Alasan-alasan Kasasi Upaya Hukum Keberatan, Kasasi, dan Eksekusi Putusan

waktu 14 empat belas haru, pihak yang keberatan terhadap Putusan Pengadilan Negeri dapat mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung. Dalam tingkat Kasasi, tidak diperiksa lagi tentang duduk perkara atau fakta-fakta sehingga tentang terbukti atau tidaknya peristiwa tidak akan diperiksa. Pemeriksaan pada tingkat Kasasi hanya berkenaan dengan tidak dilaksanakan atau ada kesalahan dalam pelaksanaan hukum. 19 Tidak semua putusan judex facti dapat dimohonkan Kasasi, menurut ketentuan Pasal 30 UU Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung selanjutnya disebut UU No. 14 Tahun 1985, permohonan Kasasi dibatasi terhadap alasan-alasan, yaitu dalam hal: i. Judex facti tidak berwenang atau melampaui batas wewenang; danatau; ii. Judex facti salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku; danatau; iii. Judex facti lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan. Alasan-alasan atau keberatan tersebut dituangkan dalam Memori Kasasi. Berdasarkan Pasal 47 ayat 1 UU No. 14 Tahun 1985, pemohon Kasasi wajib menyerahkan Memori Kasasi dalam tenggang waktu 14 empat belas hari setelah permohonan Kasasi diajukan. Dikatakan ―wajib‖ karena pemohon Kasasi yang tidak menyerahkan Memori Kasasi akan mengakibatkan permohonan Kasasi tersebut tidak memenuhi persyaratan formil sehingga permohonan Kasasi tersebut 19 Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 4275 KPdt1998, tanggal 25 Oktober 1999 dan Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 30 KPdt1995, tanggal 9 Februari 1998. tidak diperiksa dan ditolak. 20

c. Eksekusi Putusan

1 Sifat-sifat Putusan yang Dapat Dieksekusi Eksekusi adalah upaya paksa untuk melaksanakan suatu putusan yang telah berkekuatan hukum tetap in kracht van gewijsde. Tidak semua putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap mempunyai kekuatan untuk di eksekusi. Dalam kerangka UU No. 5 Tahun 1999, Putusan KPPU yang menyatakan pelaku usaha melanggar ketentuan undang-undang tersebut, mempunyai kekuatan eksekusi. Dalam konteks ini termasuk juga Putusan KPPU yang dimintakan keberatan kepada Pengadilan Negeri atau Kasasi kepada Mahkamah Agung, tetapi terhadap Keberatan dan Kasasi tersebut ditolak, maka juga memiliki kekuatan eksekusi. 21 Karena putusan Pengadilan Negeri atau Mahkamah Agung yang mengabulkan keberatan pelaku usaha tidak mempunyai kekuatan eksekusi. Sehingga KPPU serta merta tidak dapat meminta pelaksanaan eksekusi kepada Pengadilan Negeri fiat eksekusi. Pada prinsipnya, ada tiga faktor yang mengakibatkan suatu Putusan KPPU mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu: 22 20 Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 104. 21 Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 106. 22 Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 107. a Apabila pelaku usaha tidak mengajukan keberatan terhadap Putusan KPPU dalam tenggang waktu yang diberikan undang-undang Pasal 46 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999; atau b Apabila Pengadilan Negeri menolak alasan-alasan keberatan yang diajukan oleh pelaku usaha dan tidak ada permohonan Kasasi dalam tenggang waktu yang ditentukan undang-undang Pasal 45 ayat 3 UU No. 5 Tahun 1999; atau c Apabila Mahkamah Agung dalam tingkat Kasasi menolak alasan-alasan Keberatan yang diajukan oleh pelaku usaha. Putusan KPPU yang berisi sanksi administratif disebut dengan condemnatoir atau putusan yang bersifat menghukum. Sedangkan putusan yang isinya menyatakan bahwa pelaku usaha tertentu secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 disebut putusan declaratoir atau bersifat menerangkan. 23 Setiap putusan condemnatoir mengandung kekuatan eksekusi. 24 Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan bersifat condemnatoir wajib dilaksanakan oleh pelaku usaha. Ada dua cara melaksanakan putusan, yaitu: a Secara sukarela; atau b Dengan cara upaya paksa. Pelaksaan putusan secara sukarela berarti pelaku usaha memenuhi sendiri dengan sempurnya segala kewajibannya sesuai dengan amar putusan KPPU. Dalam tenggang waktu 30 tiga puluh hari setelah menerima pemberitahuan putusan, pelaku usaha wajib 23 Anna Maria, Sanksi Dalam Perkara Persekongkolan Tender Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Jakarta: KPPU, 2007, h. 30. 24 Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 109.