26
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Pengembangan
Metode pada penelitian ini yaitu Penelitian dan pengembangan research and development. Sugiyono 2009: 407 menyatakan bahwa metode penelitian
pengembangan research and development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut. Pengembangan yang dilakukan berupa pembuatan Media Pembelajaran Modul Fisika Berbasis Cetakan MFBC pada Materi Suhu dan
Kalor. Penelitian ini menggunakan desain penelitian one-shot case study Sugiono:
110, yaitu memberikan perlakuan dengan media pembelajaran MFBC kepada siswa. Untuk melakukan pengukuran setelah menggunakan Media
Pembelajaran MFBC dengan memberikan posttest atau evaluasi. Perlakuan tersebut dilakukan pada tahap uji satu lawan satu dan uji coba lapangan.
Desain penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.
Gambar 3.1. Desain Penelitian One-Shot Case Study
X O
27 X merupakan perlakuan dimana siswa menggunakan media pembelajaran
MFBC dan O adalah hasil belajar siswa menggunakan media pembelajaran MFBC.
Subjek dari evaluasi ini adalah evaluasi formatif I uji ahli materi yang dilakukan oleh ahli bidang isi atau materi untuk dapat mengevaluasi ketepatan
isi atau materi pada modul ajar, evaluasi formatif II uji ahli mediadesain dilakukan oleh ahli mediadesain pembelajaran instruksional untuk dapat
mengevaluasi ketepatan desain pada modul ajar dan evaluasi formatif III uji satu lawan satu dilakukan oleh tiga siswa SMPN 20 Bandar Lampung untuk
mewakili populasi target. Kemudian, melakukan uji lapangan yang merupakan uji coba dari produk. Sasaran dari uji coba produk ini dilakukan kepada siswa
SMP Negeri 20 Bandar Lampung Kelas VII Semester Ganjil Tahun Pelajaran 20122013. Dalam hal ini pokok materi pada pengembangan media
pembelajaran MFBC adalah berisi materi Suhu dan Kalor untuk SMP kelas VII.
B. Prosedur Pengembangan
Desain pengembangan media pembelajaran MFBC yang digunakan yaitu diadaptasi dari proses pengembangan media instruksional oleh Sadiman, dkk
2008 dengan memodifikasi proses pengembangannya. Berikut bagan pengembangan media pembelajaran yang dapat dilihat pada gambar 3.2.
28
Gambar 3.2 Diagram model pengembangan media instruksional yang diadaptasi dari Sadiman, dkk 2008
1. Tahap I : Analisis
Analisis Kebutuhan Program Pengembangan
Tahap I Tahap II
Desain Pengembangan Tahap IV
Tahap III Evaluasi Produk
Pengembangan Produk Prototipe 1
1. Evaluasi formatif I Prototipe 2 Uji ahli isi materi pembelajaran revisi
2. Evaluasi formatif II Prototipe 3 Uji ahli desain media pembelajaran
revisi
3. Evaluasi formatif III Uji coba satu lawan satu revisi
Tahap VI Pencetakan Produk
Tahap V Uji Coba
29
1.1 Analisis Kebutuhan
Kesenjangan antara kompetensi yang diharapkan dengan yang siswa miliki sekarang merupakan suatu kebutuhan. Perancangan media
pembelajaran harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa sebelum ia mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan modul ajar. Analisis kebutuhan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung dengan cara observasi berupa
wawancara terhadap guru fisika dan beberapa siswa mengenai kegiatan pembelajaran antara lain mewawancarai guru mengenai
metode pembelajaran, sumber belajar dan fasilitas yang digunakan, penggunaan media atau alat bantu dan ketersediaan sarana prasarana
yang mendukung penelitian pengembangan ini. Sehingga diketahui kesesuaian jumlah buku yang tersedia dengan jumlah siswa.
1.2 Analisis Kurikulum
Media yang dikembangkan untuk tujuan pembelajaran, maka diperlukan pula analisis kurikulum. Analisis kurikulum yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, dilakukan untuk mendapatkan analisis materi pelajaran. Pada tahap ini meliputi :
1 Penentuan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan.
2 Menganalisis kurikulum untuk mendapatkan analisis materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.
Dalam hal ini Standar Kompetensi SK minimal yang harus dicapai adalah memahami prosedur ilmiah untuk mempelajarai
30 benda-benda alam dengan menggunakan peralatan dan Kompetensi
Dasar KD minimal yang harus dicapai adalah Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya, sedangkan pada materi kalor
Standar Kompetensi SK minimal yang harus dicapai adalah Memahami wujud dan perubahannya dan Kompetensi Dasar KD
minimal yang harus dicapai adalah Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 3 Menentukan isi, sistematika, bentuk dan kelengkapan dari modul
ajar yang dikembangkan.
2. Tahap II : Desain Pengembangan
Desain pengembangan bertujuan untuk mendapatkan format modul yang sesuai berdasarkan analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
SMP Negeri 20 Bandar Lampung Kelas VII. Pada tahap ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1. Menganalisis kurikulum untuk mendapatkan analisis materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 2. Penyusunan Materi. Materi yang disusun adalah materi Suhu dan
Kalor. Materi dikutip dari berbagai sumber seperti Fisika SMP. Materi ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, Indikator Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran. 3. Menentukan model pengembangan modul.
31 Penyusunan materi dan penentuan model pembelajaran dirancang suatu
panduan produksi yang kemudian digunakan sebagi panduan penulisan naskah.
3. Tahap III : Pengembangan Produk
Kegiatan produksi dilakukan dengan memproduksi sajian teks. Pelaksanaan pengembangan produk berupa penulisan naskah. Pada tahap
ini dibuat sebuah modul. Topik yang akan dikembangkan dalam pembuatan modul ditentukan berdasarkan analisis kurikulum dan
dilaksanakan berdasarkan panduan produksi. Perumusan tujuan dibuat berdasarkan topikpokok-pokok materi yang ditentukan yang dilanjutkan
dengan penulisan naskah. Hasil pengembangan pada langkah ini berupa prototipe 1.
4. Tahap IV : Evaluasi Produk
Kegiatan evaluasi pada pengembangan media pembelajaran modul ini dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Evaluasi formatif adalah
proses yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajaran.
Evaluasi formatif ini juga bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian materi, desain dan komponen isi modul. Ada tiga kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini, yaitu:
4.1 Evaluasi formatif I
32 Uji ahli materi merupakan evaluasi formatif I bertujuan untuk
mengevaluasi kelengkapan materi, kebenaran materi, sistematika materi dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi baik itu berupa
aplikasi, fenomena maupun soal-soal latihan. Prosedur evaluasi formatif I menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai prototipe I yang telah dibuat.
2 Menyusun instrumen evaluasi formatif I berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.
3 Melaksanakan evaluasi formatif I yang dilakukan oleh ahli isi materi yang digunakan.
4 Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi untuk mendapatkan materi pembelajaran yang sesuai dengan
model pembelajaran yang digunakan. 5 Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis
hasil evaluasi formatif I. 6 Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah
diperbaiki kepada pembimbing. Prototipe I disempurnakan sesuai rekomendasi perbaikan yang
diperoleh dari ahli isi materi. Hasil perbaikan ini akan diperoleh prototipe II.
4.2 Evaluasi formatif II
Uji ahli desain merupakan evaluasi formatif II. Evaluasi ini dilakukan oleh ahli desain media pembelajaran yang merupakan seorang master
33 atau seseorang yang ahli dalam bidang teknologi pendidikan. Evaluasi
ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan standar minimal yang diterapkan dalam penyusunan modul berbasis cetakan dan juga untuk
mengetahui kemenarikan dan efektivitas siswa atau pengguna modul. Prosedur evaluasi formatif II menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut: 1 Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk
menilai prototipe II yang telah dibuat. 2 Menyusun instrumen evaluasi formatif II berdasarkan
indikator penilian yang telah ditentukan. 3 Melaksanakan evaluasi formatif II yang dilakukan oleh ahli
desain media pembelajaran, dalam hal ini dosen teknologi pendidikan.
4 Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi formatif II untuk memperoleh desain paket pembelajaran yang lebih baik.
5 Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil evaluasi formatif II.
6 Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.
Prototype II akan mendapat saran perbaikan dari desain media setelah mengalami evaluasi formatif II. Berdasarkan masukan-masukan
tersebut oleh pengembang akan dilakukan pnyempurnaan sehingga dihasilkan prototype III.
4.3 Evaluasi formatif III
34 Evaluasi formatif III yaitu uji satu lawan satu dilakukan pada dua
siswa SMP atau lebih untuk mewakili populasi target dari media yang dibuat. Menyajikan media tersebut kepada mereka secara individual.
Jika media itu didesain untuk belajar mandiri, maka biarkan siswa mempelajarinya secara mandiri. Kedua orang siswa yang telah dipilih
tersebut, hendaknya satu orang dari populasi target. Prosedur pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
1 Menjelaskan kepada siswa tentang media baru yang dirancang dan ingin mengetahui bagaimana reaksi siswa
terhadap media yang sedang dibuat. 2 Mengusahakan agar siswa bersikap rileks dan bebas
mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut. 3 Memberikan instrumen uji satu lawan satu yang berisi
tentang komponen media yang dibuat. 4 Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji
satu lawan satu. 5 Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah
diperbaiki kepada pembimbing. Dilakukan penilaian uji satu lawan satu sesuai prosedur pelaksanaan,
setelah itu dilakukanlah revisi atau perbaikan untuk menyempurnakan kekurangan modul.
5. Tahap V : Uji coba
Tahap ujicoba dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan hasil belajar dari penggunaan media dalam pembelajaran. Pada tahap ini pula dilakukan
35 uji kemanarikan, kemudahan dan kemanfaatan Modul. Uji coba yang
dilakukan berupa uji lapangan. Uji lapangan ini merupakan tahap akhir dari evaluasi formatif perlu dilakukan. Uji lapangan ini dikenakan kepada
siswa SMP materi Suhu dan Kalor dan berjumlah sekitar 36 orang siswa yang terdiri 19 orang perempuan dan 17 orang laki-laki dengan berbagai
karakteristik tingkat kepandaian, latar belakang, jenis kelamin, kemajuan belajar dan sebagainya sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan kepada siswa maksud uji lapangan bahwa media ini
berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.
b. Memberikan tes awal untuk mengukur pengetahuan awal dan keterampilan siswa terhadap materi yang dimediakan atau meminta
rekap nilai siswa. c. Melaksanakan pembelajaran secara konvensional. Isi pembelajaran
yang disampaikan minimal tujuan pembelajaran yang ada pada media yang dikembangkan.
d. Memberikan penugasan dirumah untuk mempelajari modul interaktif yang dikembangkan di akhir pembelajaran
e. Memberikan tes untuk mengetahui tingkat tujuan yang dapat tercapai atau memberikan tes akhir post test untuk mengukur hasil belajar
siswa setelah sajian media pembelajaran modul interaktif. Hasil tes ini dibandingkan dengan hasil tes awal pre test atau rekap nilai.
36 f. Membagikan kuesioner dan meminta siswa mengisinya. Kuesioner
yang dibagikan yaitu untuk mengetahui kemenarikan dan keefektivitasan media sebagai sumber belajar.
g. Menganalisis hasil uji lapangan untuk melihat kekurangan dan kelebihan modul interaktif yang digunakan.
6. Tahap VII : Percetakkan Produk
Tahap demi tahap telah dilakukan maka tahap selanjutnya adalah pencetakan program. Tahap ini merupakan tahap akhir pengembangan
berupa modul yang efektif sebagai bahan ajar.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi menggunakan instrumen berupa lembar observasi, wawancara, instrumen angket dan tes.
Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan sekolah, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran. Instrumen
angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan media pembelajaran modul berdasarkan uji desain dan uji materi. Instrumen angket
juga digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan. Pengumpulan data tingkat keefektifan modul dalam pembelajaran digunakan instrumen
berupa tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengukur hasil belajar. Kegiatan ini berupa tes tertulis kepada siswa setelah menggunakan
media pembelajaran MFBC pada materi Suhu dan Kalor.
D. Teknik Analisis Data