4. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi
5. FMEA Failure Mode and Effect Analysis
6. LTA Logic Tree Analysis
7. Pemilihan TugasKegiatan Perawatan
5.2.2.1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi
Proses analisis RCM dilakukan pada level sistem, bukan pada level komponen. Hal ini disebabkan analisis pada level komponen tidak memberikan
informasi yang jelas terhadap kegagalan sistem. Selain itu, sebuah komponen biasanya mendukung beberapa fungsi sistem maka lebih baik jika di analisis dari
sudut pandang sistem. Gambar 5.2. berikut adalah struktur hierarki plant bottling line lini III pada PT. Sinar Sosro.
Lini III Bottling Line
Depalletizer Decrater
Bottle Washer
Filler- Crowner
Crater Palletizer
Gambar 5.2. Struktur Hierarki Plant Bottling Line III
Plant bottling line PT. Sinar Sosro terdiri dari subsistem depalletizer, decrrater, bottle washer, filler-crowner, crater dan palletizer. Keenam subsistem
tersebut menjalankan proses berupa pengangkatan botol kosong dari palet ke conveyor depalletizer, memisahkan botol kosong dengan crate decrater,
mencuci botol bottle washer, mengisi dan menutup botol filler-crowner, mengangkat botol ke dalam crate crater, dan mengangkat crate yang berisi
produk jadi ke palet palletizer. Jadi subsistem tersebut tersusun secara berurutan
Universitas Sumatera Utara
yang merupakan proses yang harus dilalui oleh botol dari awal hingga akhir. Sehingga dengan meminimisasi kerusakan pada mesin dengan kerusakan tertinggi
akan dapat menurunkan breakdown keseluruhan plant sistem. Gambar 5.3. menunjukkan histogram frekuensi breakdown mesin bottling line III dengan data
berdasarkan pada Tabel 5.1.
Gambar 5.3. Frekuensi Breakdown Mesin Produksi
Tabel 5.3. merupakan data persentase kumulatif dalam menggambarkan pareto diagram yang diperoleh dengan menggunakan data pada Tabel 5.1.
Tabel 5.3. Persentase Kumulatif Pareto Mesin
Jumlah Breakdown
Kumulatif Persentase
Persentase Kumulatif
Bottle Washer
40 40
44.44 44.44
Decrater 21
61 23.33
67.78 Crater
14 75
15.56 83.33
Filler 11
86 12.22
95.56 Crowner
2 88
2.22 97.78
Depalletizer 1
89 1.11
98.89 Palletizer
1 90
1.11 100.00
Total 90
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4. menggambarkan diagram pareto breakdown mesin produksi berdasarkan tabel 5.3.
C o
u n
t P
e rc
e n
t
Mesin Count
15.6 12.2
4.4 Cum
44.4 67.8
83.3 95.6
100.0 40
21 14
11 4
Percent 44.4
23.3 Other
Filler Crater
Decrater Bottle Washer
90 80
70 60
50 40
30 20
10 100
80 60
40 20
Pareto Chart of Mesin
Gambar 5.4. Diagram Pareto Breakdown Mesin
Berdasarkan histogram pada Gambar 5.3. jumlah breakdown mesin, maka tingkat breakdown tertinggi adalah pada mesin bottle washer. Karena memiliki
breakdown paling tinggi maka pilihan dijatuhkan pada sistem mesin bottle washer.
Sistem mesin bottle washer terdiri dari beberapa subsistem mayor yang mendukung fungsi mesin. Subsistem mesin bottle washer sebagai berikut:
1. Sistem infeed dan discharge sebagai awal input botol ke dalam mesin dan
output botol cucian. 2.
Sistem mekanikpenggerak sebagai penggerak utama mesin. 3.
Sistem bakwadah rendaman sebagai wadah perendaman dan pencucian botol. 4.
Sistem pemanas sebagai pengkonversi steam yang akan memanaskan air yang akan disalurkan ke dalam bak.
Universitas Sumatera Utara
Mesin bottle washer berfungsi dengan adanya subsistem-subsistem yang mendukung jalannya fungsi mesin sebagai satu kesatuan. Fungsi subsistem
tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Infeed Infeed merupakan awal pintu masuk botol ke dalam mesin. Dengan
menggunakan conveyor, botol-botol dikirim dari mesin decrater. Setelah sampai pada mulut mesin, maka botol-botol akan didorong oleh cam infeed ke
dalam pocket yang berjumlah 21 buah dalam satu deret. Demikian kegiatan ini berulang sesuai dengan gerakan engkol mekanik infeed.
2. BakWadah
Setelah botol masuk melalui infeed, maka botol akan melalui bak presoaking, bak lye I, bak lye II, hotwater I, hotwater II, hotwater III, fresh water. Air
pada bak tersebut dikirim melalui sistem water treatment dengan bantuan pompa. Tabel 5.3. menunjukkan suhu dan tekanan standar yang wajib
dipenuhi pada setiap bak rendaman.
Tabel 5.3. Suhu dan Tekanan Standar pada Bagian BakWadah No
Unit Suhu
o
C Tekanan
kgcm
2
1 Presoaking
≥ 50 -
2 Lye I
75-85 0,8-1,5
3 Lye II
75-85 0,25-1
4 Hotwater I
80-90 1-3
5 Hotwater II
80-90 0,3-1,4
6 Hotwater III
80-90 0,3-1,5
7 Fresh Water
90-105 0,1-2
Universitas Sumatera Utara
3. PemanasHeater
Sistem pemanas terdiri dari PHE dan THE. Steam dialirkan melalui kompresor kemudian dikirimkan melalui valve untuk dicampur dengan air dari pompa
hotwater I, II, III. Dengan bercampurnya steam dan air, maka terbentuk air panas dengan suhu 80
o
C. Pada saat botol-botol bergerak melewati hotwater I, II, III, secara bersamaan nozzle juga ikut bergerak menyemprot botol untuk
membersihkan bagian dalam botol. 4.
Discharge Setelah botol melalui fresh water, botol dikeluarkan melalui discharge dengan
bantuan cam discharge. Cam discharge merupakan lengan penampung botol- botol bersih yang dikeluarkan dari pocket agar tidak terjatuh. Setelah melalui
discharge, maka botol tersebut dilanjutkan ke conveyor.
5.2.2.2. Definisi Batasan Sistem