AN6 Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia Anak Usia Tiga Tahun

dikatakan mampu karena orang-orang yang berkomunikasi dengannya dapat mengerti maksudnya dengan baik walaupun kalimat-kalimat yang dihasilkannya masih merupakan kalimat-kalimat sederhana yang hanya mencapai struktur kalimat tiga kata.

4.1.2.3 AN6

AN6 adalah anak laki-laki berusia tiga tahun. AN6 merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara. Ibunya adalah seorang guru SMA yang ditempatkan di luar kota dan ayahnya adalah seorang pedagang alat-alat kantor. Sama seperti AN4 dan AN5, AN6 juga belum bersekolah. AN6 menghabiskan waktunya bermain dengan abang-abangnya. Karena ibunya bekerja di luar kota, maka hanya ayahnya yang menemaninya dan abang-abangnya di rumah. Data 16 Luis : Dia gak yang bersayap, yang warnanya hitam. AN6 : Hah? Luis : Warnanya hitam. Kutu, ato nyamuk, ato … AN6 : Aku tau Aaaah…nyamuuuuuk Luis : Nyamuk? Hah? Nyamuk? AN6 : Iya. Luis : Dia gak punya sayap? Warnanya hitam? Bera’ti berarti kutu. AN6 : Kutu? Kutu, kutu, kan? Ajarkanlah Mak, ku…kutu, mak, itam? Universitas Sumatera Utara Mama : Iya. AN6 : Nggak, balalti kan, kutu kan, alnanya coklat. Nggak, berarti kutu warnanya coklat Mama : Iya, ada juga coklat, tapi ada juga itam. AN6 : Coklat yang itam, dicampul. Warna kutu itu coklat bercampur hitam Mama : Ooh. Dalam data di atas dapat dilihat bahwa AN6 sudah mampu menghasilkan kalimat dalam modus deklaratif, interogatif dan imperatif, terlepas dari pengucapannya yang belum cukup jelas. AN6 sudah mampu menjawab pertanyaan abangnya dengan menggunakan kalimat pernyataan dalam modus deklaratif. Ketika AN6 tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh abangnya, AN6 juga menggunakan kalimat pernyataan dalam modus deklaratif. Hal ini dapat dilihat ketika AN6 yakin bahwa kutu berwarna coklat bukan berwarna hitam dengan mengatakan, “Nggak, balalti kan, kutu kan, alnanya coklat.” Dalam data di atas juga ditemukan bahwa AN6 sudah mampu menghasilkan kalimat pertanyaan dalam modus interogatif ketika AN6 bertanya kepada ibunya apakah kutu berwarna hitam atau bukan dengan berkata, “Mak, ku…kutu, mak, itam?”. AN6 juga sudah mampu menggunakan kalimat perintah dalam modus imperatif. AN6 berkata kepada abangnya, “Ajarkanlah”. Kalimat perintah dalam Universitas Sumatera Utara modus imperatif ini diucapkannya ketika AN6 meminta abangnya untuk memberi tahu kalau kutu memang berwarna hitam. Data 17 AN6 : Cedikit ya? Mama : Iya. AN6 : Mak, yang ini, mak, apa? Mama : Sendok. AN6 : Cendok untuk gula? Mama : Iya. Luis : Enaklah gulanya, ya kan, mak? AN6 : Mamak, potokan aku? Apakah mama sedang mengambil fotoku? Mama : Iya. Udah. Makanlah Do’a dulu AN6 : menggumamkan sesuatu yang tidak jelas Amen Mama : Ulangi dulu Kok, kok nggak jelas ngomongmu berdo’a. Ulangi Ayok AN6 : mengatakan sesuatu yang tidak jelas Mama : Ya udah. Makanlah Makan sayurnya AN6 : Nggak Mama : Sikit aja. Sikit. AN6 : Becok-becok, nggak mau pake’ cayul. Universitas Sumatera Utara Mama : Iya, iya, iya. Besok nggak usah pake’ sayur. Udah, makanlah Mari mamak suwir-suwir ikannya. AN6 : Kalo’ ada cayul, talok ke pinggilnya? Mama : Iya. Makan Bukan tarok pinggir. Makan AN6 : Mak, ambi’kanlah cendoknya Mama : Cuci dulu tanganmu Percakapan di atas diambil ketika AN6 akan makan. Dalam data di atas ditemukan bahwa AN6 paling banyak menggunakan kalimat pertanyaan. Namun, kalimat pertanyaan yang dihasilkan AN6 dinyatakan dalam berbagai modus. Pada awal percakapan AN6 menghasilkan kalimat pertanyaan dalam modus deklaratif untuk menyatakan bahwa dia akan makan sedikit saja. Kemudian AN6 menggunakan kalimat pertanyaan dalam modus interogatif untuk meminta jawaban kepada ibunya ketika AN6 bertanya mengenai sebuah benda, “Mak, yang ini, mak, apa?”. Kemudian ketika ibunya menjawab bahwa benda itu adalah sebuah sendok, AN6 bertanya lagi untuk menanyakan lagi apakah sendok tersebut adalah sendok yang digunakan untuk gula, dengan mengatakan “Cendok untuk gula?”. Kemudian ibunya menjawab, “Iya”. AN6 juga menghasilkan kalimat pertanyaan dalam modus interogatif yang membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak” yang lain dari ibunya. Hal ini dapat dilihat ketika AN6 bertanya, “Mamak potokan aku?” untuk menanyakan apakah ibunya sedang mengambil fotonya, ketika ibunya Universitas Sumatera Utara sedang merekamnya dan ketika dia bertanya, “Kalo’ ada cayul, talok ke pinggilnya?” karena AN6 tidak suka makan sayur. Dalam data tersebut ditemukan juga bahwa AN6 sudah mampu menghasilkan kalimat perintah dalam modus imperatif ketika AN6 meminta ibunya mengambil sendok dengan mengatakan, “Mak Ambi’kanlah cendoknya”. Selain itu ditemukan sebuah kalimat pernyataan dalam modus interjektif yang digunakan AN6 untuk mengungkapkan rasa tidak sukanya karena ibunya menyuruhnya memakan sayur dengan mengatakan, “Becok, becok, nggak mau pake’ cayul”. Secara keseluruhan AN6 dianggap sudah mampu menghasilkan kalimat dalam modus deklaratif, interogatif, imperatif dan interjektif dengan baik. AN6 juga sudah mampu menghasilkan kalimat multi kata. Walaupun pengucapan AN6 belum sempurna, namun AN6 memiliki kemampuan verbal yang baik sehingga orang yang berkomunikasi dengannya dapat mengerti maksudnya dengan baik.

4.2 Perbedaan Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia Anak Usia Dua

Tahun dan Tiga Tahun No. Anak Usia Dua Tahun Anak Usia Tiga Tahun 1. Belum mampu melakukan improvisasi dalam kalimat. Mampu melakukan improvisasi dalam kalimat. 2. Kalimat yang dihasilkan berada pada tingkat satu, dua dan tiga kata. Kalimat yang dihasilkan berada pada tingkat satu sampai tujuh kata multi kata. 3. Masih meniru ucapan orang lain. Tidak lagi meniru ucapan orang lain. Tabel 3. Perbedaan pemerolehan sintaksis anak usia dua tahun dan tiga tahun Universitas Sumatera Utara