Secara umum, tujuan penilaian kinerja adalah : 1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara tertimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strateginya.
3. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan individual dan kemampuan kolektif yang rasional Ulum, 2004:277.
Pada dasarnya penilaian kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan yaitu:
1. Untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah 2. Untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan
3. Untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan Mardiasmo, 2004:121 dalam Pramono,
2012. Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dilakukan untuk
digunakan sebagai tolok ukur dalam Abdul Halim 2007:230: 1. Menilai
kemandirian keuangan
daerah dalam
membiayai penyelenggaraan otonomi daerah.
2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.
3. Mengukur sejauh mana aktivitas permerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya.
4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah.
5. Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
2.6 Analisis Rasio Keuangan pada APBD
Penggunaan analisis rasio pada sektor publik khususnya terhadap APBD belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara
bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode
dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan
rasio keuangan yang dimiliki pemda tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk melihat
bagaimana posisi rasio keuangan pemda tersebut terhadap pemda lainnya. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan rasio keuangan pada APBD ini adalah :
1. DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah masyarakat 2. Pihak eksekutif sebagai landasan dalam menyusun APBD berikutnya
3. Pemerintah pusatprovinsi sebagai bahan masukan dalam membina pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
4. Masyarakat dan kreditur, sebagai pihak yang akan turut memiliki saham pemda bersedia memberi pinjaman maupun membeli obligasi. Halim,
2007 : 230-232. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah
pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola
keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Hasil analisis rasio keuangan
ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur dalam Abdul Halim, 2007:230 : 1. Menilai
kemandirian keuangan
daerah dalam
membiayai penyelenggaraan otonomi daerah.
2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.
3. Mengukur sejauh mana aktivitas daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya.
4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah.
5. Melihat pertumbuhanperkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
2.7 Penelitian Terdahulu