Tugas Individu Topik 6 Isu Disintegrasi dan Integrasi

Nama

: Edy Lukman Siswanto

NRP / NUP

: 3122146 / 19

Kelas

: I (i)

Tugas Individu : Isu Disintegrasi dan Intergrasi
Sumber : http://episodepena.blogspot.com/2012/10/indonesia-negeriku-antara-integrasi-dan.html

INDONESIA NEGERIKU : ANTARA INTEGRASI dan DISINTEGRASI
BANGSA
Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam latar belakang
kebudayaan, suku, ras, dan agama. Keragaman yang ada bisa merupakan sebagai potensi untuk
memperkaya khazanah bangsa sebagai bentuk persatuan dan kesatuan, tetapi bisa juga menjadi
sebuah potensi yang dapat menimbulkan perpecahan. Ketika hal ini bisa menyebabkan persatuan

dan kesatuan bangsa, maka akan semakin memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa. Tetapi
ketika keanekaragaman ini tidak bisa disikapi dengan bijak, maka akan menyebabkan konflikkonflik internal, yang jika dibiarkan dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Berbicara tentang integrasi dan disintegrasi bangsa, maka tidak dapat dipisahkan antara
komponen- komponen yang melakukan relasi didalamnya, pemerintahan dan rakyat. Kedaulatan
yang seyogyanya berada ditangan rakyat, dan dimandatkan kepada pemerintah, sebagai pihak yang
dipercaya untuk mengemban amanah rakyat. Fungsi- fungsi ini akan berjalan sinergis ketika kedua
komponen ini bisa berjalan seiringan, apa yang menjadi aspirasi rakyat dan mempunyai efek
manfaat bagi bangsa dan negara, maka pemerintah berusaha untuk menampung dan
merealisasikannya. Akan menjadi sebuah permasalahan, ketika ternyata pemerintah hanya
memandang rakyat sebagai objek, yang hanya dikenai kebijakan top-down dan hanya satu arah,
sedangkan rakyat sebagai bagian integral dari suatu bangsa, tidak banyak dilibatkan dalam
pengelolaan negara.
Jean Jacques Rousseau dalam bukunya Du Contract Social ou Principes du droit politique,
melihat bahwa hubungan individu dan negara harus didasarkan pada kesepakatan untuk mencapai
tujuan bersama. Adanya volunte generale (kehendak umum) yang merupakan cikal bakal
masyarakat sipil. Integrasi dimulai dari kontrak sosial dan kesepakatan bersama, sedangkan
disintegrasi dapat terjadi ketika kontrak sosial dan kesepakatan bersama mulai dilanggar. Kontrak
sosial bersifat terbuka dan relatif, hal ini akan kehilangan legitimasi, ketika sadar atau tidak, rela

atau terpaksa, kesepakatan bersama sudah tidak ada lagi.

Integrasi dan disintegrasi sangat ditentukan oleh kemampuan Negara dalam menjaga isi
kesepakatan bersama dan kontrak social. Kesepakatan bersama untuk hidup bernegara tidak bisa
datang dari kekuasaan, tapi dari kesadaran rakyat yang berharap akan keadilan, perdamaian, dan
kesejahteraan. Prinsip- prinsip keadilan, demokrasi, jaminan kesejahteraan ekonomi dan sosial,
jaminan hukum yang adil dan tidak memihak, jaminan HAM dalam suatu negara merupakan faktor
yang menentukan proses integrasi dan disintegrasi suatu bangsa.
Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan
akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik sosial. Berbagai gejolak
bernuansa separatis seperti yang terjadi Aceh, Riau, dan Papua, serta konflik berbau SARA yang
terjadi di Maluku, Banjarmasin, Pontianak, Poso dan di berbagai tempat lain yang terjadi secara
meluas jelas merupakan masalah pokok yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yakni
masalah disintegrasi politik dan disintegrasi sosial yang menyangkut hilangnya instink komunitas
secara meluas.
Fenomena disintegrasi pada dua tataran itu antara lain ditandai oleh hilangnya rasa memiliki
sekelompok orang terhadap negara-bangsa, hilangnya ikatan atau solidaritas komunal, hingga
hilangnya ketaatan pada sistem sosial dan normatif yang berlaku. Gejala dan arus disintegrasi
bangsa yang membahayakan ini menguat karena di satu sisi merupakan protes dari daerah terhadap
pusat yang selama ini kurang memperhatikan dan memberikan keadilan dan keseimbangan dalam
pembangunan daerah. Di sisi lain itu juga diakibatkan oleh robeknya kohesi dan integrasi sosial

akibat belum kukuh dan melembaganya kerukunan, toleransi, dan harmoni masyarakat yang
berlangsung selama ini.
Dari hasil penelitian Poetranto (2003) beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
disintegrasi bangsa :
1. Geografi.


Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling
jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah
perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata,
atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.

2. Demografi.



Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang
tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih
rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.


3. Kekayaan Alam.


Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya yang
tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal
ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi
kerusakan akibat dari pengelolaan.

4. Ideologi.


Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di
negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang
dianut dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada
akhirnya dapat menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu
perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah
agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama secara berkesinambungan.

5. Politik.



Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak
nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering mengakibatkan
konflik antar masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana
akan menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian
kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga
sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena
dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain
seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi
membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang
melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat
ketidak pastian hukum.

6. Ekonomi.


Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk
hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin
lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya praktek KKN.


7. Sosial Budaya.


Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila

tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu
sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni
konflik antara kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif
terbelakang.
8. Pertahanan Keamanan.


Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan dapat terjadi
dari seluruh permasalahan aspek asta gatra itu sendiri. Dilain pihak turunnya wibawa
TNI dan Polri akibat kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan Polri digunakan oleh
penguasa sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya bukan sebagai alat
pertahanan dan keamanan negara.

Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat akumulasi

permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih sehingga perlu
penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta mengutamakan aspek hukum, keadilan,
sosial budaya. Pemberlakuan otonomi daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan daerah
di Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya heterogental dibidang SARA.
Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang dapat
menciptakan konflik horizintal maupun vertikal harus dapat diantisipasi. Kepemimpinan dari elit
politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat menentukan meredamnya konflik pada skala
dini. Namun pada skala kejadian diperlukan profesionalisme aparat kemanan secara terpadu. Efek
global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu diantisipasi dengan
penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan sosialisasi.
Proses integrasi dan disintegrasi sebenarnya ditentukan oleh hubungan timbal balik antara
rakyat sebagai pemilik kedaulatan dan pemerintah yang diberikan mandat untuk melaksanakan
kedaulatan. Rakyat dalam hal memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, jangan hanya
ditempatkan sebagai obyek, tetapi harus dijadikan partner bagi pemerintah, karena proses
sinergisasi dan keinginan untuk mempertahankan integrasi bangsa tidak akan terwujud jika
pemerintah terlalu mendominasi tanpa ada partisipasi dari rakyat. Rakyat pun mempunyai
kesadaran akan pentingnya integrasi bangsa.