Uji Heterokedastisitas Uji Autokorelasi

Heru S.A.S : Pengaruh Rasio Harga Laba, Rasio Pengembalian Modal, Rasio Aktivitas Dan Rasio Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2010. terdapat gejala multikolinearitas jika korelasi diantara variabel independen lebih besar dari 0.9. Ada dua cara yang dapat dilakukan menurut Erlina 2007:107 jika terjadi multikolinearitas, yaitu: 1 Mengeluarkan salah satu variabel. Misalnya variabel independen A dan B saling berkorelasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi. 2 Menggunakan metode lanjut seperti regresi bayesian atau regresi bridge.

c. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah suatu situasi dimana dalam sebuah grup, terdapat varians yang tidak sama diantara sesama anggota grup tersebut Situmorang, et.al, 2009:63. Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika varians dari residual diantara pengamatan tersebut tetap, maka disebut homokedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu didalam grafik, dimana jika membentuk pola, maka terjadi gejala heterokedastisitas. Gejala heterokedastisitas juga dapat dideteksi dengan metode Spearmen’s Rank Correlation Test. Menurut Situmorang, et.al. 2009:76, ada dua cara perbaikan heterokedastisitas, yaitu: Heru S.A.S : Pengaruh Rasio Harga Laba, Rasio Pengembalian Modal, Rasio Aktivitas Dan Rasio Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2010. 1 Bila varians ²i diketahui, maka metode yang digunakan adalah dengan cara kuadrat terkecil tertimbang yang meminimumkan pentingnya observasi yang penting dengan memberikan bobot pada observasi tadi secara proporsional dengan kebalikan dari variansnya. 2 Bila varians ²i tidak diketahui, dimana pengetahuan mengenai ²i biasanya merupakan hal yang jarang dimiliki. Sebagai akibatnya, orang biasanya membuat suatu asumsi yang masuk akal mentransformasikan data atau membuat gangguan disturbance data yang telah ditransformasikan bersifat homokedastisitas. Misalkan model persamaannya: Y = b0 + b1x1 + b2x2, ditransformasikan menjadi: LogY = b0 + b1 logx1 + b2 logx2.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana adanya korelasi diantara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu time series atau ruang cross section Situmorang, et.al, 2009:78. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul dikarenakan residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Heru S.A.S : Pengaruh Rasio Harga Laba, Rasio Pengembalian Modal, Rasio Aktivitas Dan Rasio Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2010. Pada penelitian ini, uji autokorelasi dideteksi dengan uji Durbin-Watson, karena uji ini yang umum digunakan. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama first order autokorelasi dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi. Pedoman dalam pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi diuraikan oleh Ghozali 2005:96. 1 Apabila nilai Durbin-Watson DW terletak antara 0 dan batas bawah atau Lower Bound DL 0 dw dl, berarti ada autokorelasi positif. 2 Apabila nilai DW terletak antara DL dan batas atas atau Upper Bound DU dl ≤ dw ≤ du, berarti tidak dapat diputuskan apakah terjadi autokorelasi positif atau tidak. 3 Apabila nilai DW terletak antara 4 – DL dan 4 4-dl dw 4, berarti ada autokorelasi negatif. 4 Apabila nilai DW terletak antara 4 – DU dan 4 – DL 4-du ≤ dw ≤ 4-dl, berarti tidak dapat diputuskan apakah terjadi autokorelasi negatif atau tidak. 5 Apabila nilai DW terletak diantara batas atas DU dan 4 – DU du dw 4-du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif.

2. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Hutang Pada Modal Dan Rasio Harga Laba Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 4 151

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 25 130

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 3

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

Pengaruh rasio likuditas, rasio aktivitas, rasio Solvabilitas dan rasio profitabilitas terhadap Return saham pada perusahaan manufaktur Yang terdaftar di bursa efek indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

SKRIPSI PENGARUH RASIO LIKUDITAS, RASIO AKTIVITAS, RASIO SOLVABILITAS DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 14