lanjut lagi Ahmad Tafsir mengomentari definisi tersebut bahwa pendidikan itu terbatas pada kegiatan pengambangan pribadi anak didik oleh pendidik berupa orang, pertanyan yang akan timbul selanjutnya adalah bagaimana kalau bimbingan itu dilakukan oleh diri sendiri? Atau oleh alam sekitar? Apakah

7

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. 6, h. 24.


(26)

tidak disebut pendidikan seandainya bimbingan itu dilakukan oleh kebudayaan dan sebagainya?8

c. Menurut Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan di pakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.9 Pengertian ini mengarahkan agar peserta didik harus di biasakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar mampu membiasakan dirinya berbuat baik dalam kehidupan.

d. Herman H. Horne berpendapat. Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia dan dengan tabiat tertinggi dari kosmos.10 Dalam pengertian ini, maka proses tersebut menyangkut proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan dunia dan lingkungan sekitarnya. Dalam pengertian lain bahwa alam sekitarnya pun berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dirinya, dia berusaha untuk mengetahui bagaimana bumi berputar, mengapa ada siang dan malam, mengapa kapal terlihat kecil apabila berada jauh di tengah laut, dan bagaimana seluruh proses kehidupan di bumi. Dia juga belajar untuk mengetahui apa saja yang di perlukan oleh sesama manusia terhadap dirinya, apa saja yang di senangi dan tidak disenangi dari dirinya, dan bagaimana bekerja sama dengan orang lain serta mempengaruhinya. Semua itu harus dilalukan agar ia merasa betah tinggal di bumi ini dengan orang lain sehingga tidak merasa terasingkan.

e. Menurut pakar pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat

8

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan..., h. 24.

9

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), Cet. 1, h. 11.

10


(27)

pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula. Peendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi drajat kemanusiaan.11

f. Pengertian pendidikan dengan agak lebih terperinci lagi cakupannya dikemukakan oleh Soegarda Poerbakawaca. Menurutnya, dalam arti umum mencangkup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya. Lebih lanjut ia menambahhkan bahwa corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak kehidupan. Karenanya jika corak kehidupan itu berubah, maka corak pendidikannya akan berubah pula, agar si anak siap untuk memasuki lapangan pendidikan itu.12

Dari beberapa rumusan pendidikan diatas apabila dipadukan maka akan terlihat bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana, memiliki tujuan dan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Pendidikan dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu terhadap orang yang belum memiliki ilmu atau secara umum dari orang yang memiliki pengalaman yang lebih luas terhadap orang yang belum memiliki pengalaman. Berhubung pengalaman lebih banyak dimiliki oleh orang yang lebih dahulu terlahir ke dunia atau dapat di katakana orang yang lebih tua maka pendidikan digambarkan sebagai pemberian pengetahuan atau pengalaman dari orang yang lebih tua terhadap orang yang lebih muda.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah pemberian pengetahuan dan pengalaman oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuan, keteramilan dan pengalaman kepada peserta didik secara bertahap dan berkesinambungan. Dan diharapkan bahwa pengetahuan dan pengalaman

11

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. IV, h. 9.

12


(28)

yang diberikan tersebut sebisa mungkin dapat menolong dan membantu peserta didik tersebut dalam perannya dalam masyarakat, dimana kelak ia akan hidup.

Dalam hubungan ini, dapat dipastikan bahwa pendidikan itu tidak hanya menumbuhkan, melainkan mengembangkan ke arah tujuan akhir. Pendidikan juga tidak hanya merupakan suatu proses yang sedang berlangsung, melainkan suatu proses yang berlangsung ke arah sasarannya. Jadi pendidikan akan terus berlangsung sampai dimana kehidupan akan berakhir. Seperti hadits Rasulullah SAW yang mengatakan:

“Tuntutlah ilmu semenjak lahir sampai ke liang kubur”.

Bilamana definisi-definisi mengenai pendidikan yang telah di kemukakan di atas dikaitkan dengan pengertian pendidikan Islam, maka akan kita ketahui bahwa pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangannya.

Pendidikan Islam menurut Prof.Dr. Oman Muhammad al-Toumy al-Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan ini di landasi dengan nilai-nilai Islami.13

Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujuakan pada perbaikan sikap, mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik dari keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak bersifat teoritis saja, tapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah lakupribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.14

13

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 13.

14


(29)

Telah jelas bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian dari usaha membimbing. Mengarahkan dan menanamkan watak serta mengarahkan potensi hidup yang berupa komponen-komponen dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan yang signifikan di dalam kehidupan pribadinya. Sebagai mahluk individual dan social serta dalam hubungannya dengan alam sekitar di mana saja berada. Proses tersebut senantiasa berada di dalam nilai-nilai Islami, yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syari‟ah dan akhlak karimah. 2. Dasar Pendidika Islam

Diibaratkan bagai pondasi sebuah pohon dan pondasi dalam sebuah bangunan. Jika pondasi dalam sebuah bangunan tersebut kuat, maka bangunan tersebut akan selalu berdiri tegak diatasnya, begitu juga apabila akar sebuah pohon itu subur dan kuat maka sebesar apapun pohon itu akan terus tumbuh dan berkembang.

Apabila analogi tersebut dikaitkan dalam dunia pendidikan, maka dasar atau yang dijadikan acuan merupakan sumber kekuatan yang dapat menjembatani aktivitas yang dicita-citakan sehingga langkah pendidikan akan menjadi lebih terarah dan tepat pada sasaran serta bertahan dalam waktu yang lama.

Islam merupakan agama yang Rahmatan Lil ’Alamin, segala sesuatu dalam kehidupan ini telah diatur dengan baik dan jelas dalam sebuah pedoman Islam yaitu Al-Qur‟an. Pembahasan tentang pendidikan banyak dibahas didalamnya, karena pendidikan merupakan masalah yang pokok dalam sebuah kehidupan. Oleh karena itu, yang pertama yang dapat dijadikan landasan dasar dalam dunia pendidikan adalah Al-Qur‟an, yang telah jelas kualitas dan kekuatannya. Selanjutnya yang dapat dijadikan landasan dasar ke dua dalam dunia pendidikan adalah Sunnah atau Hadits Nabi Muhammad SAW yang umumnya sebagai penjelas dari Al-Qur‟an.

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT berupa wahyu yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk dijadikan sebagai pedoman hidup manusia di dunia maupun di akhirat. Di dalam al-Qur‟an terkandung dua prinsip besar yaitu yang berhubungan


(30)

dengan masalah keimanan disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal di sebut Syari‟ah. Al-Qur‟an juga telah mengatur segala aktifitas manusia dalam kehidupannya baik sosial, politik, agama, budaya, hukum, dan terutama masalah pendidikan. Berkaitan dengan masalah pendidikan, ayat pertama yang turun yaitu menjelaskan tentang keimanan tetapi juga tentang pendidikan, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5:































































”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al-Alaq: 1-5)

Dalam surat ini terdapat beberapa komponen pendidikan yang akan menunjang tercapainya tujuan pendidikan:

1) Komponen guru yaitu Allah SWT sebagai sumber ilmu pengetahuan. 2) Komponen murid yaitu Rasulullah SAW sebagai sasaran ilmu

pengetahuan.

3) Komponen metode yaitu Iqra’ (bacalah) sebagai metode yang digunakan Allah SWT untuk memberikan pemahaman kepada Rasulullah SAW.

4) Komponen sarana dan prasarana yaitu Qalam (pena) sebagai alat yang digunakan Rasul untuk baca dan tulis.

5) Komponen kurikulum Allamal insana ma lam ya’lam (mengajarkan apa yang belum diketahui), kurikulum bukan hanya sejumlah mata pelajaran akan tetapi juga sebagai sumber belajar yang ada disekitarnya baik lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan semua yang belum diketahui dan dibutuhkannya.


(31)

b. Hadits

Hadits atau sunnah merupakan perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah yang patut dijadikan contoh, karena Rasulullah merupakan manusia pilihan Allah dan beliau merupakan suri tauladan bagi umat manusia. Perkataan adalah setiap kata yang di ucapkan Nabi Muhammad SAW. Perbuatan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam sosialnya ataupun dalam ibadahnya. Pengakuan adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang di ketahui oleh Nabi Muhammad SAW, akan tetapi beliau bembiarkannya tampa menegurnya.

Sunnah merupakan sarana kedua setelah Al-Qur‟an. Sebagaimana a l-Qur‟an, Sunnah juga berisikan tentang Aqidah dan Syari‟ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah Al-Aqram ibn Abi Al-Aqram, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.15

Karena sebab itulah sunnah dijadikan sember atau landasan kedua dalam dalam membentuk pribadi muslim yang bertakwa. Sunnah berupaya menjelaskan dengan lebih jelas dan terperinci perintah-perintah Allah dalam firmanNya yaitu Al-Qur‟an, seperti tata cara shalat, wudu dan lain sebagainya. Hal ini untuk mempermudah umat muslim untuk menjalankan ibadahnya kepada Allah SWT.

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari‟ah Islam untuk mendapatkan atau menentukan suatu hukum syari‟at Islam dalam hal-hal yang ternyata

15


(32)

belum di tegaskan hukumnya oleh al-Qurr‟an dan al-Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-Qur‟an dan al-Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi al-Qu‟an dan al-Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukim Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah SAW wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang.16

Begitu pula dalam dunia pendidikan, seiring berkembangnya zaman yang semakin maju, terlihat pula kemajuan yang sangat signifikan baik dalam materi isi, kurikulun dan sistemnya. Oleh karena itu diperlukan ijtihad untuk memastikan kebenaran kurikulun dan sisten yang digunakan dalam pendidikan sehingga tidak keluar dari jalur keislaman yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Secara garis besar ruang lingkup pendidikan islam terdiri dari bidang akidah, ibadah dan akhlak. Adapun bidang lainnya dapat memahami dan menunjang serta mendukung ke tiga bidang pokok di atas sehingga dalam pelaksanaan pendidikan tidak terdapat penyimpangan antara bidang yang satu dengan bidang yang lain dalam penerapannya. Menurut Zuhairini ajaran pokok Islam melituti masalah keimanan (akidah), keislaman (syari‟ah), dan masalah akhlak, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Akidah adalah bersifat I’tiqad batin yang mengajarkan keesaan Allah SWT. Esa sabagai Tuhan yang mencipta dan mengatur seluruh alam raya ini.

b. Syari‟ah adalah hal-hal yang berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukumnya guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusian dengan sesama manusia dan

16


(33)

manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya serta mengatur hidup dan kehidupan manusia di dunia.

c. Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amalan di atas mengajarkan tentang bergaul manusia dalam kehidupan.17

Adapun beberapa pendapat ulama tentang ruang lingkup pendidikan agama Islam yang diberikan terhadap anak didik ialah:

a. Umar bin Khattab, seorang anak hendaknya diajarkan berenang, berkuda, dan lain-lain. Semua ini diajarkan setelah anak mengetahui prinsip-prinsip agama Islam, menghafal al-Qur‟an dan mempelajari sunnah.

Umar dalam dalam hal ini lebih mengedepankan pendidikan yang mengarah pada melatih kemandirian seorang anak agar dapat menjalankan kehidupan dengan benar sesuai dengan aturan agama dan memiliki suatu keahlian.

b. Ibnu Sina mengemukakan bahwa pendidikan anak sebaiknya dimulai dengan mempelajari al-Qur‟an kemudian di ajarkan syair-syair pendek yang berisi tentang kesopanan setelah anak selesai menghafal al-Qur‟an dan mengerti tata bahasa Arab di samping di beri petunjuk dan bimbingan agar mereka dapat mengamalkan ilmunya sesuai bakat kesediaannya. Penggambaran pendidikan yang di kemukakan oleh Ibnu sina tersebut merupakan motivasi yang terarah. Sebab suber hukum ajaran agama Islam adalah al-Qur‟an yang menggunakan bahasa Arab. Sehingga anak hasur di ajarkan tata bahasa arab sehingga mampu memahami makna yang terkandung dalam al-Qur‟an.

c. Abu Thawan berpendapat, setelah anak tersebut hafal al-Qur‟an hendaknya anak tersebut di ajarkan menulis, berhitung dan berenang.18

Abu Thawan dalam pendapatnya lebih simpel dan terarah. Yang ia kemukakan seakan menggabungkan antara pendapat Umar dan Ibnu Sina,

17

Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet VIII, h. 11.

18

Armai Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam Dasar dan Menengah, (Jakarta: Ciputat Press, 2000), Cet. 1, h. 19.


(34)

yaitu seorang anak harus memiliki keahlian tertentu dalam hidup. Disamping itu seorang anak harus mulai belajar menulis dan mempelajari al-Qur‟an yang merupakan sumber hukum utama agama Islam.

4. Tujuan Pendidikan Islam

Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah, maka pendidikan Islam serata dengan pengembangan nalar dan penataan prilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah SWT dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara social.

Menurut Hasan Langgulung, berbicara tentang tujuan pendidikan tidak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Tujuan hidup ini menurutnya tercermin dalam ayat 162 surat al-An‟am yang berbunyi:



























”Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS al-An‟am: 162)19

Dari ayat di atas di jelaskan bahwa hidup kita didunia tidak lain dan tidak bukan hanya untuk beribadah kepada Allah sang pencipta. Dan ingatlah satu saat nanti kita akan mati. Jadi dapat di katakan bahwa tujuan hidup dan tujuan pendidikan islam adalah tujuan akhid dari hidup yaitu mencari ridho Allah dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

Mengenai hal ini dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa kapatuhan terhadap allah itu adalah yang utama. Karena ada ganjaran disetiap keingkaran yang kita lakukan, bila dalam hidup kita terdapat penyimpangan dan tidak taat pada Allah. Dalam ayat al-Qur‟an yaitu surat al-Naml ayat 40 yang mengatakan:

19

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,


(35)





















































































”Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".( al-Naml: 40)

Selanjutnya ia mengatakan bahwa akan menjadi orang yang memperhambakan segenap rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT untuk menenangkan dirinya dengan arti yang seluas-luasnya yang dapat di capai oleh manusia, itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan didikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin.

Salah satu tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan manusia yang baik, yaitu manusia yang beribadah dan tunduk patuh kepada Allah SWT serta mensucikan dirinya dari dosa dan kesalahan. Menjaga dirinya dan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari, agar tercermin prilaku yang baik dalam masyarakat dan terhindar dari dosa dan fitnah. Dengan melakukan hal-hal tersebut menggambarkan tunduk dan patuhnya terhadap Allah SWT, menjalankan segala perintahnya dan menjauhkan dari segala larangannya.

Menurut Zakiah Drajat ada beberapa tujuan pendidikan Islam, yaitu: 1) Tujuan umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi daan kondisi dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi


(36)

seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.20

2) Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.21

3) Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertenta yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang di kembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.22

4) Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan di capai dengan sejumlah pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah di persiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.23 Dalam tujuan ini peserta didik atau anak didik lebih dituntut untuk memiliki suatu kemampuan dan keterampilan tertentu, sehingga mampu mengenal dirinya dan kemampuannya sendiri.

20

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 30.

21

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 31.

22

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 31-32.

23


(37)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Yayasan Mi‟rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta, yang berada di Jalan Raya Penggilingan Kampung Pisangan I Rt 01 Rw 03 Penggilingan Cakung Jakarta Timur. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 3 bulan, yaitu dari 20 Mei 2011 sampai dengan 30 Juli 2011.

B. Latar Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan. Pertama, Mewawancarai Murid-Murid Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang berada di lembaga pendidikan terdebut. Kedua, Mencari dan mempelajari data-data, dokumen, surat menyurat dan foto-foto yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Ketiga, Melihat dan memantau lokasi secara langsung dan menyesuaikan hasil wawancara, dokumentasi dan pengamatan secara langsung.

C. Metode Penelitian

Sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian, maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk keperluan perumusan landasan teori, penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca, menganalisa buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.


(38)

Oleh karena itu, Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif analisis. Adapun jenis penelitian untuk memperoleh data-data lapangan peneliti menggunakan metode Penelitian lapangan (field research) dalam bentuk metode survei.

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini berbicara mengenai peranan seorang Ulama‟ dalam pendidikan khususnya pendidikan yang bernuansa Islami. Pendidikan Islami yang di maksud dalam penelitian ini adalah pendidikan Islam yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta. Dalam penelitian ini akan berbicara mengenai sejauh mana Ulama‟ tersebut berperan dalam pengembangan pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta.

Pendidikan akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, terlebih Pendidikan Islam yang berorientasi pada pencapaian akhlakul karimah. Pendidikan yang Islami juga dapat memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia dimasa yang akan datang.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu ummat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh ummat dan bangsa tersebut.

E. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini di rangkum secara secara umum dalam beberapa aspek pertanyaan diantaranya:

1. Menerapkan nasihat-nasihat Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

2. Metode pembelajaran Nahdlatul Wathan Jakarta 3. Ciri khas Nahdlatul Wathan Jakarta

4. Kondisi santri atau pelajar di Nahdlatul Wathan Jakarta

5. Tantangan yang di hadapi dalam pengembangan pendidikan Islam 6. Dasar berdirinya Nahdlatul Wathan Jakarta


(39)

8. Perkembangan pendidikan Islam

9. Gagasan-gagasan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

10.Kontribusi nyata Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di Nahdlatul Wathan Jakarta

F. Prosedur Pengumpulan Data dan Perekaman Data

Dalam hal ini, peneliti menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data karena dianggap tepat dalam mengungkapkan dan menguraikan data yang peneliti perlukan. Adapun ketiga teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Wawancara: suatu metode dengan cara tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.1 Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat mengenai peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan perkembangan pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta. Adapun responden yang akan diwawancarai yaitu pengurus yayasan, dewan asatidz, kepala lembaga dan tokoh masyarakat.

2. Studi dokumentasi: mencari referensi-referensi berupa dokumen yang membahas judul terkait. Penulis mempelajari data yang telah didokumentasikan tersebut dalam penelitian diatas. Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan untuk menjelaskan teori-teori atau konsep-konsep yang berkaitan dengan peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan perkembangan pendidikan pada saat itu.

3. Observasi: mengamati langsung mengenai peranan yang diberikan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di Nahhdlatul Wathan Jakarta dalam perkembangan pendidikan Islam baik secara langsung

1


(40)

ataupun tidak langsung. Kemudian dilakukan pencatatan dan pendokumentasian dengan teliti.

G. Analisa Data

Dalam menganalisa data-data yang didapat, peneliti menggunakan beberapa teknik analisa di antaranya data wawancara dan dokumentasi dengan proses sebagai berikut :

a. Klasifikasi: merupakan suatu proses pengelompokan data berdasarkan penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan.2 Proses ini bertujuan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan pendapat yang terkait dengan pembahasan.

b. Kategorisasi: merupakan suatu proses penyusunan data berdasarkan kategori, penggolongan, proses dari hasil pengelompokan unsur bahasa dan bagian pengalaman manusia yang digambarkan ke dalam kategori, cara untuk mengungkapkan makna dengan pelpagai potensi yang ada dalam bahasa.3

c. Interpretasi: merupakan suatu proses penyusunan data melalui cara pemberian pesan, kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap sesuatu atau tafsiran.4 Proses ini bertujuan untuk mengetahui berbagai pendapat atau pandangan mengenai Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam mengembangkan pendidikan Islam.

Dalam hal ini penulis menganalisis data menggunakan metode deskriptif analisis yang tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau tulisan secara sistematis factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki untuk kemudian dikaji lebih mendalam dan lebih luas.

Hali ini penting untuk mengetahui apakah jawaban yang dicatat logis dan sesuai antara satu dan yang lain. Hal ini juga di pandang perlu sebagai relevansi

2

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa..., h. 574

3

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa..., h. 516.

4


(41)

jawaban, contohnya apabila peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, langkah ini untuk mengetahui apakah pewawancara sudah menyusun pertanyaan yang sesuai dengan data yang ingin diperoleh. Keseragaman kesatuan data yang merupakan jawaban responden harus menggunakan satuan ukuran yang seragam, jika tidak maka akan terjadi kesalahan dalam pengolahan data.

H. Pemeriksaan Pengecekan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, kegiatan mengumpulkan data dan kemudian mengolahnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab apabila memperoleh data yang salah atau yang tidak sesuai, maka hasil pengolahannya pun akan salah atau tidak sesuai juga. Demikian pula halnya apabila memperoleh data yang tidak memenuhi persyaratan keabsahan (trustworthiness), maka akibatnya terjadi pengulangan pengumpulan data.

Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang telah dikumpulkan. Apabila peneliti sudah memperoleh data, maka peneliti memeriksakan kebenaran data yang telah diperolehnya itu kepada pihak-pihak lain yang dapat dipercaya. Oleh karena itu keabsahan data perlu diperiksa, di antaranya:

1. Triangulasi hasil wawancara ketua Yayasan dengan melakukan perbandingan, pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil wawancara tersebut dengan mewawancarai asatis mengenai hasil wawancara tersebut. 2. Triangulasi hasil wawancara asatiz dengan melakukan perbandingan,

pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil wawancara tersebut dengan mewawancarai kepala lembaga mengenai hasil wawancara tersebut.

3. Triangulasi hasil wawancara Kepala Lembaga dengan melakukan perbandingan, pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil wawancara tersebut dengan mengkaji dokumen, data dan foto-foto yang di peroleh mengenai hasil wawancara tersebut.


(42)

4. Triangulasi hasil dokumentasi dengan melakukan perbandingan, pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil data tersebut dengan pengamatan langsung mengenai hasil data tersebut.


(43)

30

BAB IV

SEJARAH NAHDLATUL WATHAN JAKARTA

A. Profil Nahddlatul Wathan Jakarta

1. Latar belakang keberadaan

Berawal dari ketertarikan para santri Ma‟had Darul Qur‟an Wal Hadits Madjidiyah al-Syafi‟iyah Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat tentang pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi. Para santri tersebut kemudian bermusyawarah dengan orang tua dan keluarga mereka mengenai restu, biaya dan persiapan-persiapan lainnya. Tampa mempertimbangkan segala resiko yang akan dialami, mereka berusaha mengumpulkan dana dari berbagai sumber. Ada yang menjual tanah milik keluarga, menjual tanah warisan, menggadaikan kebun dan sawah, serta masih banyak lagi usaha-usaha yang mereka lakukan untuk mengumpulkan dana.

Setelah dana terkumpul hari yang ditunggu-tunggupun tiba, dengan diiringi dan di lepas oleh orang tua dan keluarga mereka, 23 santri yang memenuhi kualifikasi tersebut kemudian berangkat dari Bandar udara Selaparang. Duapuluh menit kemudian ternyata pesawat Garuda F 27, mendarat di bandara Ngurah Rai Bali. Disinilah mereka mulai merasakan ada yang tidak beres. Rupanya bukan langsung terbang ke Arab Saudi,


(44)

ternyata hanya sampai di Ngurah Rai Bali. Semalam di Bali kemudian berangkat dengan bus malam keesokan harinya tanpa tujuan yang pasti. Dua hari di perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah terminal bus Pulo Gadung. Mereka terheran-heran dan bertanya-tanya, “mengapa kita di turunkan disini?”. Selanjutnya merekan di giring menuju tempat penampungan, rombongan yang sudah mulai lelah dalam perjalanan diberitahukan bahwa sekarang mereka berada di Jakarta.

Di rumah penampungan itu mereka menunggu, sampai akhirnya pada minggu ketiga awal tahun 1980, kondisi persediaan keuangan mulai menipis. Tetapi belum ada kepastian keberangkatan ke Tanah Suci. Sambil menunggu ke 23 rombongan tersebut di anjurkan untuk mengikuti berbagai pendidikan nonformal, seperti kursus stir mobil, bahasa inggris, mengetik dan lain sebagainya. Dana kursusnya di tanggung oleh mereka masing-masing.

Minggu berikutnya mereka mengalami permasalahan yang sangat berat, biaya hidup telah habis ketika mereka diusir dari penampungan. Mereka baru sadar bahwa penampungan yang dimaksudkan tadi adalah sebuah kontrakan. Merekapun kemudian meminta pertanggung jawaban kepada penanggung jawab. Akhirnya mereka dipindahkan ke Simpang Tiga di Penggilingan untuk menempati kontrakan yang baru.

Kondisi kontrakan tersebut sangat memprikatinkan bahkan lebih kumuh dari sebelumnya, suasana ini membuat mereka tidak betah. Dengan kondisi seperti ini merekapun akhirnya lebih banyak menghabiskan waktunya di mushalla untuk beribadah dan mengaji. Melihat kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan di mushalla menimbulkan ketertarikan pemimpin mushalla. Merekapun kemudian diajak untuk bersama-sama mengajar mengaji. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya perwakilan Nahdlatul Wathan di Jakarta.

Allah telah menentukan, apapun yang mengawalinya, baik itu kepiluan maupun suatu yang memalukan, tetapi nyata sudah hikmah yang tak


(1)

SAMBUTAN KETUA UMUM PBNW/ KETUA YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DARUL MUHAJIRIN NW MATARAM PADA

WISUDA UNIVERSITAS NW MATARAM Sabru, 31 Desember 2011

Bissmillahi Wabihamdihi Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yth. Koordinator Kopertis Wilayah VIII Dempasar Beserta Rombongan Yth. Pimpinan PTN, PTS se-Nussan Tenggara Barat

Yth. Kepala Dinas DIKPORA Propinsi Nusa Tenggara Barat

Yth. Kepala kanwil Kementrian Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat Yth. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat

Yth. Direktur Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat Yth. Rekan-Rekan Pengurus Organisasi NW

YTH. Rekan-Rekan Pengurus Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darul Mujahidin NW Mataram

Yth. Senat Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Yang Berbagagia Sivitas Akademika Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Wisudawan/ Wisudawati Beserta Keluarga.

Hadirin hadirat tamu undangan yang kami hormati Puji serta syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT atas limpahan taufiq, hidayah, inayah, dan ridhha-Nya sehingga pada hari ini kita semua dapat mengikuti rapat senat terbuka Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dalam acara wisuda. Mudah-mudahan kehadiran kita ini tercatat disisi Allah SWT sebagai amal ibadah yang mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda, serta semoga do’a Ayahanda Al -Magfurullah maulana Syeikh TGKH. Muhammad zainuddin Abdul Majid yang mendo’akan kita pada setiap awal pengajian beliau agar masuk surge bigairi hisab dikabulkan oleh Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.

Shalawwat serta salam mudah-mudahan terus tercurahkan ke haribaan junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, berikut keluarga, sahabat dan pengikut Beliau ila yaumiddin.

Hadirin Hadirat tamu undangan yang kami hormati Universitas Nahdlatul wathan Mataram sejak didirikan pada tahun 1987 terus berusaha memantapkan


(2)

diri berkiprah di tengah-tengah masyarakat Nusa tenggara barat dalam rangka ikut serta mengambil bagian dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berilmu, beramal dan bermoral tinggi berdasarkan nilai-nilai agama yang dianut. Setiap tahun Universitas Nahdlatul wathan mataram terus dapat mempublikasikan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat dengan melakukan wisuda. Wisuda merupakan salah satu indicator keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tinggi dalam menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi Alhamdulillah, Universitas Nahdlatul Wathan Mataram telah berhasil mewujudkan itu. Tentunya berkat dukungan dari semua pihak, pemerintah daerah, kopertis Wilayah VIII Dempasar, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, dan pihak-pihak lain. Untuk itu, disampaikan ucapan terimakasih dan Jazakumullahu khairan katsira.

Hadirin Yang Kami Hormati

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dalam wisuda kali ini dalam suasana yang berbeda. Di mana pada akhir tahun 2011 ini, Universitas Nahdlatul wathan mataram telah melangsungkan suksesi kepemimpinan pada tingkat Universitas. Senat Universitas nahdlatul wathan Mataram telah menyelenggarakan pemilihan Rektor dan hasilnya sudah dilantik oleh Pengurus Besar Nahdlatul Wathan pada tanggal 19 Desember 2011. Satu hal yang harus dihayati oleh seluruh jajaran pengelola Universitas Nahdlatul Wathan Mataram adalah TOP LEADER lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan haruslah orang yang memahami arah perjuangan Nahdlatul Wathan, orang yang tidak diragukan heriditas, keilmuan, dan loyalitasnya pada Organisasi Nahdlatul Wathan. Lebih-lebih lagi Universitas Nahdlatul Wathan Mataram yang sampai saat ini satu-satunya perguruan tinggi Nahdlatul Wathan yang berbentuk Universitas. Oleh karena itu, haruslah mengambil peran yang besar dalam mewujudkan tujuan-tujuan organisasi Nahdlatul Wathan dengan berlandaskan pada kajian-kajian berbagai disiplin keilmuan yang ada pada Universitas Nahdlatul Wathan. Universitas Nahdlatul Wathan supaya terus berbenah meningkatkan kuantitas dan kualitas pelaksanaan tridarma perguruan tinggi secara seimbang dan kontinyu. Jangan hanya berkutat pada kegiatan pembelajaran, tapi kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat juga harus mendapat prioritas. Banyak hal dalam


(3)

organisasi Nahdlatul Wathan yang dapat dijadikan sebagai obyek kajian dan penelitian. Jama’ah Nahdlatul Wathan dan masyarakat menunggu kehadiran dan kontribusi Universitas Nahdlatul Wathan ditengah-tengah mereka. Dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas tridarma perguruan tinggi, diharapkan Universitas Nahdlatul Wathan bisa sejajar dengan Universitas-Universitas yang sudah maju di kota Mataram bahkan kita harapkan dapat lebih unggul.

Hadirin Yang Kamii Hormati

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram harus terus mencermati seluruh aturan yang ada, aturan pemerintah ataupun aturan yang dibuat oleh yayasan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat sebagai implementasi dari tridarma perguruan tinggi. Universitas Nahdlatul Wathan harus terus berupaya meningkatkan kualitas SDM dosen dengan mengikut sertakan mereka pada program pascasarjana, supaya tidak treliminasi pada tahun 2014. Karena kita ketahui bahwa sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pada tahun 2014 seluruh dosen harus berpendidikan S.2. Namun demikian, dosen-dosen yang akan dikuliahkan harus mereka yang faham, mengerti, dan menghayati nilai-nilai perjuangan Nahdlatul Wathan. Sayya yakin masih banyak kader-kader Nahdlatul Wathan yang memenuhi kriteria ini. Disamping memperhatikan jenjang pendidikan dosen, Universitas Nahdlatul Wathan juga harus memperhatikan jabatan fungsional dosen karena status sebagai dosen ditentukan dengan jabatan fungsional yang disandang. Sekalipun mereka sudah menjadi dosen tetapi mereka belum mempunyai jabatan fungsional maka yang bersangkutan belum sah sebagai tenaga pengajar. Universitas Nahdlatul Wathan tidak boleh bangga dengan jabatan fungsional dosen luar biasa. Karena hal ini tidak terlalu membantu dalam proses akrediitasi. Bila Universitas Nahdlatul Wathan mengabaikan hal ini, maka status akreditasi dengan nilai yang diharapkan oleh umat akan sulit kita dapatkan. Selain itu, Universitas Nahdlatul Wathan harus mengimplementasikan menejemen modern dalam pengelolaan dengan berpijak pada statute. Aturan yayasan dan organisasi serta aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam pengelolaan perguruan tinggi. Setiap komponen harus berjalan sesuai dengan


(4)

tugas dan fungsinya, supaya semua pekerjaan terbagi habis dan dapat diselesaikan dengan sepat dan tepat Universitasn Nahdlatul Wathan juga harus terus membuka diri untuk membina kerjasama dengan berbagai pihak yang saling menguntungakan, sekaligus menumbuh kembangkan kerjasama yang sehat diantara para mitra Universitas Nahdlatul Wathan harus terus mencermati kebutuhan riil masyarakat dan menjawabnya dengan mengembangkan program study program study yang berdaya saing. Oleh karena itu, setiap program harus terus kita evaluasi agar kualitas dapat terus kita hadirkan.

Hadirin Yang Kami Hormati, Para Wisudawan dan Keluarga yang Berbahagia Hari ini saudara wisudawan wisudawati oleh Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dan diserahkan kembali kepada orang tua dan masyarakat karena masa belajar saudara secara formal di Universitas Nahdlatul Wathan Mataram telah selesai. Untuk itu atas nama pengurus besar Nahdlatul Wathan dan Pengurus Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darul Mujahidin Nahdlatul Wathan Mataram saya menyampaikan ucapan selamat dan sukses. Tetapi janganlah saudara-saudara merasa puas dengan apa yang telah saudara raih selama ini. Hal ni tidak banyak memberikan arti bila saudara tidak terus belajar dan mengembangkan diri, lebih-lebih pada era globalisasi dan demokratisasi sekarang ini. Untuk itu teruslah belajar, baik dari buku-buku teks maupun dari dinamika masyarakat yang ada ditengah-tengah saudara. Lanjutkan program belajar formal saudara-saudara dengan mengikuti program strata yang lebih tinggi.

Ayahanda Almagfurullah Maulana Syeikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam wasiat beliau berkata:

Baru saja mendapat ijazah Menyangka diri sudah ‘allamah Tidak menghirau guru dan ayah Mencabik mudah menjahit susah Tuntutlah ilmu sepuas-puas

Dari yang rendah sampai Fakultas Jangan sekali lengah dan malas Menjemur sementara hari panas


(5)

Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin Sampai mendapat gelar muflihin Gelar dunia perlu dijalin

Dengan ajaran Rabbul ‘Alamin Jaga baiklah gelar ananda

Gar ananda jangan ternoda

Pergunakan teguh selama-lamanya Untuk Agama untuk Negara

Disamping itu, sebagai kader-kader Nahdlatul Wathan, dan kader pembangunan bangsa, jadilah kader-kader bermoral dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Jadikanlah ilmu saudara-saudara sebagai garam, dan akhlak saudara sebagai tepungnya. Dan disamping itu juga, banyaklah bersyukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dan berterimakasihlah kepada orang tua, keluarga dan guru serta dosen saudara karena keberhasila saudarra dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Nahdlatul Wathan Mataram juga berkat jasa mereka. Firman Allah SWT ………... InsyaAllah … ilmu yang saudara miliki, akan bertambah dan bermanfaat serta barokah, dan banyak jalan akan terbuka.

Setiap santri atau mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di lembaga pendidikan nahdlatul wathan, maka akan tercatat sebagai abituren NW, seorang abituren harus selalu yakin, ikhlas, dan istiqomah dalam mengamalkan nilai-nilai perjuangan Nahdlatul Wathan, selalu ikut serta dan mendukung kegiatan-kegiatan Organisasi NW serta beramal jariyah pada setiap pembangunan lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul wathan dan amal usaha Nahdlatul Wathan. Begitu juga bagi saudara saudari wisudawan wisudawati yang bukan warga NW yang non muslim akan tercatat sebagai alimni Universitas NW Mataram, sebagai tanda syukur dan terimakasih saudara saudari terhadap almamater saudara, maka kami harap dukungan saudara saudari secara langsung maupun tidak langsung di setiap kegiatan-kegiatan organisasi Nahdlatul wathan.


(6)

Kepada pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait, kami titipkan para alumni Universitas Nahdlatul Wathan Mataram yang diwisuda hari ini untuk dimanfaatkan sesuai dengan keahliannya.

Harus diakui bahwa perkembangan dan peningkatan sumberdaya manusia dan kemajuan pembangunan daerah NTB pada khususnya tidak lain adalah dukungan serta andil dari Nahdlatul Wathan. Dalam program-program pemerintah seperti pada bidang pendidikan, Organisasi Nahdlatul Wathan telah mendirikan ratusan lembaga-lembaga pendidikan tersebar di seluruh NTB bahkan diseluruh Nusantara.

Sebagaimana wasiat Ayahanda Almagfurullah Maulana Syeikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid:

Pelita NTB bertambah terangnya Karena NW lahir padanya Berpartisipasi dengan megahnya Membela Agama, Nusa dan Bangsa Buka madrasah desa dan dasan

Agar tersebar ajaran Tuhan Ikatan pelajar, PG aktifkan

HIMMAH pemuda terus tonjolkan

Demikian yang dapat kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan tridarma perguruan tinggi di Universitas Nahdlatul Wathan mataram disampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi serta Jazakumullahu khairan katsira. Kepada civitas akademika Universitas Nahdlatul Wathan disampaikan ucapan selamat, mudah-mudahan acara ini terus bisa terulang pada tahun-tahun mendatang dengan kuantitas yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik, amien. Terima kasih.

Wallahul Muaffiqu Walhadi Ila Sabilirrasyad Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb

Ketua Umum,