Merek berfunsi pula sebagai pemberi daya tarik pada barang- barang dan jasa-jasa, dan sekaligus juga merupakan iklan atau reklame
bagi barang-barang atau jasa-jasa yang ditandai dengan merek tersebut. Di samping merek dagangnya sendiri, kemasan atau bungkus dari
barang-barang merupakan media iklan yang langsung dapat dilihat oleh para konsumen sendiri.
Daya tarik dari suatu merek itu sangat penting untuk menarik perhatian pembeli dan dalam hal ini, kesan pada pandangan pertama
sangat mempengaruhi penentuan sikap dari para pembeli. Fungsi daya tarik ini makin penting peranannya, terutama dalam sistem penjualan
modern di toko-toko serba ada, dimana barang-barang dikelompokkan menurut menurut jenisnya sehingga persaingan di antara barang-barang
sejenis yang berasal dari berbagai produsenpedagang sangatlah ketatnya.
Agar mempunyai daya tarik, suatu merek biasanya dibuat berbentuk singkat sugestif, dengan warna-warna yang menarik atau
dengan corak khusus, semuanya dengan tujuan agar mudah diingat oleh para konsumen, sehingga setiap kali hendak membeli barang-barang
kesukaanya, konsumen yang bersangkutan dengan mudah dapat menemukannya di antara kumpulan berbagai merek-merek dari barang-
barang yang sejenis yang berasal dari berbagai produsenpedagang.
3. Jenis Merek
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 mengatur tentang jenis-jenis merek, yaitu sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat 2 dan 3 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 yaitu merek dagang dan merek jasa.
Di samping jenis merek sebagaimana yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2001, ada juga pengklasifikasian lain yang
didasarkan kepada bentuk atau wujudnya.
Bentuk atau wujud merek itu Suryatin dimaksudkan untuk membedakan dari barang sejenis milik orang lain. Oleh karena adanya
pembedaan itu, maka terdapat bebrapa jenis merek yakni
5
:
1. Merek lukisan beel mark
2. Merek kata word mark
3. Merek bentuk form mark
4. Merek bunyi-bunyian klank mark
5. Merek judul title merk
Selanjutnya R.M Suryodiningrat mengklasifikasikan merek dalam tiga jenis yaitu:
6
1. Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja. Misalnya: Good Year,
Dunlop, sebagai merek untuk ban mobil dan ban sepeda. 2.
Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak pernah, setidak-tidaknya jarang sekali dipergunakan.
5
Suryatin, Hukum Dagang I dan II, h. 87
6
R.M. Suryodiningrat, Aneka Hak Milik Perindustrian, Bandung: Tarsito, 1981, h.15
3. Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali dipergunakan.
Misalnya: Rokok putih merek “Escort” yang terdiri dari lukisan iring- iringan kapal laut dengan tulisan di bawahnya “Escort”.
4. Merek Yang Dapat dan Tidak Dapat Didaftarkan
Sebuah merek dapat disebut merek bila memenuhi syarat mutlak berupa adanya daya pembeda yang cukup capable of distinguishing.
Maksudnya, tanda yang dipakai sign tersebut mempunyai kekuatan untuk membedakan barang atau jasa yang diproduksi sesuatu perusahaan
dari perusahaan lainnya. Untuk mempunyai daya pembeda ini, merek harus dapat memberikan penentuan individualisering pada barang atau
jasa yang bersangkutan
7
. Tidak semua tanda yang memnuhi daya pembeda dapat didaftar
sebagai sebuah merek. Permohonan pendaftaran merek yang diajukan pemohon yang beritikad tidak baik tidak dapat didaftar. Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyatakan bahwa merek yang tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang
beritikad tidak baik. Pemilik merek yang beritikad baik adalah pemilik yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa apa pun untuk
membonceng, meniru atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain
7
Muhammad Djumhana dan R.Djubaedilah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teoori dan Prakteknya di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, h. 156
menimbulkan persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen
8
. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyatakan,
merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini
9
: 1.
Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.
Tanda-tanda yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku tidak dapat diterima sebagai merek,
karenanya tidak dapat didaftar. Hanya tanda-tanda yang tidak bertentangan dengan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang dapat diterima sebagai merek, selanjutnya dapat didaftar. Demikian pula dilarang pemakaian tanda-tanda yang
menurut pandangan masyarakat umum maupun golongan masyarakat tertentu bertentangan dengan moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum, terutama tanda-tanda yang dapat menimbulkan salah paham di kalangan pembeli. Dalam pengertian
bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum adalah apaabila penggunaan tanda tersebut dapat
menyinggung perasaan, kesopanan, ketentraman, dan keagamaan
8
Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Bandung: PT Alumni, 2003 h. 326
9
Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, h. 328-329