Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 63

BAB III KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG

BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PENYELUDUPAN PAKAIAN BEKAS Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Tindak Pidana Penyeludupan pakaian bekas, diantaranya adalah sebagai berikut:

A. Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

Masalah pemberantasan Tindak Pidana penyeludupan pakaian bekas telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kepabeanan. Dalam praktik kepabeanan dewasa ini, penanganan atas pelanggaran ketentuan kepabeanan lebih dititik beratkan pada penyelesaian secara fiskal yakni berupa pembayaran sejumlah uang kepada Negara dalam bentuk denda. Dalam hal ini merupakan pengaruh era globalisasi yang menuntut kecepatan dan kelancaran arus barang bagi kemajuan perdagangan nasional dan internasional. Undang-undang kepabean pada dasarnya menganut asas menghitung dan menyetor sendiri bea masuk yang terhitung oleh importir self assessment. Sistem ini memberi kepercayaan yang besar pada pengguna jasa kepabeanan. Namun Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 64 kepercayaan tersebut harus diimbangi dengan tanggungjawab, kejujuran, dan kepatuhan dalam pemenuhan ketentuan Undang-undangn yang berlaku, sehingga apabila pengguna jasa kepabeanan dalam rangka pemenuhan kewajiban kepabeanan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diwajibkan oleh undang-undang kepabeanan maka akan diatur bagaimana pemberian sanksi bagi mereka yang melanggar tersebut. Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan mengatur dan menetapkan tata cara atau kewajiban yang harus dipenuhi apabila seseorang mengimpor atau mengekspor barang. Dalam hal seseorang mengimpor atau mengekspor barang tampa megindahkan ketentuan atau prosedur yang telah ditetapkan Undang-undang dapat diancam dengan pidana dengan berupa hukuman penjara dan denda. Sanksi pidana berupa hukuman penjara dan denda dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1995 diatur dalam Pasal 102, yang berbunyi : Barang siapa yang mengimpor atau mengekspor atau mencoba mengimpor atau mengekspor barang tanpa mengindahkan ketentuan Undang-undang ini dipidana kerena melakukan penyeludupan dengan pidana penjara paling lama delapan tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. Yang dimaksud tanpa mengindahkan dalam pasal diatas adalah sama sekali tidak memenuhi ketentuan atau prosedur sebagaimana telah ditetapkan Undang-undang ini. Dengan demikian apabila seseorang mengimpor atau mengekspor barang yang telah mengindahkan ketentuan Undang-undang ini, walupun tidak sepenuhnya, tidak termasuk perbuatan yang dapat dipidana berdasarkan pasal tersebut. Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 65 Pasal 103 Barangsiapa yang : a. menyerahkan Pemberitahuan Pabean danatau dokumen pelengkap pabean dan atau memberikan keterangan lisan atau tertulis yang palsu atau dipalsukan yang digunakan untuk pemenuhan kewajiban Pabean; b. mengeluarkan barang impor dari Kawasan Pabean atau dari Tempat Penimbunan Berikat, tanpa persetujuan Pejabat Bea dan Cukai dengan maksud untuk mengelakkan pembayaran Bea Masuk danatau pungutan negara lainnya dalam rangka impor; c. membuat, menyetujui, atau serta dalam penambahan data palsu ke dalam buku atau catatan; atau d. menimbun, menyimpan, memiliki, membeli, menjual, menukar, memperoleh, atau memberikan barang impor yang berasal dari tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102, dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun danatau denda paling banyak Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah. Disebutkan dengan jelas bahwa seseorang yang menimbun, menyimpan, memiliki, membeli, menjual, menukar, memperoleh, atau memberikan barang impor yang berasal dari tindak pidana akan dikenai sanksi pidana, dalam hal ini secara spesifik dikaitkan dengan importir pakaian bekas secara ilegal. Dan dari keempat jenis tindak pidana kepabeanan ini secara jelas dapat terlihat mengatur khusus pelanggaran atas kewajiban kepabeanan yang sangat berbeda dengan Pasal-pasal pelanggaran. Misalnya, butir a menegaskan adanya kesengajaan menyerahkan dokumen palsu yang secara umum sebenarnya juga di atur dalam pasal-pasal pemalsuan yang ada dalam hukum pidana. Pada ketentuan Pasal 103 huruf d UU N0. 10 Tahun 1995 yang berhubungan dengan keadaan dimana seseorang ditemukan menimbun, memiliki, menyimpan, membeli, menjual, menukar, memperoleh atau memberikan barang impor yang berasal dari Tindak Pidana Penyeludupan dimana barang tersebut ditemukan sebagai hasil pemerikasaan buku atau informasi intelijen, penyidik Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 66 dapat menyita barang tersebut dengan wewenang yang ia miliki. Orang yang melakukan hal tersebut di atas dapat dikenakan hukuman pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling bayak Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah. Akan tetapi jika yang bersangkutan memperoleh barang tersebut dengan itikad baik, maka yang bersangkutan tidak dapat dituntut. Namun, kemungkinan lain bisa terjadi bila pelaku kejahatan tersebut dapat diketahui, sehingga kedua-duanya dapat dihukum. Seseorang atau kelompok yang melakukan pelanggaran atas peraturan yang telah ditentukan dalam Undang-undang ini dapat berikan sanksi bagi seseorang yang mengangkut barang yang tampa memiliki dokumen yang sah yang menurut Undang-undang ini diharuskan disimpan, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 104 UU No. 104 Tahun 1995 yang berbunyi : a. Mengangkut barang yang berasal dari tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102; b. Memusnakan, mengubah, memotong, menyembunyikan, atau membuang buku atau catatan yang menurut Undang-undang ini harus disimpan; c. Menghilangkan, menyetujui, atau turut serta dalam penghilangan keterangan dari Pemberitahuan Pabean, dokumen pelengkapan pabean, atau catatan; atau d. Menyimpan danatau menyediakan blangko faktur dagang dari perusahaan yang berdomosili diluar negeri yang diketahui dapat digunakan sebagai kelengkapan Pemberitahuan Pabean menurut Undang-undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun danatau denda pling banyak Rp.100.000.000,00 seratus juta rupiah. Dalam pasal ini disebutkan bahwa semua bukti transaksi perdagangan harus disimpan dengan baik dan dijaga, hal ini menjadi suatu keharusan menurut undang-undang. Dan apabila ada dokumen yang seharusnya diserahkan kepada Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 67 kepabeanan sebagai administrasi kenegaran yang berhubungan dengan tansaksi antar Negara. Pasal 106 Importir, eksportir, pengusaha Tempat Penimbunan Sementara, pengusaha Tempat Penimbunan Berikat, pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan, atau pengusaha pengangkutan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 49, Pasal 50, atau Pasal 51 dan perbuatan tersebut menyebabkan kerugian keuangan negara dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun danatau denda paling banyak Rp. 125.000.000,00 seratus dua puluh lima juta rupiah. Jika menelaah kepada isi pasal tersebut diatas maka dapat diketahui jika ada importir yang melakukan impor pakaian bekas merupakan suatu perbuatan yang merugikan keuangan Negara, dimana impor pakaian bekas selain melanggar ketentuan perundang-undangan jaga telah melangkahi kewenanan kepabeanan dalam menjaga dan menjalankan tugas mengawasi perdangan disuatu wilayah. Pasal 107 Pengusaha pengurusan jasa kepabeanan yang melakukan pengurusan Pemberitahuan Pabean atas kuasa yang diterimanya dari importir atau eksportir, apabila melakukan perbuatan yang diancam dengan pidana berdasarkan Undang-undang ini, ancaman pidana tersebut berlaku juga terhadapnya . Pengusaha pengurusan jasa kepabeanan yang melakukan pelanggaran pidana perihal pekerjaannya dan perbuatan yang terancam pidana, maka petigas itu akan dikenai ancaman pidana yang sesuai, begitu juga petus yang membantu importir pekaian bekas dan terkait dalam modus tansaksinya secara langsung akan dikenai saksi yang berlaku. Pasal 108 1. Dalam hal suatu tindak pidana yang dapat dipidana menurut Undang-undang ini dilakukan oleh atau atas nama suatu badan Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 68 hukum, perseroan atau perusahaan, perkumpulan, yayasan atau koperasi, tuntutan pidana ditujukan dan sanksi pidana dijatuhkan kepada : a. badan hukum, perseroan atau perusahaan, perkumpulan, yayasan atau koperasi tersebut; dan atau b. mereka yang memberikan perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau yang bertindak sebagai pimpinan atau melalaikan pencegahannya. 2. Tindak pidana menurut Undang-undang ini dilakukan juga oleh atas nama badan hukum, perseroan atau perusahaan, perkumpulan, yayasan atau koperasi, apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang yang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain bertindak dalam lingkungan badan hukum, perseroan atau perusahaan, perkumpulan, yayasan atau koperasi tersebut tanpa memperhatikan apakah orang tersebut masing-masing telah melakukan tindak secara sendiri-sendiri atau bersama-sama. 3. Dalam hal suatu tuntutan pidana dilakukan terhadap badan hukum, perseroan atau perusahaan, perkumpulan, yayasan atau koperasi yang dipidana dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, pidana pokok yang dijatuhkan senantiasa berupa pidana denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah jika atas tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara, dengan tidak menghapuskan pidana denda apabila atas tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara dan pidana denda. Dalam pasal tersebut diatas dijelaskan segala bentuk kerjasama, organisasi, dan segala bentuk korporasi dan kerjasama dalam hal perdagangan yang illegal dan menyalahi peraturan perundang-undangan akan dikenai sanksi yang sesuai dengan undang-undang. Pasal 109 1. Barang impor atau ekspor yang berasal dari tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102, 103 huruf b atau huruf d, Pasal 104 huruf a atau Pasal 105 huruf a dirampas untuk negara. 2. Sarana pengangkut yang digunakan untuk melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 dapat dirampas untuk negara. 3. Barang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diselesaikan berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 73. Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 69 Dalam Pasal 109 ini disebutkan dengan jelas segala jenis barang yang merupakan barang yang dilarang dalam kegiatan ekspor-impor akan disita oleh Negara dan ditindak secara hukum, serta mendapat penyelesaian hukum pula dengan tidak ada suatu pengecualian. Dengan kata lain impor-ekspor pakain bekas yang notabene dilarang oleh perundang-undan akan mendapat perlakuan yang sama seperti halnya undang-undang mengaturnya. Perihal sanksi pidana yang diberikan kepada suatu badan hukum yang melakukan suatu Tindak Pidana Penyeludupan dapat dilihat pada Pasal 108 UU No. 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan. Dalam pasal ini dimungkinkan dapat dipidananya suatu badan hukum, perseroan atau perusahaan, termasuk badan usaha milik Negara atau daerah dengan mana dan dalam bentuk apapun, bentuk usaha tetap atau bentuk usaha lainnya, perkumpulan, termasuk persekutuan, firman atau kongsi, yayasan atau organisasi sejenis, atau koperasi yang mana kadang-kadang orang melakukan tindak pidana tersebut tersembunyi dibelakang atau mengatas namakan badan-badan tersebut diatas. Oleh sebab itu selain badan- badan tersebut diatas harus dipidana juga mereka yang telah memberikan perintah untuk melakukan tindak pidana atau yang sesungguhnya melakukan tindak pidana tersebut. Dengan demikian orang yang bertindak tersebut tidak untuk diri sendiri tetapi wakil dari badan tersebut, harus juga mengindahkan peraturan dan larangan yang diancam dengan hukuman pidana, seolah-olah mereka sendiri yang melakukan tindak pidana tersebut. Atas dasar hasil penyidikan, dapat ditetapkan tuntutan pidana yang akan dikenakan kepada badan-badan yang bersangkutan dan Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 70 atau pemimpinnya. Terhadap badan-badan tersebut diatas dapat dipidana berupa pidana denda paling banyak RP. 300.000.000,00 tiga ratys juta rupiah, jika atas tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara, dengan tidak menghapuskan pidana denda apabila atas tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara atau denda. B. Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 229MPP Kep71997 Tentang Ketentuan Umum dibidang Impor Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 229MPPKep71997 Tentang Ketentuan Umum dibidang Impor disahkan pada tanggal 4 juli 1997. Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan tersebut yang diperbolehkan melakukan kegiatan impor tekstil adalah perusahaan yang telah memiliki Angka Pengenalan Importir API dan pengecualian barang atau perusahaan yang mengimpor barang. Pasal 1 a. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean; b. Daerah pabean adalah Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah dareh, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat- tempat tertentu di zona ekonomi ekslusif dan landasan kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 Tahun Kepabeanan; c. Barang yang diatur tata niga impornya adalah barang yang impornya hanya boleh dilakukan oleh perusahaan yang diakui dan disetujui oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mengimpor barang yang tidak boleh di impor; d. Barang yang dilarang impornya adalah barang yang tidak boleh di impor. Dalam pasal ini disebutkan dengan jelas pengertian impor dan juga wilayah ZEE sebagai wilayah Trade Mark untuk melakukan kegiatan Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 71 perdagangan. Begitu juga dengan yang disetujui dalam praktek perdagangan impor tersebut adalah yang sesuai dengan peraturan perundangan untuk perindustrian. Didalam pasal ini dikatakan barang impor yang legal adalah barang yang tidak dapat di impor kembali, melainkan untuk dikonsumsi konsumen di Negara importir. Hal ini nampak jelas dalam ketentuan Pasal 2 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 229MPPKep71997 yang menentukan bahwa: 1 Impor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka Pengenal Importir API, Angka Pengenal Importir Sementara APIS atau Angka Pengenal Importir Terbatas APIT”. 2 Dikecualikan dari ketentuan ayat 1, Barang, Perusahaan atau peroragan yang mengimpor barang sebagai berikut: a. Barang pindahan; b. Barang impor sementara; c. Barang kiriman, hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, social, atau kebudayaan; d. Barang perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya yang bertuhas di Indonesia berdasarkan asas timbale balik; e. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia; f. Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan. Dan disebutkan juga dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 229MPPKep71997 tercantum bahwa barang yang di impor harus dalam keadaan baru. Pasal 4 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 keputusan ini tidak berlaku untuk pengimpor kapal niaga dan kapal ikan. Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 72 Pasal ini merupakan pengecualian untuk impor terhadap kapal, dimana kapal bekas dapat dimpor tanpa menyalahi perundang-unadangan. Begitu juga dalam pasal 5 berikut ini yang menyebutkan: Pasal 5 Pengecualian lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 keputusan ini dapat ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Pasal 8 Barang yang diatur tata niaga impornya, barang yang dilarang di impornya, barang yang dimasukkan dari luar negeri ke tempat penimbunan berikat, barang yang dimasukkan dari tempat penimbunan berikat ke wilayah lain dalam Daerah Pabean serta barang dalam rangka Perdagangan Lintas Batas, diatur sendiri. Barang impor yang pemasukannya dimasukkan melalui tempat penimbunan berikat ataupun wilayah lain dalam suatu wilayah kepabeanan yang mana kegunaannya adalah untuk perdagangan lintas batas diatur secara khusus oleh peraturan tersendiri secara khusus. Pasal 9 Importir yang melanggar ketentuan dalam keputusan ini dapat dikenakan sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun sanksi terhadap pelanggaran ketentuan dalam importir barang dagang perihal pakaian bekas ini diatur didalam peraturan perundang-undang secara terpisah dan tersendiri. Sebagaimana ketentuan lebih lanjut diatur oleh Direktur Jenderal Perdagangan Internasional, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10 berikut ini; Pasal 10 Ketentuan yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perdagangan Internasional. Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 73 Pasal 11 Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka keputusan Menteri Perisdustrian dan Perdagangan Nomor 125MPPKep51996 tentang ketentuan umum di bidang impor, dinyatakan tidak berlaku. Dari uraian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa impor pakaian bekas dilarang. Meskipun dalam ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 3 tersebut tidak dituliskan secara jelas jenis barang yang di impor, akan tetapi apapun jenis barang tersebut apabila barang tersebut merupakan barang bekas tidak boleh di impor, karena barang yang boleh di impor haruslah dalam keadaan baru. C. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 642MPPKep92002 Tentang Perubahan Lampiran I Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :230MPPKep71997 Tentang Barang yang Diatur Tata Niaga Impornya. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.642MPRKep92002 tertanggal 23 September 2002 Tentang Larangan Impor pakaian bekas bukan hanya menyangkut aspek ekonomi. Kebijakan yang diambil juga memperhatikan masalah kesehatan. Pasal I 1. Mengubah Lampiran I nomor urut 108 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 230MPPkep71997, semula : NO. NOMOR HS URAIAN BARANG TATA NIAGA IMPOR 108 ex. 6310.90.000 Gombal baru dan bekas IU LIMBAH menjadi : Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 74 NO. . NOMOR HS URAIAN BARANG TATA NIAGA IMPOR 108 ex. 6310.90.000 Gombal baru dan bekas DILARANG 2. Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka : a. Semua ketentuan lainnya yang tercantum dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 230MPPkep71997 dinyatakan tetap berlaku; b. Lampiran I nomor urut 16 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 231MPPkep71997 tentang Prosedur Impor Limbah dinyatakan tidak berlaku lagi. 3. Impor gombal yang LC-nya telah dibuka sebelum tanggal ditetapkannya Keputusan ini, masih dapat dilaksanakan dengan ketentuan gombal yang diimpor sudah tiba di pelabuhan tujuan paling lambat 15 lima belas hari terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan ini. Didalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 230MPPkep71997 dinyatakan bahwa yang termasuk kedalam kategori uraian barang bekas yang dapat diimpor adalah berupa ‘gombal baru dan bekas’. Jika dikaitkan dengan impor pakaian bekas maka masuknya pakaian bekas ke Indonesia menurut Keputusan Menteri ini adalah legal dan diijinkan oleh peraturan perundang-undangan. Namun dengan adanya perubahan yang di tuangkan dalam Keputusan Menteri No. 642MPPKep92002 menyatakan bahwa impor barang berupa ‘gombal baru dan bekas’ ini adalah dilarang. Dengan kata lain jelas bahwa masuknya pakaian bekas dari luar negeri dilarang oleh undang-undang dan merupakan perbuatan yang ilegal. Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 75 D. Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 732mppKep102002 Tentang Tata Niaga Impor Tekstil Dalam rangka mencegah beredarnya tekstil impor ilegal di pasaran Indonesia yang menimbulkan perdagangan tidak adil dan mengakibatkan kerugian terhadap tekstil produksi dalam negeri serta guna mempertahankan iklim usaha tetap kondusif, maka Pemerintah RI memberlakukan peraturan tata niaga impor tekstil yang baru. Peraturan baru impor tekstil tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. : 732MPPKep102002 tanggal 22 Oktober 2002, yang berisi : Pasa1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan Tekstil adalah tekstil lembaran yang termasuk dalam Pos Tarif HS sebagaimana dimaksud Lampiran I Keputusan ini. Pada lampiran I SK ini terdapat 18 item Pos Tarif yang diatur Tata Niaga Impornya, yaitu : Pos Tarif-Pos Tarif 52.08 sd 52.11 Kain tenunan dari kapas; 52.12 Kain tenunan lainnya dari kapas; 53.09 Kain tenunan dari lena; 53.10 Kain tenunan dari goni atau dari serat tekstil kulit pohon lainnya dari Pos Tarif No. 53.03; 53.11 Kain tenun dari serat tekstil nabati lainnya; kain tenun dari benang kertas; 53,07 Kain tenun dari benang filamen sintetik, termasuk kain tenun yang diperoleh dari bahan pada Pos No. 54.04; 54.08 Kain tenun dari benang filamen tiruan, termasuk kain tenun yang diperoleh dari bahan pada Pos No. 54.05 ; 55.12 sd 55.14 Kain tenun dari serat stapel sintetik; 55.15 Kain tenun lainnya dari serat stapel sintetik dan Pos Tarif 55.16 Kain tenun dari serat stapel tiruan; 56.02 Kain kempa diresapi, dilapisi, ditutup atau dibuat berlapis- lapis maupun tidak; 58.01 Kain tenunan berbulu dan kain chenille, selain kain dalam Pos No. 58.02 atau No. 58.06; 58.02 Kain handuk terry dan kain tenunan terry semacam itu, selain kain pita dari Pos No. 58.06, kain tekstil berjumbai, selain produk dari Pos No. 57.03; 58.04 Kain tule dan kain jala lainnya, tidak termasuk kain tenun, rajut atau kait, renda dalam bentuk lembaran, jalur atau dalam bentuk motif, selain kain dari Pos No. 60.02; 58.10 Kain sulaman dalam lembaran, jalur atau motif; 58.11 Produk tekstil dilapisi dalam lembaran, disusun dari satu atau lebih Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 76 lapisan dari bahan tekstil dipasang dengan bantalan dijalin atau secara lain, selain kain dari Pos No. 60.02; 60.01 Kain berbulu, termasuk kain “berbulu panjang” dan kain terry, dirajut atau dikait dan Pos Tarif 60.02 Kain rajutan atau kaitan lainnya. Dalam pasal ini disebutkan jenis-jenis kain yang legal untuk di impor menurut undang-undang. Pasal 2 1 Tekstil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 hanya dapat diimpor oleh perusahaan yang telah mendapat pengakuan sebagai Importir Produsen Tekstil, selanjutnya disebut IP Tekstil. 2 Pengakuan sebagai IP Tekstil sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 menyangkut antara lain tentang jumlah dan jenis tekstil yang dapat diimpor dan waktu pengapalannya. 3 Tekstil yang diimpor oleh IP Tekstil sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk proses produksi dari industri yang dimiliki oleh IP Tekstil dan dilarang diperjual belikan maupun dipindah-tangankan. Pengaturan perihal perusahan yang di ijinkan untuk melakukan impor begitu juga dengan jumlah dan jenis barang yang di impor serta pengapalannya diatur didalam pasal ini. Begitu juga barang impor yang bahan dasar barang impor yang dilarang pada pasal 1 dilarang untuk diperdagangkan dan dipindah tempatkan. Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008. USU Repository © 2009 77

BAB IV PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA

Dokumen yang terkait

Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pemalsuan Uang Kertas Rupiah Dan Pengedarannya Di Kotamadya Medan (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

1 100 153

Analisa Hukum Pidana Terhadap Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan Tentang Membantu Melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Analisa Putusan Pengadilan Tinggi Medan No :743/pid/2008/PT-Mdn)

0 71 97

Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pemalsuan Uang Kertas Rupiah Dan Pengedarannya Di Kotamadya Medan (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

1 72 153

Eksistensi Praperadilan Dalam Proses Hukum Perkara Pidana Di Pengadilan Negeri Medan

2 79 144

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan Izin Keimigrasian Menurut Undang-Undang Ri No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

3 119 119

Tinjauan Vonis Pidana Dalam Kasus Narkoba Sebagai Upaya Penegakan Hukum Dan Nilai Sosial (Studi Kasus Narkoba di Pengadilan Negeri Medan)

1 22 141

SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM PIDANA OLEH PENGADILAN TERHADAP PENEGAKAN HUKUM PIDANA OLEH PENGADILAN TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU PERKOSAAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen).

1 2 13

PENEGAKAN HUKUM PIDANA OLEH HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 1 18

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERZINAHAN DI PENGADILAN NEGERI SRAGEN Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perzinahan Di Pengadilan Negeri Sragen.

0 2 13

PENDAHULUAN Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perzinahan Di Pengadilan Negeri Sragen.

0 2 13