Perlindungan Merek Asing dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2 Digunakan untuk jenis barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau tidak sesuai merek yang didaftar. 3 Adanya larangan impor, larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang menggunakan merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang berwenang yang bersifat sementara; atau larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. h. Menurut Pasal 69, gugatan pembatalan pendaftaran Merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 lima tahun sejak tanggal pendaftaran merek. Batas waktu ini tidak ada apabila merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum. i. Pada Pasal 76 Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 menyebutkan, penyelesaian sengketa terhadap merek dapat dilakukan melalui ganti rugi, atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan merek yang bersangkutan.

B. Dampak Pelanggaran Merek Asing Terhadap Perkembangan Investasi

Asing Di Indonesia Cita-cita negara Republik Indonesia adalah sebagaimana yang terdapat pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu tidak lain untuk menyejahterakan masyarakat. Untuk mencapai cita-cita itu tidaklah semudah membalikan telapak tangan, namun butuh kerja keras dari semua pihak. Salah satu cara untuk mencapai cita-cita itu adalah negara harus melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan modal yang tidak sedikit, apabila hanya mengandalkan modal dan sumber dana pemerintah, hampir dapat dipastikan agak sulit mencapai kesajahteraan masyarakat tersebut. Untuk itu dibutuhkan sumber dana lain, salah satu sumber tersebut melalui investasi modal asing 5 . Keberadaan investasi yang ditanamkan oleh investor asing ini, ternyata memberikan dampak positif di dalam pembangunan suatu negara. Dampak positif tersebut dikemukakan oleh Adi Harsono berdasarkan bukti-bukti dari keberadaan investasi asing atau perusahaan asing, diantaranya 6 ; 1. Masalah gaji. Perusahaan asing membayar gaji pegawainya lebih tinggi dibandingkan gaji rata-rata nasional. Di Amerika misalnya, perusahaan asing membayar 4 lebih tinggi pada tahun 1989 dan 6 lebih tinggi pada tahun 1996 dibandingkan perusahaan domestik. 2. Perusahaan asing menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Di Amerika, jumlah lapangan kerja yang diciptakan perusahaan asing menncapai 1,4 per tahun dari 1989 sampai dengan 1996. Dandingkan dengan 0,8 yang diciptakan 5 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h. 3-4 6 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008, h. 84-85. oleh perusahaan domestik. Di Inggris dan Prancis, lapangan kerja di perusahaan asing naik 1,7 per tahun, sebaliknya lapangan kerja di perusahaan domestik justru menyusut 2,7. 3. Perusahaan asing tidak segan-segan mengeluarkan biaya di bidang pendidikan. Jumlah pelatihan dan di bidang penelitian RD di negara tempat mereka menanamkan investasinya mencapai 12 dari total pengeluaran RD di Amerika Serikat, di Prancis 19, dan 40 di Inggris. Bukti-bukti yang telah dijabarkan tersebut memberikan pandangan bahwa jika Indonesia mampu menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, serta mengolahnya secara tepat, bukan tidak mungkin cita-cita negara untuk menciptakan kesejahteraan masyarakatnya akan tercapai. Namun jika jumlah investasi asing itu mengalami penurunan, maka yang terjadi justru sebaliknya, pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai, tingkat pengangguran bertambah dikarenakan minimnya lapangan pekerjaan, dan hal tersebut akan berdampak pada tingkat kemiskinan yang semakin bertambah 7 . Tentunya, jika hal itu terjadi maka untuk mencapai cita-cita bangsa hanyalah hayalan belaka. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan investor asing ingin menanamkan modalnya di suatu negara, tentunya hal itu bertujuan untuk dapat menghasilkan keuntungan yang optimal dan juga dapat meminimalkan kerugian. Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan investasi tersebut 7 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h. 70-71 adalah mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif, diantaranya mencakup: 8 1. Forum penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan nasional, badan arrbitrase nasional dan internasional, maupun forum penyelesaian sengketa alternatif lainnya. 2. Efektifitas keberlakuan dari hukum yang diterapkan dalam sengketa tersebut. 3. Proses pengambilan keputusan yang cepat dengan biaya yang wajar. 4. Netralitas dan profesionalisme hakim, arbiter, atau pihak ketiga yang diikutkan dalam proses pengambilan putusan. 5. Efektifitas pelaksanaan atau implementasi keputusan pengadilan, badan arbitrase, dan badan-badan penyelesaian sengketa lainnya. 6. Kepatuhan para pihak terhadap keputusan yang dihasilkan. Sebaliknya, mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak efektif dan tidak adil serta tidak menjamin adanya kepastian hukum dan penegakannya, tidak hanya akan mengurungkan niat investor untuk menanamkan modal, bahkan lebih jauh dapat mendorong investor melakukan relokasi dan pelarian modal ke negara lain. Berdasarkan pernyataan diatas tentunya pelanggaran terhadap merek asing mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan investasi asing di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya pelanggaran merek, 8 Indra Bagus Rahmadi Supancan, Kerangka Hukum Dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006, h. 8-9