Penghitungan Sel HeLa dan Vero Analisis Hasil Analisis Indeks Selektivitas

35 Panen dilakukan apabila sel HeLa telah dalam kondisi 80 konfluen sel sudah menempel dan berkembang memenuhi wadah kultur, semua pekerjaan dilakukan pada LAF. MK RPMI dibuang dari flask dengan mikropipet atau pipet pasteur, sel dicuci 2 kali dengan 5 ml PBS Phosphate Buffer Saline, ditambahkan 400 µl Tripsin-EDTA 0,25 secara merata, kemudian diinkubasi di dalam inkubator CO 2 5 selama ± 5 menit, dan ditambahkan 4 ml MK untuk menginaktifkan tripsin. Sel diresuspensi dengan mikropipet agar sel terlepas satu-satu tidak menggerombol. Keadaan sel diamati di mikroskop inverted. Sel diresuspensi kembali jika masih ada sel yang menggerombol. Sel ditransfer ke dalam tabung konikel Doyle, et al., 2000.

3.10.2 Panen Sel Vero

Panen dilakukan apabila sel Vero telah dalam kondisi 80 konfluen sel sudah menempel dan berkembang memenuhi wadah kultur, semua pekerjaan dilakukan pada LAF. MK M199 dibuang dari flask dengan mikropipet atau pipet pasteur, sel dicuci 2 kali dengan 5 ml PBS Phosphate Buffer Saline, ditambahkan 400 µl Tripsin-EDTA 0,25 secara merata, kemudian diinkubasi di dalam inkubator CO 2 5 selama ± 5 menit, dan ditambahkan 4 ml MK untuk menginaktifkan tripsin. Sel diresuspensi dengan mikropipet agar sel terlepas satu-satu tidak menggerombol. Keadaan sel diamati di mikroskop inverted. Sel diresuspensi kembali jika masih ada sel yang menggerombol. Sel ditransfer ke dalam tabung konikel Doyle, et al., 2000

3.11 Penghitungan Sel HeLa dan Vero

36 Diambil 10 µl panenan sel dan dipipetkan ke dalam hemositometer kamar hitung. Jumlah sel dihitung dibawah mikroskop inverted dengan perbesaran 10x10 menggunakan counter. Gambar 3.1 Hemositometer kamar hitung A, B, C dan D Hemositometer terdiri dari 4 kamar hitung A, B, C, dan D, setiap kamar hitung terdiri dari 16 kotak. Sel pada 4 kamar hemositometer dihitung, sel yang gelap mati dan sel yang berada di batas luar di sebelah kiri dan atas tidak ikut dihitung. Sel di batas kanan dan bawah ikut dihitung. Jumlah sel per ml dihitung dengan rumus : ∑selmL = ∑ sel A + ∑ sel B + ∑ sel C + ∑ sel D 4 × 10 4 Jumlah total sel yang diperlukan dihitung. Untuk menanam sel pada tiap sumuran 96-well plate maka jumlah total sel yang diperlukan adalah 1x10 4 sumuran x 100 sumuran dibuat lebih = 1x 10 6 volume panenan sel yang diperlukan dalam mL dihitung dengan rumus : Volume panenan sel = Jumlah total sel yang diperlukan Jumlah sel terhitungml volume panenan sel dimbil, ditransfer ke tabung konikel baru kemudian ditambahkan MK sampai total volume yang diperlukan Doyle, et al., 2000. 37

3.12 Pembuatan Larutan Uji

Ekstrak etanol ditimbang sebanyak 50 mg dalam polytube, lalu dilakukan pengenceran hingga 5 mg, kemudian dilarutkan dalam dimetilsulfoksida DMSO sebanyak 50 µl, divortex agar sampel terlarut sempurna kemudian di cukupkan dengan MK, kemudian dibuat pengenceran selanjutnya sampai diperoleh larutan uji dengan konsentrasi 500 µgml, 250 µgml, 125 µgml, 62,5 µgml, dan 31,25 µ gml semua pengenceran dilakukan dengan menggunakan MK. 3.13 Uji Sitotoksik EEDA Menggunakan Metode MTT 3.13.1 Uji Sitotoksik EEDA Terhadap Sel HeLa Menggunakan Metode MTT Sel HeLa ditanam pada microplate 96 sumuran sehingga diperoleh kepadatan 10.000 selsumuran dan diinkubasi selama 24 jam untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik. Setelah 24 jam medium diganti dengan yang baru kemudian ditambahkan larutan uji dengan berbagai konsentrasi menggunakan cosolvent DMSO dan diinkubasi pada suhu 37ºC dalam inkubator CO 2 5 selama 24 jam. Pada akhir inkubasi, media dan larutan uji dibuang kemudian sel dicuci dengan PBS. Pada masing-ma sing sumuran, ditambahkan 100 μL media kultur dan 10 μL MTT 5 mgmL. Untuk mengamati viabilitasnya, sel diinkubasi kembali selama 4-6 jam dalam inkubator CO 2 5 pada suhu 37 o C. Reaksi MTT dihentikan dengan reagen stopper SDS 10 dalam HCl 0,1 N, lalu plate dibungkus dengan alumunium foil agar tidak tembus cahaya pada suhu kamar dan dibiarkan selama satu malam. Sel yang hidup bereaksi dengan MTT 38 membentuk warna ungu. Hasil pengujian dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm Doyle, et al., 2000

3.13.2 Uji Sitotoksik EEDA Terhadap Sel Vero Menggunakan Metode MTT

Sel Vero ditanam pada microplate 96 sumuran sehingga diperoleh kepadatan 10.000 selsumuran dan diinkubasi selama 24 jam untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik. Setelah 24 jam medium diganti dengan yang baru kemudian ditambahkan larutan uji dengan berbagai konsentrasi menggunakan cosolvent DMSO dan diinkubasi pada suhu 37ºC dalam inkubator CO 2 5 selama 24 jam. Pada akhir inkubasi, media dan larutan uji dibuang kemudian sel dicuci dengan PBS. Pada masing- masing sumuran, ditambahkan 100 μL media kultur dan 10 μL MTT 5 mgmL. Untuk mengamati viabilitasnya, sel diinkubasi kembali selama 4-6 jam dalam inkubator CO 2 5 pada suhu 37 o C. Reaksi MTT dihentikan dengan reagen stopper SDS 10 dalam HCl 0,1 N, lalu plate dibungkus dengan alumunium foil agar tidak tembus cahaya pada suhu kamar dan dibiarkan selama satu malam. Sel yang hidup bereaksi dengan MTT membentuk warna ungu. Hasil pengujian dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm Doyle, et al., 2010.

3.14 Analisis Hasil

Data absorbansi yang diperoleh dari uji sitotoksik sel dikonversi ke dalam persen sel hidup. Persen sel hidup dihitung menggunakan rumus: Hidup = Absorbansi sel dengan perlakuan - Absorbansi kontrol media Absorbansi kontrol media sel – Absorbansi kontrol media × 100 39 Aktivitas sitotoksik dinyatakan dalam IC 50 konsentrasi yang menyebabkan kematian 50 populasi sel yang dianalisis dengan analisis probit menggunakan SPSS 22 Doyle, et al, 2000.

3.15 Analisis Indeks Selektivitas

Untuk mengetahui nilai indeks selektivitas IS, perlu diketahui IC 50 sel Vero dan IC 50 sel HeLa dengan menggunakan metode MTT. Selektivitas obat antikanker dapat diukur dengan cara menghitung indeks selektivitas menggunakan persamaan di bawah ini: Dewi, et al., 2015 Indeks Selektivitas = IC 50 Sel Vero IC 50 Sel Hela 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Tumbuhan yang telah diidentifikasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indonesian Institute of Science Pusat Penelitian Biologi Research Center for Biology, Bogor adalah Vernonia amygdalina Del. suku Asteraceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 Ginting, 2012. 4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan makroskopik terdiri dari pemeriksaan bentuk, warna dan rasa. Hasil makroskopis daun Afrika segar memiliki bentuk daun oval-elips, ujung dan pangkal daun meruncing, susunan tulang menyirip, tepi daun bergerigi dan kasar, permukaan berambut sangat halus, panjang 15-19 cm, lebar 8-9 cm, berwarna hijau muda, dan rasanya pahit.

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik

Hasil mikroskopik simplisia daun Afrika adalah rambut penutup multiseluler, kristal kalsium oksalat berbentuk prisma dan rosette, amilium dalam media air, stomata anomositik, dan jaringan palidase.

4.2.3 Pemeriksaan karakteristik simplisia

Hasil penetapan kadar abu total simplisia daun Afrika cukup tinggi yakni sebesar 9,745. Hal tersebut dikarenakan banyaknya logam-logam yang terdapat