itu Indonesia juga telah meratifikasi konvensi Paris Union dengan Keppres Nomor 15 Tahun 1997.
Pelanggaran merek akhir-akhir ini sering kali terjadi akibat semakin ketatnya persaingan usaha, salah satunya pelanggaran merek dagang asing
khususnya merek asing yang sudah terkenal. Pelanggaran semacam ini terjadi terjadi ketika suatu merek ini belum terdaftar di Direktorat Jendral
Hak Kekayaan Intelektual HKI, kemudian didaftarkan oleh pihak yang tidak berhak. Akibatnya permohonan pendaftaran pemilik merek yang asli
terganggu, atau bahkan ditolak oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual HKI karena dianggap serupa dengan merek yang sudah
terdaftar sebelumnya. Kasus seperti ini pernah terjadi di Indonesia, yakni yang terjadi pada kasus merek dagang Bodycology untuk produk
kecantikan milik Advanced Beauty Systems Inc. penggugat yang berkedudukan di Suite 400 57201 BJ Freeway, Dallas, Texas 75240
Amerika Serikat. Merek Bodycology telah terdaftar di amerika dan di berbagai negara di eropa. Advanced Beauty Systems Inc. saat ingin
mendaftarkan produknya di Indonesia, ternyata produk serupa dengan merek bodycology No. IDM000289450 milik Sherly Nyolanda tergugat
sudah terdaftar terlebih dahulu di Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual HKI pada tanggal 17 Januari 2011. Sedangkan jika
dibandingkan dengan pendaftaran merek bodcology milik tergugat pendaftaran merek Bodycology milik Advanced Beauty Systems Inc. di
negara asalnya Amerika sudah didaftarkan pada tahun 1992. Advanced
Beauty Systems Inc. melalui pengacaranya mengajukan gugatan pembatalan
merek terdaftar
atas pendaftaran
Bodycology No.
IDM000289450 milik tergugat, dikarenakan merek milik tergugat secara jelas mempunyai persamaan pada pokoknya sebagaimana yang terdapat
pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, selain itu tergugat diduga tidak mempunyai itikad baik dalam mendaftarkan produknya.
Penulis pada penelitian ini ingin mengkaji putusan hakim yang justru menolak gugatan Advanced Beauty Systems Inc. terhadap Sherly
Nyolanda. Berkaitan dengan hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang
masalah di atas, penulis tertarik untuk memilih judul
“Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Asing Di Indonesia
Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor:69PDT.SUSMerek 2013PN.Niaga.Jkt. Pst.
” B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan mengenai pelanggaran merek asing ini, tentunya akan berhubungan dengan berbagai bidang, namun dalam penelitian ini agar
masalah yang akan penulis bahas tidak meluas sehingga mengakibatkan ketidakjelasan pembahasan masalah. Maka penulis akan mambatasi masalah
yang akan diteliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 di Indonesia serta dampak dari
permasalahan HKI ini khususnya merek terhadap perkembangan investasi asing di Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah efektivitas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
dalam melindungi merek dagang asing di Indonesia ? b.
Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap merek asing di Indonesia berdasarkan dengan konvensi internasional yang telah
diratifikasi oleh Indonesia ? c.
Bagaimana Putusan
Pengadilan Niaga
69PDT.SUS Merek2013PN.Niaga.Jkt.Pst. jika dikaitkan dengan Undang-Undang
Nomor 15 tahun 2001 dan Konvensi Internasional ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah : a.
Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap merek asing di Indonesia berdasarkan dengan konvensi internasional
yang telah diratifikasi oleh Indonesia. b.
Untuk mengkaji Putusan Pengadilan Niaga 69PDT.SUS Merek2013PN.Niaga.Jkt.Pst terhadap dengan Undang-Undang
Nomor 15 tahun 2001 dan Konvensi Internasional.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan bisa menjadi pendalaman materi Ilmu Hukum tentang perlindungan
hukum terhadap
merek asing
terkenal dalam
memperdagangkan produk barang dan jasa di Indonesia. Selain itu juga sebagai sumbangan pemikiran keilmuan pengembangan dalam Hukum
Bisnis, khususnya di Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Sebagai bahan informasi kepada masyarakat maupun pengusaha dalam menjalankan bisnisnya, terutama yang berhubungan dengan
merek. Disamping itu juga sebagai bahan masukan kepada para pihak terkait persoalan Hak Kekayaan Intelektual dalam menyelesaikan perkara
khususnya yang berkaitan dengan merek.
D. Tinjauan Review Kajian Terdahulu
Untuk menghindari kesamaan judul dalam penelitian ini, penulis telah melakukan penelusuran studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas UIN Syarif
Hidayatullah tahun 2014, disusun oleh Dwi Anto NIM. 109048000032,
dengan judul, “Tinjauan Yuridis Terhadap Peniruan Merek Helm
“INK” Oleh Merek Helm “INX” Analisis Putusan Nomor:
68Merek2012.PN.Niaga.Jkt.Pst “. Penulis diatas hanya membahas
antara sengketa merek dagang nasional saja dan persamaan antara kedua merek dagang tersebut berdasarkan perundang-undangan nasional.
Sedangkan pada skripsi ini membahas mengenai sengketa antara pelanggaran merek asing oleh merek nasional berdasarkan perundang-
undangan nasional dan konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh
Indonesia. 2.
Skripsi Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang tahun 2013, disusun oleh Lukman Kardiasa, dengan judul,
“Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Dari Tindakan
Pelanggaran Terhadap Merek Terkenal studi implementasi pasal 94 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek studi di Pasar
Besar Malang ”. Penulis diatas membahas mengenai perlindungan
hukum terhadap merek nasional saja, serta dampaknya terhadap penjualan di Pasar Besar Malang saja. Sedangkan pada skripsi ini
membahas mengenai perlindungan merek dagang asing di indonesia serta
dampaknya terhadap perkembangan investasi asing di Indonesia. 3.
Buku dari Tim Lindsey, dkk. Hak Kekayaan Intelektual; Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung, 2013. Pada buku karangan Tim
Lindsey, dkk ini hanya menguraikan secara singkat mengenai kasus- kasus pelanggaran merek asing di indonesia dan tidak membahas secara
gamblang mengenai konvensi-konvensi internasional yang terkait
sengketa merek.
E. Kerangka Teoristis
Menurut Fitzgerald, Teori perlindungan hukum Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dam mengkoordinasikan berbagai
kepentingan dalam masyrakat karena dalam suatu lalulintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara
membatasi berbagai kepentingan di lain pihak
7
. Menurut Satijipto Raharjo, Perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap hak asasi manusia HAM yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum
8
. Tujuan hukum pada hakikatnya menciptakan ketertiban dan
memberikan rasa aman antar anggota masyarakat. Begitu pula dalam perlindungan hukum pada hak kekayaan intelektual khususnya merek. Perlu
dipahami makna hukum kekayaan intelektual itu sendiri sebagai hak milik atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
Sebelum munculnya undang-undang yang mengatur mengenai hak kekayaan intelektual, perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual menggunakan
pendekatan hukum kebendaan seperti yang diatur dalam KUHPerdata
9
. Hak
milik berdasarkan Pasal 570 KUHPerdata “Hak milik adalah hak untuk
menikmati suatu barang secara leluasa dan untuk berbuat terhadap barang itu
7
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000, h. 53.
8
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, h. 54.
9
Riduan Syahraini, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 2004, h.107