Paris Convention Perlindungan Merek Asing Dalam Konvensi Internasional

services which are not similar to those in respect of which a trademark is registered, provided that use of that trademark in relation to those goods or services would indicate a connection between those goods or services and the owner of the registered trademark and provided that the interest of the owner of the registered trademark are likely to be damaged by such use”. Maksud dari Pasal 16 ayat 3 TRIPs ini adalah bahwa yang penting berkenaan dengan perlindungan merek terkenal untuk barang dan atau jasa yang tidak sejenis, yaitu bahwa jika terdapat kesan keterkaitan yang erat antara barang yang menggunakan merek tersebut dengan produsennya dan jika pemakaian atau pendaftaran oleh orang lain untuk barang yang tidak sejenis sekalipun akan dapat merugikan kepentingan si pemilik merek terdaftar itu. Dalam hal ini faktor “confusion of business connection” merupakan salah satu pertimbangan untuk menentukan apakah merek yang sama dengan merek terkenal, akan tetapi didaftarkan untuk barang yang tidak sejenis itu bisa ditolak atau dibatalkan 3 .

c. Madrid Agreement

Jumlah anggota dari Madrid Agreement saat ini adalah 28 negara, dan Cina baru-baru ini telah menandatanganinya. Indonesia sendiri sampai saat ini belum mendaftarkan dirinya terhadap konvensi ini. Pasal 1, 2, dan 3 Madrid Agreement menentukan bahwa Madrid Agreement berhubungan dengan perjanjian hak merek dagang melalui 3 Suyud Margono, Hak Milik Industri: Pengaturan dan Praktik di Indonesia, h. 106 pendaftaran merek dagang internasional yang berdasarkan pendaftaran di negara asal. Pendaftaran internasional tersebut memungkinkan diperolehnya perlindungan merek dagang di seluruh negara anggota Madrid Agreement melalui satu pendaftaran saja, tetapi perlindungan ini bukan perlindungan seragam, melainkan perlindungan terhadap negara anggota terhadap warga negaranya Pasal 4 ayat 1. Jika pendaftaran internasional itu dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan setelah tanggal pengajuan permohonan di negara asal, perlindungan berdasarkan pendaftaran internasional akan memperoleh prioritas berlaku surut sejak tanggal pengajuan permohonan pertama 4 . Pendaftaran internasional dinyatakan tidak berlaku jika dalam jangka waktu 5 tahun pertama pendaftaran internasional tersebut, pendaftaran dasar di negara asal dicabut atau tidak diberlakukan. Setelah jangka 5 tahun, tuntutan atas pencabutan merek dagang harus dibuat bebas di masing-masing negara yang memberlakukan merek dagang itu Pasal 6. Pendaftaran internasional berlaku selama 20 tahun dan dapat diperbaharui Pasal 7.

d. Trademark Law Treaty

Trademark Law Treaty mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus 1996. Indonesia sendiri menjadi bagian dari konvensi ini melalui 4 Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013, h. 341 Keppres Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Pengesahan Trademark Law Treaty. Pada dasarnya Trademark Law Treaty ini mengatur masalah prosedural dalam hal pendaftaran merek berupa persyaratan maksimum untuk mengajukan permohonan pendaftaran, pencatatan perubahan nama dan alamat, pencatatan perubahan pemilik serta pembaharuan merek. Pada Trademark Law Treaty terdapat beberapa pasal mengenai perlindungan merek terkenal, sebagaimana yang terdapat pada Pasal 15 dan 16 Trademark Law Treaty. Pada Pasal 15 Trademark Law Treaty mengharuskan negara anggota untuk mengikuti ketentuan-ketentuan dalam Paris Convention tentang merek. Trademark Law Treaty tidak mengharuskan untuk menjadi anggota Paris Convention, tetapi cukup hanya sebagai anggota WIPO. Jadi untuk negara-negara yang bukan anggota dari Paris Convention, dalam Trademark Law Treaty berlaku juga ketentuan- ketentuan tentang merek termasuk Pasal 6 bis Paris Convention. Sedangkan pada Pasal 16 menjelaskan bahwa anggota Trademark Law Treaty wajib mengikuti ketentuan Pasal 6 bis Paris Convention terhadap merek dagang dan merek jasa.

2. Perlindungan Merek Asing dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001