Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kerangka Berfikir

4 Elaboration, yaitu dapat mengembangkan ide dari ide yang sudah ada atau merinci masalah menjadi lebih sederhana.

2.4. Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp adalah satu materi kimia yang diajarkan di kelas XI SMA. Hal-hal yang dipelajari pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp, diantaranya: 1 Kelarutan s dan Hasil Kali Kelarutan Ksp Kelarutan dilambangkan huruf “s” yang artinya solubility. Kelarutan adalah perbandingan antara jumlah zat terlarut dalam suatu pelarut. Semakin besar nilai kelarutan suatu zat, zat tersebut akan semakin mudah larut. Hasil kali kelarutan Ksp adalah konstanta hasil kali konsentrasi ion-ion dari senyawa sukar larut dalam air, yang dipangkatkan dengan koefisien reaksinya masing-masing. Melalui nilai kelarutan suatu zat dalam air, kita dapat mengklasifikasikan zat tersebut kedalam zat yang mudah larut atau sukar larut. 2 Reaksi Pembentukan Endapan Pembentukan endapan dapat diperkirakan dengan membandingkan antara hasil konsentrasi zat-zat yang bereaksi Qc dan Ksp. Berikut perbandingan antara Qc dan Ksp beserta hubungannya dengan pembentukan endapan: a. Jika Qc Ksp, maka tidak terbentuk endapan b. Jika Qc = Ksp, maka larutan tepat jenuh c. Jika Qc Ksp, maka akan terbentuk endapan 3 Pengaruh Ion Sejenis Jika senyawa ion yang sukar larut dalam air dilarutkan dalam ion sejenis, maka kelarutannya menjadi semakin kecil. 4 Pengaruh pH larutan pH suatu zat akan mempengaruhi kelarutan. Pada umumnya, larutan bersifat basa akan mudah larut dalam asam begitupun sebaliknya. Sumber: Justiana dan Muchtaridi 2009: 304-3017, Purba 2006: 264-276 Tabel 2.1. Kisi-kisi Materi dan Metode Pelaksanaan Sub Materi Metode Kolaboratif Indikator Berpikir Kreatif Kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp Diskusi kelompok - Fluency - Flexibility - Elaboration - Originality Reaksi pembentukan endapan Praktikum dan diskusi kelompok Pengaruh ion sejenis Diskusi kelompok Pengaruh pH terhadap kelarutan Diskusi kelompok

2.5. Penelitian yang Relevan

2.5.1. The Replacement of “Paper” Cases by Interactive Online Virtual

Patients in Problem Based Learning Poulton, et al 2009 melakukan penelitian mengenai pengalihan kertas rekam medis pasien oleh media virtual interaktif dengan pasien yang dilakukan secara online melalui pembelajaran berbasis masalah. Objek penelitian ini adalah mahasiswa bidang kesehatan. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa mahasiswa dan pengajar merasa proses pengalihan tersebut sukses serta mengapresiasi atas improvisasi pembelajaran berbasis masalah yang digunakan.

2.5.2. Evidence for Constructive, Self Regulatory, and Collaborative Process

in Problem Based Learning Penelitian studi kasus yang dilakukan oleh Yew dan Schmidt 2009 bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pembelajaran berinteraksi verbal yang terjadi antar siswa selama pembelajaran berbasis masalah berlangsung. Hasil dari studi kasus ini, pada pembelajaran berbasis masalah terjadi pembelajaran kolaboratif, proses pengontrolan diri serta pembelajaran konstruktif.

2.5.3. Collaborative Learning: A Way to Engage Student Learning

Penelitian studi kasus ini dilakukan oleh Lieng 2009 mengenai pembelajaran kolaboratif. Studi kasus ini menunjukkan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat membuat siswa terikat selama pembelajaran.

2.5.4. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP

Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif Penelitian ini dilakukan oleh Dasa Ismaimuza 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah menggunakan strategi konflik kognitif terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa SMP. Hasil dari penelitian ini, keupayaan berpikir kreatif siswa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah berstrategi konflik kognitif lebih baik dibandingkan kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2.5.5. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based

Learning PBL Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamaningrum, et al 2012 ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran biologi siswa kelas X SMAN 3 Surakarta.

2.6. Kerangka Berfikir

Mata pelajaran kimia sering dianggap sulit oleh siswa. Karena menurut siswa, kimia identik dengan rumus dan perhitungan yang sulit. Berdasarkan hasil observasi di SMAN 10 Semarang, nilai ulangan harian rata-rata siswa banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal KKM terutama untuk materi yang banyak menggunakan perhitungan termasuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp. Pada proses pembelajaran keaktifan siswa juga masih kurang, pembelajaran masih bersifat teacher center. Siswa juga belum bisa mengaitkan materi kimia dengan masalah yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari. Selain itu, kemampuan berpikir siswa hanya sebatas menguasai materi secara teori, sehingga untuk kemampuan berpikir kreatif belum tampak. Pemilihan model pembelajaran yang tepat diperlukan untuk menyikapi permasalahan tersebut. Menurut peneliti, model pembelajaran kolaboratif berbasis masalah tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Karena siswa akan dilatih untuk belajar menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp. Model pembelajaran kolaboratif berbasis masalah akan diterapkan di kelas eksperimen sedangkan model pembelajaran seperti biasa sesuai kurikulum akan diterapkan di kelas kontrol. Untuk melihat pengaruh dari model pembelajaran kolaboratif berbasis masalah, maka hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dari kelas kontrol dan eksperimen akan dibandingkan hasilnya. Peneliti berharap model pembelajaran kolaboratif berbasis masalah akan memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kerangka berpikir penelitan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir Kesulitan siswa dalam memahami materi kimia, siswa kurang aktif selama proses pembelajaran Hasil belajar siswa masih rendah, kemapuan berpikir kreatif siswa belum tampak Hasil belajar kognitif, afektif, psikomotorik dan kemapuan berpikir kreatif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp Proses belajar mengajar Penyusunan perangkat pembelajaran pembelajaran Pembelajaran kolaboratif berbasis masalah Kelebihan PBL: Melatih siswa untuk belajar menganalisis masalah, mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa Kelebihan pembelajaran kolaboratif : Melatih anak untuk aktif selama proses pembelajaran dan tercipta kerjasama antar siswa

2.7. Hipotesis Penelitian