Pemantauan Toksikologi Logam Berat BB Vet Jogjakarta
HASIL UJI RESIDU LOGAM BERAT,
FORMALIN DAN ZAT WARNA MAKANAN
PADA PRODUK BAHAN PANGAN
ASAL HEWAN
BALAI BESAR VETERINER WATES
YOGYAKARTA
2008
DASAR KEGIATAN PMSR
DI BB VET WATES YK
1.
2.
3.
Tugas dan fungsi BB Vet
SK Mentan No. 629/Kpts/OT.140/12/2003
tanggal 30 Desember 2003 tentang
kewenangan BB Vet Wates sebagai pelaksana
pengujian dan sertifikasi produk asal hewan
(food borne disease dan zoonosis)
SNI No : 01-6366-2000 tentang Batas
Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas
Maksimum Residu Antibiotika dalam Bahan
Makanan Asal Hewan
PENDAHULUAN
1.
Perubahan lingkungan yang sangat cepat pertumbuhan
penduduk
explorasi sumberdaya alam berlebihan
2.
Industrialisasi di segala bidang
terciptanya mesin-mesin produksi
pengolahan limbah yang kurang memadai
3.
Tuntutan pasar produk pangan sehat terbebas dari
cemaran kimia .
4.
Kasus penyakit akibat gangguan keseimbangan mineral
dalam tubuh.
5.
Perkembangan teknologi yang harus diikuti.
MAKSUD DAN TUJUAN
1.
Bentuk tanggung jawab pemerintah dalam
menjamin kualitas produk pangan dan bahan
pangan asal hewan yang beredar di masyarakat.
2.
Mewujudkan jaminan mutu dari bahan pangan
asal hewan sehingga produk bahan pangan asal
hewan dapat diterima oleh seluruh lapisan
masyarakat
3.
Mendukung perkembangan agribisnis dan agroindustri
dengan memberi perlindungan terhadap produkproduk pertanian sehingga mempunyai daya saing di
pasar global.
A. PENGUJIAN LOGAM BERAT
APLIKASI AAS
1.
ANALISA CEMARAN LINGKUNGAN (DARAT, LAUT DAN
UDARA)
2.
UJI KUALITAS AIR UJI MINERAL (PP No: 32 TH 2001
TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
3.
KUALITAS PERTANIAN DAN BAHAN PANGAN ASAL HEWAN
(SNI SUSU No: 01-3141-1998
4.
EVALUASI TINGKAT KESUBURAN TANAH
5.
DIAGNOSA PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN
KESEIMBANGAN DAN DEFISIENSI MINERAL.
KEMAMPUAN UJI AAS
NO
JENIS LOGAM BERAT
SISTEM OPERASIONAL
RANGE STANDAR
1
Fe, Na, Cu
Flame
0,25-8 ppm
2
B (Boron)
Flame
0,5-4 ppm
3
Arsen (As)
Flame + MHS
2,5-20 ppb
4
Selenium (Se)
Flame + MHS
25-200 ppb
5
Merkuri (Hg)
MHS
5-40 ppb
6
Chrom (Cr)
Flame
0,25-6 ppm
7
Timah hitam (Pb)
Flame
0,5-4 ppm
8
Calcium (Ca)
Flame
0,5-8 ppm
HASIL PENGUJIAN LOGAM BERAT PADA
BERBAGAI SAMPEL
No
JENIS
SAMPEL
JUMLAH
CONTOH
POSITIP
(%)
KONSENTRASI
LOD
1.
Pb
SUSU
116
6 (5,1 %)
0,62- 2,57 ppm
6,5 ppb
2
Hg
SUSU
116
28 (24,1 %)
0,1 - 3,45 ppb
1,384 ppb
SUSU
29
3 (10,3 %)
0,7 – 3,941ppb
0,258 ppb
TANAMAN
23
23 (100 %)
0,8 – 8,5 ppm
19,88 ppb
LIMBAH
24
24 (100 %) 0,12 - 90,3 ppm
SUSU
58
3
4
As
Cr
1 (1,7 %)
0,54 ppm
HASIL PENGUJIAN LOGAM BERAT PADA
SAMPEL DARAH SAPI
N0
KODE
SAMPEL
KONSENTRASI
Cu
(ppm)
Pb
(ppm)
Hg
(ppb)
As
(ppb)
1
SPL-1
2,11
1,22
ND
ND
2
SPL-2
2,21
1,39
ND
0,248
3
SPL-3
1,87
0,077
ND
0,252
4
SPL-4
1,7
1,91
ND
ND
5
SPL-5
1,65
1,2
ND
ND
6
SPL-6
1,78
1,76
ND
0,904
7
SPL-7
1,43
2,23
ND
ND
8
SPL-8
1,73
2,19
ND
ND
9
SPL-9
1,59
2,74
ND
ND
PENGUJIAN RESIDU PADA KULIT
No
Asal sampel
Jenis
1
Kab. Kebumen
Kulit basah
(import)
2
Direktorat
Kesmavet Jakarta
3
Kab. Bantul
1
Klt basah
Klt kering
Kikil
Krecek
1
1
2
6
Kulit keting
(Thailand & China)
6
a.
c.
d.
Kab. Boyolali
1
Kulit kering
b.
4
Jumlah
SAMPEL 1 DAN 2
Keterangan :
Sampel 1 : kulit mentah, basah, import ( eg. Dari Kebumen)
Sampel 2 : kikil (hasil olahan sampel 1)
SAMPEL 3 DAN 4
Keterangan :
sampel 3 : kulit kering
sampel 4 : kikil (hasil olahan sampel 3)
Sampel 5 dan 6
Keterangan:
Sampel 5 : Krecek makan mentah
Sampel 6 : Krecek makan setengah masak
SAMPEL 7 DAN 8
Keterangan :
sampel 7 : krecek sayur setengah masak ( Kulit kerbau )
sampel 8 : krecek sayur masak
Sampel 9
Keterangan:
Sampel 9 : Krecek makan masak
Kulit kering asal Thailand
Kulit Kering dari China
METODE PENGUJIAN
Metode pengujian logam berat.
Prinsip: Sampel didestruksi dengan multiwave
kemudian diperiksa dengan AAS. Recovery uji
diperoleh + 100 %
METODE UJI LOGAM BERAT
SAMPEL 0,5 GRAM
VESSEL
+ 8 ml HNO3 + 1 ml HCl
MICROWAVE
ENCERKAN SAMPEL
A A S
HASIL PENGUJIAN
SAMPEL KULIT BASAH (dari Disnak Kebumen )
Formalin
: 78 ppm
Residu antibiotik
: Negatif
Cemaran Mikroba : Positif Enterobacter sp
Cairan Perhidrol : 0,076%
KULIT KERING (dari Direktorat Kesmsvet )
Formalin
: 10 ppm
Zat Warna
: Negatif
Logam Berat : Hg : tidak terdeteksi
As : 0,17 ppb
Cr : tidak terdeteksi
Pb : 1,2 ppm
HASIL PENGUJIAN
Tabel 2. Hasil Uji Logam berat
No
Jenis Sampel
Hasil Uji (ppm)
Chrom
Lead/Pb
1
KULIT BASAH
(import)
ND
15,39
2
KIKIL
ND
0,27
3
KULIT SAMAK
KERING
ND
ND
4
KIKIL SAYUR
ND
0,19
5
KRECEK MAKAN
MENTAH
ND
ND
LANJUTAN
No
Jenis Sampel
Hasil Uji (ppm)
Chrom
Lead/Pb
6
KRECEK MAKAN
SETENGAH MASAK
ND
ND
7
KRECEK SAYUR
SETENGAH MASAK
ND
7,79
8
KRECEK SAYUR
MASAK
ND
0,64
9
KRECEK MAKAN
MASAK
ND
ND
10
KULIT BASAH 2
(import)
ND
0,64
Logam berat
Pengujian logam berat pada sampel kulit ditemukan arsen dan
timah, sedangkan khrom dan merkuri tidak terdeteksi.
ARSEN
Arsen terdistribusi dalam tanah, di peternakan digunakan
sebagai pemacu pertumbuhan terutama pada babi dan unggas
serta anticestoda pada domba ( Martin & Barrier, 1976). Arsen
dalam konsentrasi yang rendah dapat bersifat essensial
(nelsen et al, 1975) tetapi hewan dan manusia dapat keracunan
karena akumulasi yang tinggi dalam hati, ginjal dan rambut
( Selby et al, 1974). Dilaporkan dalam daging sapi di Inggris
terkandung As 0,01 ppm sedangkan batas maksimum yang
ditetapkan oleh FDA adalah 0,5 ppm. Hasil pengujian satu
sampel terdeteksi As 0,17 ppb.
Merkuri
Di alam merkuri terdistribusi secara luas dalam
bentuk alkil, alkilsiaril dan arilmerkuri. Hg dapat
masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan,
pernafasan dan kulit. Konsentrasi merkuri dalam
tubuh sangat dipengaruhi oleh sifat kimiawi dan
jalur masuknya merkuri ke dalam tubuh. (Friberg
& Fotsal, 1970). Merkuri terakumulasi dalam
tubuh sebelum menjadi toksik. Hati sapi normal
dilaporkan dapatmengandung merkuri dengan
konsentrasi 0,01 ppm.
Timah (Pb)
Pb merupakan logam beracun utama pada sapi (Hatch &
Funnel,1969) terdistribusi secara luas dan konsentrasi di
lingkungan semakin tinggi dengan meningkatnya konsumsi
BBM. Di alam dapat berupa Pb-sulfida, Pb-Phosphat, PbKhromat dan Pb-arsenat. (Bailer et al, 1965). Semua bentuk Pb
tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam pencernaan
sehingga mudah terserap dan terakumulasi dalam tubuh, pada
konsumsi yang tinggi Pb akan dideposit dalam hati, ginjal,
tulang dan rambut, bila konsumsi sedang akan diekskresikan
(Dirius et al, 1973). Dalam air susu normal dapat ditemukan Pb
konsentrasi 0,02 – 0,04 ppm, dalam hati yang sehat dapat
ditemukan Pb konsentrasi 0,2 – 2 ppm. Dari 11 sampel yang
diperiksa ditemukan 7 sampel (63 %) positip Pb dengan
konsentrasi yang bervariasi. Cemaran Pb dalam kulit dapat
berasal dari deposit pada hewan semasa hidup maupun
kontaminasi setelah hewan dipotong
Chrom
Chrom banyak terdapat di alam, pada
konsentrasi yang kecil dibutuhkan oleh tubuh,
pada konsentrasi yang tinggi bersifat toksik.
Chrom banyak digunakan pada industri
penyamakan kulit. Pengolahan limbah yang
kurang baik menyebabkan tingginya chrom
terpapar di lingkungan.
Hasil pengujian crom di dalam sampel kulit
menunjukkan semua sampel negatip chrom.
PENGUJIAN FORMALIN
Metode pengujian Formalin.
Prinsip: Sampel didestruksi dalam
suasana asam kemudian didestilasi,
destilat ditampung direaksikan dengan
reaktor warna Nash kemudian diperiksa
dengan spektofotometer.
Dapat digunakan untuk analisa kuantitatif
formalin dalam tahu, bakso, bakmi dll.
METODE UJI FORMALIN
SAMPEL 10-20 GRAM (LABU KJEDAHL)
+ 150 ml AQUADEST
+ 2,5 ml ASAM PHOSPHAT (DESTILASI)
TAMPUNG DESTILAT SAMPAI 100 ml
4 ml DESTILAT + PEREAKSI NASH
SPEKTROFOTOMETER P. GELOMBANG 415 nm
HASIL PENGUJIAN FORMALIN DALAM
KULIT
Tabel 1. Hasil Uji Formalin
No
Jenis Sampel
Hasil Uji
Konsentrasi (
ppm )
1
KULIT BASAH
(import)
POSITIF
52,5
2
KIKIL
POSITIF
17,709
3
KULIT SAMAK
KERING
POSITIF
24,48
4
KIKIL SAYUR
POSITIF
30,99
5
KRECEK MAKAN
MENTAH
POSITIF
3,937
LANJUTAN
No
JENIS SAMPEL
HASIL UJI
KONSENTRASI
( ppm )
6
KRECEK MAKAN
SETENGAH MASAK
POSITIP
3.314
7
KRECEK SAYUR
SETENGAH MASAK
POSITIP
0.606
8
KRECEK SAYUR MASAK
NEGATIF
0
9
KRECEK MAKAN MASAK
NEGATIF
0
10
KULIT BASAH 2
(import)
POSITIP
54.07
11
KRECEK SETENGAH JADI
POSITIP
10
No
JENIS SAMPEL
HASIL UJI
KONSENTRASI
( ppm )
1
KULIT MENTAH ASAL
CHINA ( WALIDI )
POSITIF
0.52
2
KRUPUKKULIT MENTAH
( WALIDI )
POSITIF
0.92
3
KULIT MENTAH
ASALTHAILAND
(WALIDI)
POSITIF
0.64
4
KULIT MENTAH BASAH
(SITI ROMLAH )
POSITIF
0.84
5
KULIT MENTAH KERING
POSITIF
0.35
6
KULIT MENTAH ASAL
CHINA ( ST ROMLAH )
POSITIF
0.81
LANJUTAN
No
JENIS SAMPEL
HASIL UJI
KONSENTRASI
( ppm )
7
KULIT MENTAH ASAL
THAILAND ( ST
ROMLAH )
POSITIF
0.97
8
KULIT MENTAH
UNGARAN
POSITIF
0.65
9
KRUPUK MASAK
POSITIF
0.48
11
KULIT MENTAH
BANTUL
POSITIF
0.368
12
KULIT MENTAH
BANTUL
POSITIF
0.389
13
TAHU ASAL WATES
POSITIF
76.33
PEMBAHASAN
FORMALDEHID
Formaldehid berfungsi murni sebagai pereaksi,
mengandung + 38,5 % HCHO; berat molokul
30,03, merupakan cairan tidak berwarna, uap
dapat mengeluarkan air mata (Anonim, 1995).
Formalin bereaksi dengan H2O2 membentuk
asam formiat yang tidak toksik
CH==O + H2O2 CH==O
H
OH
FORMALIN
Formaldehid ditengarai banyak digunakan sebagai
bahan pengawet karena murah dan mudah didapat.
Dipakai untuk bahan baku industri tetapi banyak
dilaporkan sebagai pengawet bahan makanan .
Dari 12 sampel kulit yang diperiksa 10 diantaranya (
83 %) positip formalin. Dua sampel yang negatip uji
adalah sampel krecek sayur dan makan yang telah
digoreng masak
mungkin disebabkan telah mengalami degradasi
akibat pemanasan tinggi
PENGUJIAN ZAT WARNA
Zat warna banyak digunakan terutama
pada bahan makanan olahan, meskipun
demikian di daerah tertentu zat warna
digunakan pada daging ayam segar,
Hasil pengujian satu sampel kulit kering
tidak ditemukan zat warna.
Zat warna ( Kasumba )
PEMBAHASAN
Aspek dasar dalam pengawasan peredaran kulit
adalah legalitas masuknya komoditas tersebut ke
Indonesia, terkait:
Ketentuan pemasukan daging ruminansia dari
luar negeri.
Ketentuan pemasukan bahan baku industri dari
luar negeri
Pengaruh masuknya bahan asal hewan bagi
keamanan dalam negeri, dsb.
KESIMPULAN
1. Perlunya meningkatkan pengawasan
terhadap masuknya produk peternakan dari
negara lain baik sebagai bahan baku industri
maupun sebagai bahan pangan.
2. Perlunya meningkatkan pengujian bidang
kimiawi terhadap produk peternakan untuk
mendukung terwujudnya produk pangan yang
ASUH.
Pustaka
1.
Anonim, 1995 Farmakope Indonesia,
Edisi IV Departemen
Kesehatan, Jakarta.
2. Parakasi, 1999, Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak, UI Press
Jakarta.
FORMALIN DAN ZAT WARNA MAKANAN
PADA PRODUK BAHAN PANGAN
ASAL HEWAN
BALAI BESAR VETERINER WATES
YOGYAKARTA
2008
DASAR KEGIATAN PMSR
DI BB VET WATES YK
1.
2.
3.
Tugas dan fungsi BB Vet
SK Mentan No. 629/Kpts/OT.140/12/2003
tanggal 30 Desember 2003 tentang
kewenangan BB Vet Wates sebagai pelaksana
pengujian dan sertifikasi produk asal hewan
(food borne disease dan zoonosis)
SNI No : 01-6366-2000 tentang Batas
Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas
Maksimum Residu Antibiotika dalam Bahan
Makanan Asal Hewan
PENDAHULUAN
1.
Perubahan lingkungan yang sangat cepat pertumbuhan
penduduk
explorasi sumberdaya alam berlebihan
2.
Industrialisasi di segala bidang
terciptanya mesin-mesin produksi
pengolahan limbah yang kurang memadai
3.
Tuntutan pasar produk pangan sehat terbebas dari
cemaran kimia .
4.
Kasus penyakit akibat gangguan keseimbangan mineral
dalam tubuh.
5.
Perkembangan teknologi yang harus diikuti.
MAKSUD DAN TUJUAN
1.
Bentuk tanggung jawab pemerintah dalam
menjamin kualitas produk pangan dan bahan
pangan asal hewan yang beredar di masyarakat.
2.
Mewujudkan jaminan mutu dari bahan pangan
asal hewan sehingga produk bahan pangan asal
hewan dapat diterima oleh seluruh lapisan
masyarakat
3.
Mendukung perkembangan agribisnis dan agroindustri
dengan memberi perlindungan terhadap produkproduk pertanian sehingga mempunyai daya saing di
pasar global.
A. PENGUJIAN LOGAM BERAT
APLIKASI AAS
1.
ANALISA CEMARAN LINGKUNGAN (DARAT, LAUT DAN
UDARA)
2.
UJI KUALITAS AIR UJI MINERAL (PP No: 32 TH 2001
TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
3.
KUALITAS PERTANIAN DAN BAHAN PANGAN ASAL HEWAN
(SNI SUSU No: 01-3141-1998
4.
EVALUASI TINGKAT KESUBURAN TANAH
5.
DIAGNOSA PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN
KESEIMBANGAN DAN DEFISIENSI MINERAL.
KEMAMPUAN UJI AAS
NO
JENIS LOGAM BERAT
SISTEM OPERASIONAL
RANGE STANDAR
1
Fe, Na, Cu
Flame
0,25-8 ppm
2
B (Boron)
Flame
0,5-4 ppm
3
Arsen (As)
Flame + MHS
2,5-20 ppb
4
Selenium (Se)
Flame + MHS
25-200 ppb
5
Merkuri (Hg)
MHS
5-40 ppb
6
Chrom (Cr)
Flame
0,25-6 ppm
7
Timah hitam (Pb)
Flame
0,5-4 ppm
8
Calcium (Ca)
Flame
0,5-8 ppm
HASIL PENGUJIAN LOGAM BERAT PADA
BERBAGAI SAMPEL
No
JENIS
SAMPEL
JUMLAH
CONTOH
POSITIP
(%)
KONSENTRASI
LOD
1.
Pb
SUSU
116
6 (5,1 %)
0,62- 2,57 ppm
6,5 ppb
2
Hg
SUSU
116
28 (24,1 %)
0,1 - 3,45 ppb
1,384 ppb
SUSU
29
3 (10,3 %)
0,7 – 3,941ppb
0,258 ppb
TANAMAN
23
23 (100 %)
0,8 – 8,5 ppm
19,88 ppb
LIMBAH
24
24 (100 %) 0,12 - 90,3 ppm
SUSU
58
3
4
As
Cr
1 (1,7 %)
0,54 ppm
HASIL PENGUJIAN LOGAM BERAT PADA
SAMPEL DARAH SAPI
N0
KODE
SAMPEL
KONSENTRASI
Cu
(ppm)
Pb
(ppm)
Hg
(ppb)
As
(ppb)
1
SPL-1
2,11
1,22
ND
ND
2
SPL-2
2,21
1,39
ND
0,248
3
SPL-3
1,87
0,077
ND
0,252
4
SPL-4
1,7
1,91
ND
ND
5
SPL-5
1,65
1,2
ND
ND
6
SPL-6
1,78
1,76
ND
0,904
7
SPL-7
1,43
2,23
ND
ND
8
SPL-8
1,73
2,19
ND
ND
9
SPL-9
1,59
2,74
ND
ND
PENGUJIAN RESIDU PADA KULIT
No
Asal sampel
Jenis
1
Kab. Kebumen
Kulit basah
(import)
2
Direktorat
Kesmavet Jakarta
3
Kab. Bantul
1
Klt basah
Klt kering
Kikil
Krecek
1
1
2
6
Kulit keting
(Thailand & China)
6
a.
c.
d.
Kab. Boyolali
1
Kulit kering
b.
4
Jumlah
SAMPEL 1 DAN 2
Keterangan :
Sampel 1 : kulit mentah, basah, import ( eg. Dari Kebumen)
Sampel 2 : kikil (hasil olahan sampel 1)
SAMPEL 3 DAN 4
Keterangan :
sampel 3 : kulit kering
sampel 4 : kikil (hasil olahan sampel 3)
Sampel 5 dan 6
Keterangan:
Sampel 5 : Krecek makan mentah
Sampel 6 : Krecek makan setengah masak
SAMPEL 7 DAN 8
Keterangan :
sampel 7 : krecek sayur setengah masak ( Kulit kerbau )
sampel 8 : krecek sayur masak
Sampel 9
Keterangan:
Sampel 9 : Krecek makan masak
Kulit kering asal Thailand
Kulit Kering dari China
METODE PENGUJIAN
Metode pengujian logam berat.
Prinsip: Sampel didestruksi dengan multiwave
kemudian diperiksa dengan AAS. Recovery uji
diperoleh + 100 %
METODE UJI LOGAM BERAT
SAMPEL 0,5 GRAM
VESSEL
+ 8 ml HNO3 + 1 ml HCl
MICROWAVE
ENCERKAN SAMPEL
A A S
HASIL PENGUJIAN
SAMPEL KULIT BASAH (dari Disnak Kebumen )
Formalin
: 78 ppm
Residu antibiotik
: Negatif
Cemaran Mikroba : Positif Enterobacter sp
Cairan Perhidrol : 0,076%
KULIT KERING (dari Direktorat Kesmsvet )
Formalin
: 10 ppm
Zat Warna
: Negatif
Logam Berat : Hg : tidak terdeteksi
As : 0,17 ppb
Cr : tidak terdeteksi
Pb : 1,2 ppm
HASIL PENGUJIAN
Tabel 2. Hasil Uji Logam berat
No
Jenis Sampel
Hasil Uji (ppm)
Chrom
Lead/Pb
1
KULIT BASAH
(import)
ND
15,39
2
KIKIL
ND
0,27
3
KULIT SAMAK
KERING
ND
ND
4
KIKIL SAYUR
ND
0,19
5
KRECEK MAKAN
MENTAH
ND
ND
LANJUTAN
No
Jenis Sampel
Hasil Uji (ppm)
Chrom
Lead/Pb
6
KRECEK MAKAN
SETENGAH MASAK
ND
ND
7
KRECEK SAYUR
SETENGAH MASAK
ND
7,79
8
KRECEK SAYUR
MASAK
ND
0,64
9
KRECEK MAKAN
MASAK
ND
ND
10
KULIT BASAH 2
(import)
ND
0,64
Logam berat
Pengujian logam berat pada sampel kulit ditemukan arsen dan
timah, sedangkan khrom dan merkuri tidak terdeteksi.
ARSEN
Arsen terdistribusi dalam tanah, di peternakan digunakan
sebagai pemacu pertumbuhan terutama pada babi dan unggas
serta anticestoda pada domba ( Martin & Barrier, 1976). Arsen
dalam konsentrasi yang rendah dapat bersifat essensial
(nelsen et al, 1975) tetapi hewan dan manusia dapat keracunan
karena akumulasi yang tinggi dalam hati, ginjal dan rambut
( Selby et al, 1974). Dilaporkan dalam daging sapi di Inggris
terkandung As 0,01 ppm sedangkan batas maksimum yang
ditetapkan oleh FDA adalah 0,5 ppm. Hasil pengujian satu
sampel terdeteksi As 0,17 ppb.
Merkuri
Di alam merkuri terdistribusi secara luas dalam
bentuk alkil, alkilsiaril dan arilmerkuri. Hg dapat
masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan,
pernafasan dan kulit. Konsentrasi merkuri dalam
tubuh sangat dipengaruhi oleh sifat kimiawi dan
jalur masuknya merkuri ke dalam tubuh. (Friberg
& Fotsal, 1970). Merkuri terakumulasi dalam
tubuh sebelum menjadi toksik. Hati sapi normal
dilaporkan dapatmengandung merkuri dengan
konsentrasi 0,01 ppm.
Timah (Pb)
Pb merupakan logam beracun utama pada sapi (Hatch &
Funnel,1969) terdistribusi secara luas dan konsentrasi di
lingkungan semakin tinggi dengan meningkatnya konsumsi
BBM. Di alam dapat berupa Pb-sulfida, Pb-Phosphat, PbKhromat dan Pb-arsenat. (Bailer et al, 1965). Semua bentuk Pb
tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam pencernaan
sehingga mudah terserap dan terakumulasi dalam tubuh, pada
konsumsi yang tinggi Pb akan dideposit dalam hati, ginjal,
tulang dan rambut, bila konsumsi sedang akan diekskresikan
(Dirius et al, 1973). Dalam air susu normal dapat ditemukan Pb
konsentrasi 0,02 – 0,04 ppm, dalam hati yang sehat dapat
ditemukan Pb konsentrasi 0,2 – 2 ppm. Dari 11 sampel yang
diperiksa ditemukan 7 sampel (63 %) positip Pb dengan
konsentrasi yang bervariasi. Cemaran Pb dalam kulit dapat
berasal dari deposit pada hewan semasa hidup maupun
kontaminasi setelah hewan dipotong
Chrom
Chrom banyak terdapat di alam, pada
konsentrasi yang kecil dibutuhkan oleh tubuh,
pada konsentrasi yang tinggi bersifat toksik.
Chrom banyak digunakan pada industri
penyamakan kulit. Pengolahan limbah yang
kurang baik menyebabkan tingginya chrom
terpapar di lingkungan.
Hasil pengujian crom di dalam sampel kulit
menunjukkan semua sampel negatip chrom.
PENGUJIAN FORMALIN
Metode pengujian Formalin.
Prinsip: Sampel didestruksi dalam
suasana asam kemudian didestilasi,
destilat ditampung direaksikan dengan
reaktor warna Nash kemudian diperiksa
dengan spektofotometer.
Dapat digunakan untuk analisa kuantitatif
formalin dalam tahu, bakso, bakmi dll.
METODE UJI FORMALIN
SAMPEL 10-20 GRAM (LABU KJEDAHL)
+ 150 ml AQUADEST
+ 2,5 ml ASAM PHOSPHAT (DESTILASI)
TAMPUNG DESTILAT SAMPAI 100 ml
4 ml DESTILAT + PEREAKSI NASH
SPEKTROFOTOMETER P. GELOMBANG 415 nm
HASIL PENGUJIAN FORMALIN DALAM
KULIT
Tabel 1. Hasil Uji Formalin
No
Jenis Sampel
Hasil Uji
Konsentrasi (
ppm )
1
KULIT BASAH
(import)
POSITIF
52,5
2
KIKIL
POSITIF
17,709
3
KULIT SAMAK
KERING
POSITIF
24,48
4
KIKIL SAYUR
POSITIF
30,99
5
KRECEK MAKAN
MENTAH
POSITIF
3,937
LANJUTAN
No
JENIS SAMPEL
HASIL UJI
KONSENTRASI
( ppm )
6
KRECEK MAKAN
SETENGAH MASAK
POSITIP
3.314
7
KRECEK SAYUR
SETENGAH MASAK
POSITIP
0.606
8
KRECEK SAYUR MASAK
NEGATIF
0
9
KRECEK MAKAN MASAK
NEGATIF
0
10
KULIT BASAH 2
(import)
POSITIP
54.07
11
KRECEK SETENGAH JADI
POSITIP
10
No
JENIS SAMPEL
HASIL UJI
KONSENTRASI
( ppm )
1
KULIT MENTAH ASAL
CHINA ( WALIDI )
POSITIF
0.52
2
KRUPUKKULIT MENTAH
( WALIDI )
POSITIF
0.92
3
KULIT MENTAH
ASALTHAILAND
(WALIDI)
POSITIF
0.64
4
KULIT MENTAH BASAH
(SITI ROMLAH )
POSITIF
0.84
5
KULIT MENTAH KERING
POSITIF
0.35
6
KULIT MENTAH ASAL
CHINA ( ST ROMLAH )
POSITIF
0.81
LANJUTAN
No
JENIS SAMPEL
HASIL UJI
KONSENTRASI
( ppm )
7
KULIT MENTAH ASAL
THAILAND ( ST
ROMLAH )
POSITIF
0.97
8
KULIT MENTAH
UNGARAN
POSITIF
0.65
9
KRUPUK MASAK
POSITIF
0.48
11
KULIT MENTAH
BANTUL
POSITIF
0.368
12
KULIT MENTAH
BANTUL
POSITIF
0.389
13
TAHU ASAL WATES
POSITIF
76.33
PEMBAHASAN
FORMALDEHID
Formaldehid berfungsi murni sebagai pereaksi,
mengandung + 38,5 % HCHO; berat molokul
30,03, merupakan cairan tidak berwarna, uap
dapat mengeluarkan air mata (Anonim, 1995).
Formalin bereaksi dengan H2O2 membentuk
asam formiat yang tidak toksik
CH==O + H2O2 CH==O
H
OH
FORMALIN
Formaldehid ditengarai banyak digunakan sebagai
bahan pengawet karena murah dan mudah didapat.
Dipakai untuk bahan baku industri tetapi banyak
dilaporkan sebagai pengawet bahan makanan .
Dari 12 sampel kulit yang diperiksa 10 diantaranya (
83 %) positip formalin. Dua sampel yang negatip uji
adalah sampel krecek sayur dan makan yang telah
digoreng masak
mungkin disebabkan telah mengalami degradasi
akibat pemanasan tinggi
PENGUJIAN ZAT WARNA
Zat warna banyak digunakan terutama
pada bahan makanan olahan, meskipun
demikian di daerah tertentu zat warna
digunakan pada daging ayam segar,
Hasil pengujian satu sampel kulit kering
tidak ditemukan zat warna.
Zat warna ( Kasumba )
PEMBAHASAN
Aspek dasar dalam pengawasan peredaran kulit
adalah legalitas masuknya komoditas tersebut ke
Indonesia, terkait:
Ketentuan pemasukan daging ruminansia dari
luar negeri.
Ketentuan pemasukan bahan baku industri dari
luar negeri
Pengaruh masuknya bahan asal hewan bagi
keamanan dalam negeri, dsb.
KESIMPULAN
1. Perlunya meningkatkan pengawasan
terhadap masuknya produk peternakan dari
negara lain baik sebagai bahan baku industri
maupun sebagai bahan pangan.
2. Perlunya meningkatkan pengujian bidang
kimiawi terhadap produk peternakan untuk
mendukung terwujudnya produk pangan yang
ASUH.
Pustaka
1.
Anonim, 1995 Farmakope Indonesia,
Edisi IV Departemen
Kesehatan, Jakarta.
2. Parakasi, 1999, Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak, UI Press
Jakarta.