bagi daerah bersangkutan karena PAD sangat diharapkan dapat membiayai pengeluaran rutin daerah Florida, 2006.
Ada beberapa asas penting dalam Undang-Undang otonomi daerah yang perlu dipahami, antara lain: 1 Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara kesatuan Republik Indonesia. 2 Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. 3 Tugas
pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah danatau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupatenkota danatau desa serta dari pemerintah
kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 4 Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan
pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antardaerah secara
proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, serta kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian
kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya Wenny, 2012.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain; menumbuhkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah, dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan. Dengan demikian, dampak pemberian
otonomi ini tidak hanya terjadi pada organisasiadministrtatif lembaga pemerintahan daerah saja, akan tetapi berlaku juga pada masyarakat publik,
badan atau lembaga swasta dalam berbagai bidang Widjaja, 2011:76-77.
2.2 Keuangan Daerah
Keuangan daerah dapat diartikan sebagai, “semua hak dan kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang, juga segala sesuatu, baik berupa uang maupun uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum
dimilikidikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain
sesuai ketentuanperaturan perundangan yang berlaku” Mamesah,1995 dalam Halim, 2007. Dari definisi tersebut dapat diperoleh kesimpulan, yaitu :
1. Semua hak adalah hak untuk memungut sumber-sumber penerimaan pemerintah, seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah, dan lain-lain, dan atau hak untuk menerima sumber-sumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana alokasi khusus sesuai
peraturan yang ditetapkan. Hak tersebut dapat menaikkan kekayaan daerah.
2. Semua kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan uang untuk membayar tagihan-tagihan pada daerah dalam rangka menyelenggarakan
fungsi pemerintahan, infrastruktur, pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban tersebut dapat menurunkan kekayaan daerah.
Hal-hal yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah APBD dan barang-barang inventaris milik daerah, sedangkan keuangan
daerah yang dipisahkan adalah BUMD. Di samping itu, pengurusan akuntansi keuangan daerah juga dibagi menjadi dua, yaitu pengurusan umum dan khusus
berkaitan dengan kewajiban perbendaharaan, seperti halnya pada keuangan negara. Pengurusan umum juga dibagi menjadi dua, yaitu otorisator dan
ordonator. Menurut UU nomor 5 Tahun 1974, wewenang otorisator, ordonator, dan bendaharawan dipegang oleh kepala daerah gubernur, walikota, dan bupati.
Namun, dalam pelaksanaannya, wewenang tersebut dilimpahkan kepada Sekwilda, kepala biro keuangan dan kepala bagian perbendaharaan, serta Bank
Pembangunan Daerah dan pegawai sipil. Keuangan daerah dikelola melalui manajemen keuangan daerah. Jadi,
manajemen keuangan daerah adalah “pengorganisasian dan pengelolaan sumber- sumber daya atau kekayaan pada suatu daerah untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki daerah tersebut”. Alat untuk melaksanakan manajemen keuangan daerah disebut dengan tata usaha daerah Halim, 2007.
Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan dalam peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah sesuai isi pasal 4 yaitu: 1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk
masyarakat. 2. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu system yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
Kemampuan pemda dalam mengelola keuangan dituangkan dalam Anggran Pendapatan dan Belanja APBD yang langsung maupun tidak langsung
mencerminkan kemanapun pemda dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat. Dalam
kepentingan pengelolaan keuangan daerah pemerinth harus bertumpu pada kepentingan publik, hal ini tidak saja terlihat dari besarnya porsi penganggaran
untuk kepentingan publik, tetapi pada besarnya partisiasi masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan pengawasan keuangan daerah.
2.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD