Ruang Lingkup Persekongkolan Tender Secara Umum dan
publik maupun di perusahaan swasta, karena dianggap dapat menghambat upaya pembangunan suatu negara.
Istilah persekongkolan selalu berkonotasi negatif. Hal ini terlihat dari berbagai kamus yang selalu mengartikan sebagai permufakatan atau
kesepakatan untuk melakukan kejahatan.
3
Demikian pula menurut Black’s Law Dictionary,
kata ’persekongkolan’ atau conspiracy didefinisikan sebagai penyatuan maksud antara dua orang atau lebih yang bertujuan
untuk menyepakati tindakan melanggar hukum atau kriminal melalui upaya kerjasama.
4
Hal tersebut terbukti melalui perumusan-perumusan dalam berbagai kamus yang selalu mengartikan sebagai permufakatan atau
kesepakatan melakukan kejahatan. Berikut merupakan pengertian tentang persekongkolan, yaitu:
Dalam kamus Dictionary of Law – L.B. Curzon, persekongkolan diartikan
sebagai conspiracy, yakni: ―conspiracy is if person agrees with any other person that a course
of conduct shall be pursued which if the agreement is carried out in accordance with their intentions, either can will necessarily
amount to or involve the commision af any offences by one or more of the parties to the agreement or be would do so but for the
existence of the facts which render any of the offences impossible, he is guilty of conspiracy to commit the offence or offence
question
.‖
5
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1996, h. 893.
4
Black’s Law Dictionary, Fifth Edition, St. Paul Minn.: West Publishing, 1979, p. 280.
5
L.B Curzon, Conspiracy, sixth edition, England: Pearson Education Limited, 2002, p. 88.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persekongkolan harus dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan tujuan
melakukan tindakan atau kegiatan bersama joint efforts suatu perilaku yang melawan hukum. Sehingga terdapat dua unsur persekongkolan, yaitu:
Pertama, adanya dua pihak atau lebih yang secara bersama-sama in concert melakukan perbuatan tertentu, kedua, perbuatan yang dilakukan
tersebut merupakan perbuatan melanggar hukum.
6
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Persekongkolan berasal dari kata ‘sekongkol’. Kata ‘sekongkol’ diartikan sebagai orang-orang
yang bersama-sama melakukan kejahatan.
7
Dari pengertian tersebut, unsur ‘sekongkol’, yang pertama adalah ada dua pihak atau lebih; kedua,
bersama-sama melakukan kejahatan. Hal ini terdapat dalam Al-quran Surat An-Nisaa ayat 29, Allah Swt. berfirman:
ً ﺮ ﺠﺘ ﻜﺘ ﱠﻻ ﻞﻄ ﻠ ﻢﻜ ﻴ ﻢﻜﻠ ﻤ ﻠﻜ ﺘﻻ ﻤٰ ﻴﺬﻠ ﻴ ٰﻴ ﻤﻴﺤﺮ ﻢﻜ ﻜ ﷲ ﺇ ۚﻢﻜﺴﻔ ﻠﺘﻘﺘﻻ ۚ ﻢﻜ ﻤ ﺾ ﺮﺘ ﻋ
“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang bathil kecuali
dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu, sesungguhnya
Allah Maha Penyayang Kepadamu.”Q.S. An Nisa [4]:29.
6
Yakub Adi Krisanto, ―Analisis Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 dan Karakteristik Putusan tentang Persekongkolan Tender‖, Jurnal Hukum Bisnis, vol. 24 No. 2, 2005, h. 41.
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Galia Media Press, 2000, h. 684.
Persekongkolan kerap
kali dipersamakan
dengan Kolusi
collusion , yaitu sebagai ―A secret agreement between two or more people
for deceitful or produlent purpose ‖, diartikan bahwa dalam hal Kolusi ini
ada suatu perjanjian rahasia yang dibuat oleh 2 dua pihak atau lebih dengan tujuan penipuan atau penggelapan yang serupa dengan istilah
konspirasi yang cenderung memiliki konotasi negatif.
8
Pasal 1 angka 8 UU No. 5 Tahun 1999 memberikan definisi persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerja sama yang
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang
bersekongkol. Dalam persekongkolan selalu melibatkan dua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1
The Sherman Act 1890 menyatakan bahwa, ―Every contract, combination
in the form of trust or otherwise, or conspiracy in restraint of trade commerce among the several states or with foreign nations, is declared to
be illegal …‖.
9
UU No. 5 Tahun 1999 membagi 3 bentuk persekongkolan yaitu: 1
Persekongkolan untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender;
2 Persekongkolan untuk memperoleh informasi yang dapat
diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan;
8
Asril Sitompul, Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, h. 31.
9
Lihat Pasal 1 The Sherman Act: ―Every contract, combination in the form of trust or otherwise, or conspiracy in restraint of trade commerce among the several states or with foreign
nations, is declared to be illegal …‖
3 Persekongkolan untuk menghambat produksi atau pemasaran
barangjasa.
Persekongkolan tender diatur pada Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, yang selengkapnya berbunyi:
‖Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan terjadin ya persaingan usaha tidak sehat.‖
KPPU memberikan definisi persekongkolan tender ketika memeriksa perkara Tender PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk
– Putusan No. 03KPPU-I2003
– yaitu kerjasama antara dua pihak atau lebih, secara terang-terangan maupun diam-diam melalui tindakan penyesuaian
concerted action dan atau membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan comparing Bid prior to submission dan atau menciptakan
persaingan semu sham competition dan atau menyetujui dan atau memfasilitasi dan atau tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun
mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender
tertentu.
10
Dalam Pedoman Tentang Larangan Persekongolan Dalam Tender Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dikemukakan bentuk-bentuk persengkongkolan antara lain:
10
Yakub Adi Krisanto, Pelaksanaan Keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah Dan Indikasi Persekongkolan Tender Di Kota
Salatiga, Jurnal Studi Pembangunan Interdisplin, Volume XVIII No. 1 April – Juni 2006.
1 Melakukan pendekatan dan kesepakatan-kesepakatan dengan
penyelenggara sebelum pelaksanaan tender; 2
Tindakan saling memperlihatkan harga penawaran yang akan diajukan dalam pembukaan tender di antara peserta;
3 Saling melakukan pertukaran informasi;
4 Pemberian kesempatan secara eksklusif oleh panitia atau pihak
terkait; 5
secara langsung maupun tidak langsung kepada peserta tertentu; 6
Menciptakan persaingan semu antarpeserta; 7
Tindakan saling menyesuaikan antarpeserta; 8
Menciptakan pergiliran waktu pemenang; 9
Melakukan manipulasi persyaratan teknis dan administratif.