Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere padat secara gravimetri
PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN SABUN MANDI
SERE PADAT SECARA GRAVIMETRI
TUGAS AKHIR
OLEH:
RIFKA NADYA SARI
NIM 102410056
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN SABUN MANDI
SERE PADAT SECARA GRAVIMETRI
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RIFKA NADYA SARI NIM 102410056
Medan, Februari 2014 Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001
Disahkan Oleh: Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere padat secara gravimetri”. Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program studi Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas akhir ini disusun berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.
Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada: Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulis Tugas Akhir ini, Ibu Dra., Masfria, M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademik penulis selama melaksanakan pendidikan pada program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi USU, Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai Ketua Program Studi Diploma III Analisis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU, Bapak Drs. Rasmadin, Mukhtar, M.S., Apt., sebagai Sekretaris, Program studi Diploma D III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi USU, Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU, Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analisis Farmasi dan Makanan
(4)
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Seluruh staf dan karyawan BBPOM di Medan yang telah membantu selama melaksanakan PKL, Ayahanda Sunardi S.P., dan Ibunda Sumarlia, kedua abang penulis Rifki Azhari S.P., dan Muhdan Syahrovy S.P., beserta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dan teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2010, adik-adik angkatan 2011, 2012 dan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan Tugas Akhir ini, baik kekurangan dalam materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga hasil Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2014 Penulis,
Rifka Nadya Sari NIM 102410056
(5)
Penetapan kadar pada sediaan sabun mandi sere padat secara Gravimetri
Abstrak
Sabun mandi adalah syarat Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan (SNI, 1994).
Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere bertujuan untuk mengetahui apakah kadar air yang terdapat dalam sabun mandi sere memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere dan dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.
Pada percobaan penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere dengan metode pengeringan, diketahui bahwa Sabun mandi sere yang diuji mengandung air dengan 8,14%. Dari hasil yang diperoleh, sabun mandi sere yang diuji memenuhi persyaratan kadar air, sesuai dengan SNI 01-3710-1994, dimana rentang kadar air yang diperbolehkan untuk sabun mandi adalah maksimal sesuai dengan SNI 06-3532-1994 yaitu maksimal 15%.
(6)
Assay of the preparation of solid soap sere gravimetrically
Abstract
Bath soap is sodium or potassium requirements with fatty acids from vegetable oils and animal fats are solid, soft or liquid. Is used as a foaming cleanser, by adding fragrance substances, and other materials that are not harmful to health (SNI,1994)
Determination of water content on the preparation of soap sere aims to determine whether the water content contained in the soap requirements sere meets specified in Indonesian National Standard (SNI). Determination of water content on the preparation of soap sere and carried a large hall food and drug regulatory (BBPOM) in Medan.
In the experimental determination of the water content on the preparation of soap sere with drying method, It is known that the cerebellum soap tested by water containing 8,14%. From the results obtained bath soap sere tested meet the requirements of the water content, in accordance with SNI 01-3710-1994, where the moisture content range that is allowed for a maximum of soap is in accordance with SNI 06-3532-1994 is a maximum of 15%.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Sabun Mandi ... 3
2.1.1 Definisi Sabun Mandi ... 3
2.1.2 Proses Pembuatan Sabun Mandi ... 4
2.1.3 Komposisi Sabun ... 5
2.1.4 Saponifikasi ... 6
2.2 Syarat Mutu Sabun Mandi ... 8
2.2.1 kegunaan sabun ... 9
2.2.2 Jenis-jenis Sabun ... 9
(8)
2.3 Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan ... 11
2.3.1. Gaya tegangan permukaan ... 11
2.4 Lemak dan Minyak ... 12
2.4.1 Bahan pengisi ... 13
2.5 Uraian tumbuhan ... 13
I . Morfologi tumbuhan ... 12
II. Nama daerah ... 14
III. Sistematika tumbuhan ... 14
IV. Kandungan kimia minyak sere ... 15
2.6 Penetapan Kadar Air ... 15
2.6.1 Metode Pengeringan ... . 15
2.6.2 Metode Gravimetri ... . 16
BAB III METODE PENGUJIAN ... 17
3.1 Tempat Pengujian ... 17
3.2 Penetapan Kadar Air Dalam Sabun Mandi Sere dengan metode Pengeringan ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
4.1 Hasil ... 19
4.2 Pembahasan ... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21
5.1 Kesimpulan ... 21
(9)
DAFTAR PUSTAKA ... 22
LAMPIRAN I ... 24
LAMPIRAN II ... 28
(10)
Penetapan kadar pada sediaan sabun mandi sere padat secara Gravimetri
Abstrak
Sabun mandi adalah syarat Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan (SNI, 1994).
Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere bertujuan untuk mengetahui apakah kadar air yang terdapat dalam sabun mandi sere memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere dan dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.
Pada percobaan penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere dengan metode pengeringan, diketahui bahwa Sabun mandi sere yang diuji mengandung air dengan 8,14%. Dari hasil yang diperoleh, sabun mandi sere yang diuji memenuhi persyaratan kadar air, sesuai dengan SNI 01-3710-1994, dimana rentang kadar air yang diperbolehkan untuk sabun mandi adalah maksimal sesuai dengan SNI 06-3532-1994 yaitu maksimal 15%.
(11)
Assay of the preparation of solid soap sere gravimetrically
Abstract
Bath soap is sodium or potassium requirements with fatty acids from vegetable oils and animal fats are solid, soft or liquid. Is used as a foaming cleanser, by adding fragrance substances, and other materials that are not harmful to health (SNI,1994)
Determination of water content on the preparation of soap sere aims to determine whether the water content contained in the soap requirements sere meets specified in Indonesian National Standard (SNI). Determination of water content on the preparation of soap sere and carried a large hall food and drug regulatory (BBPOM) in Medan.
In the experimental determination of the water content on the preparation of soap sere with drying method, It is known that the cerebellum soap tested by water containing 8,14%. From the results obtained bath soap sere tested meet the requirements of the water content, in accordance with SNI 01-3710-1994, where the moisture content range that is allowed for a maximum of soap is in accordance with SNI 06-3532-1994 is a maximum of 15%.
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Pada dasarnya pemisahan zat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan dan setelah dingin ditimbang. kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semula (Rivai, 1995).
Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan). Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan stabil, sehingga dapat diketahui berat tetapnya (Rohman, 2009).
Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan kimiawi, enzimatik, dan mikrobioligik pada suatu produk kosmetik sehingga produk tersebut tidak layak digunakan, maka tugas akhir ini berjudul “Penetapan Kadar Air pada sediaan sabun mandi sere padat secara gravimetri“. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.
(13)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere padat secara gravimetri adalah untuk mengetahui apakah kadar air yang terdapat dalam sediaan sabun mandi sere padat memenuhi persyaratan kadar air yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere padat secara gravimetri adalah agar dapat mengetahui bahwa produk kosmetika sabun mandi sere yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan kadar air Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga produk tersebut layak untuk digunakan.
(14)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sabun Mandi
2.1.1 Definisi Sabun Mandi
Sabun mandi adalah sabun yang mengandung Natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan (SNI, 1994). Pertama: Sabun cenderung mengendapkan ion k dan mg yang kadang terdapat di air (disebut sebagai air berat hard water) yang akan mengurangi daya pembersih sabun. Endapan garam k atau mg di dasarkan bathtub berbentuk cincin ( bathring) (Wasitaatmadja, 2006).
Kedua: Sabun terdiri atas substansi alkalis kuat (NaOH dan KOH) dan asam lemah (asam lemak jenuh atau tidak jenuh), yang dapat mengiritasi kulit. Untuk menanggulangi hal tersebut, digunakan sulfoleat (dibuat dari asam sulfat dan minyak zaitun), alkil naftalen sulfonat, fatty alcohol, sulfat, alkil benzen sulfonat, dan alkilfenol, pliglikol ester untuk menanggulangi masalah kedua, secara sintetik dibuat bahan sulfat alkohol baru dan minyak sulfonat. Dari lemak dibuat as.lemak, dari as.lemak dibuat fatty alkohol, alkohol sulfat dari fatty alcohol dan berbagai jenis lainnya (Wasitaatmadja, 2006).
Secara kimia fisik, bahan pembersih ini bersifat surface active substance (surfaktan), sehingga berdaya larut baik terhadap kotoran maupun lemak. Tidak
(15)
semua jenis surfaktan sintetik dapat digunakan untuk pembersih kulit. Pengalaman dari ahli kimia, ahli kosmetika, dan dokter kulit untuk membentuk formula yang optimal yang sangat diperlukan. Berbagai substansi lain diperluka n, Misalnya protektor terhadap kulit, antiiritasi, dan bahan-bahan superfatty. Pengalaman teknis fasilitas pengujian dan asupan klinis para dokter kulit diperlukan untuk membuat sabun secara sempurna (Wasitaatmadja, 2006 ).
Sapo, yang merupakan asal kata proses pembuatannya saponifikasi (penyabunan) dan dekat dengan kata soap.
2.1.2 Proses Pembuatan Sabun Mandi
Sabun merupakan Salah satu Surfaktan yang terbuat dari reaksi antara minyak atau lemak dengan suatu alkali reaksinya dikenal dengan nama reaksi saponifikasi. Proses pembuatan sabun dibedakan menjadi 3, yaitu: cold proses, Semi hot proses, dan hot proses. Pada cold proses pembuatan hanya dilakukan dengan pencampuran antara minyak dengan alkali kemudian diaduk hingga kental dan terakhir dicetak. Sedang pada semi hot proses, lemak dan minyak di panaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 70 derajat. Kemudian baru dilakukan pencampuran dalam keadaan panas, pengadukan hingga kental kurang lebih 30 menit setelah di aduk maka akan terjadi dua lapisan, yaitu lapisan atas berupa gliserin dan lapisan bawah adalah merupakan sabun, pisahkan antara keduanya, pada sabun ditambahkan zat aditif seperti pewangi dan pewarna, aduk kembali hingga rata, terakhir dicetak dan didiamkan selama dua minggu dan sabun siap digunakan pada hot proses. Proses pembuatan sabun tidak jauh berbeda dengan semi hot proses, yaitu minyak atau lemak dipanaskan hingga mencapai 120
(16)
derajat, Kemudian dilakukan pencampuran, pengadukan, pemisahan antara gliserin dan sabun yang terjadi, terakhir ditambahkan zat pendukung yaitu pewarna dan pewangi, setelah dicetak dan dibiarkan selama dua minggu baru sabun siap digunakan. Pada proses pembutan Sabun, Jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan seperti minyak zaitun (Sumpena, 2003).
Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan sabun antara lain, Minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm oil), minyak kedelai (soy bean oil) dan lain-lain. Masing-masing mempunyai karakter dan fungsi yang berlainan (Wikipedia, 2007).
2.1.3. Komposisi Sabun
Sabun konvensional yang dibuat dari lemak dan minyak alami dengan garam alkali serta sabun detergen saat ini yang dibuat dari bahan sintetik, biasanya mengandung surfaktan, pelumnas, antioksidan, deodorant, warna, parfum, pengontrol pH, bahan tambahan khusus (Wasitaatmadja, 2006).
Reaksi penyabunan (safonifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH Atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin.
Proses Saponifikasi Sabun
C3H5 (OOCR)3 + 3NaoH C3H5 (OH)3 + 3NaOOCR As.lemak alkali Gliserin Sabun atau
(17)
O
CH2 – O – C – R CH2 - OH
O Panaskan
CH2 - O – C - R +3NaOH 3RCOONa + CH2 - OH O natrium Garam natrium
CH2 – O – C – R hidroksida acid lemak CH2- OH (alkali) (Sabun) Alkohol (Gliserol) Ester
(Minyak atau lemak) (Sumpena, 2003). 2.1.4. Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak/lemak di campur dengan larutan alkali. Dengan kata lain saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereakasikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesa dan air serta garam karbonil (sejenis sabun) (Sumpena, 2003).
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang akan menghasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai Sabun asam lemak yang digunakan yaitu asam lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya dan bersifat kurang stabil sehingga sangat mudah bereaksi dengan unsur lain. Basa alkali yang digunakan yaitu basa-basa yang menghasilkan garam-garam basa lemah seperti NaOH, KOH, NH4OH, K2CO3 dan lainnya. Sabun menjadi produk yang berasal
(18)
Langkah pertama dari proses saponifikasi ini adalah pembentukan sabun dimana trigliserida (lemak/minyak), natrium oksida, larutan elektrolit berupa garam natrium dan alkali dari pencucian diumpan kedalam autoklaf, dipanaskan dan diaduk pada suhu 1200 C dan tekanan 2 atm. Lebih dari 99,5 % lemak berhasil disaponifikasi pada proses ini. Hasil reaksi kemudian dimasukkan kedalam sebuah pendingin berpengaduk dengan suhu 85-900 Sebanyak 1,2 – 1,4% NaCl ditambahkan kedalam sabun untuk mengontrol viskositas larutan. Garam NaCl adalah larutan elektrolit yang biasa digunakan untuk mempertahankan agar viskositas sabun tetap rendah. Kemudian komponen ini diumpan ke turbidisper C. Disini hasil saponifikasi disempurnakan sehingga terbentuk 2 fase produknya yaitu sabun dan lye. Turbidisper, mikser (pencampur), pompa untuk sirkulasi dan tangki netralisasi merupakan bagian terpenting pada proses ini. Asam lemak dan kaustik soda dicampur dalam turbidisper yang dilengkapi dengan dialirkan kedalam mixer yang dilengkapi dengan jeket pendingin melalui bagian bawah mixer. Hasil pencampuran berupa asam lemak dan kautik soda yang tidak bereaksi akan dikeluarkan lagi dari saluran dibagian samping mixer untuk diumpan kembali ke turbidisper dengan bantuan pompa sirkulasi. Sabun yang masuk ke mixer diteruskan ke holding mixer kemudian sabun yang telah terbentuk dikeringkan. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30 - 35 % pada sabun murni menjadi 8 – 18% pada sabun butiran atau lempengan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun tersebut merupakan tahap terakhir penyelesaian pembuatan sabun (Sumpena, 2003).
(19)
2.2 Syarat Mutu Sabun Mandi
Syarat mutu untuk Sabun Mandi yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia pada tahun 1994 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
No Uraian Tipe 1 Tipe 2 Seperfat
1. Kadar air % Maksimal 15 Maksimal 15 Maksimal 15
2. Jumlah
as.lemak %
>70 64 - 70 >70
3. Alkali bebas --dihitung sebagai NaOH -dihitung sebagai KOH %Maksimal 0,1 Maksimal 0,14 Maksimal 0,1 Maksimal 0,14 Maksimal 0,1 Maksimal 0,14
4. Asam lemak
bebas dan atau lemak
< 2,5 < 2,5 2,5-7,5
5. Minyak
mineral
Negatif Negatif Negatif (SNI, 1994).
Sabun tipe 1 merupakan sabun yang terbaik karena mengandung jumlah asam lemak yang tinggi (lebih dari 70%) dengan asam lemak bebas yang rendah yaitu kurang dari 2,5%. Sabun tipe 1, 2, dan seferfat merupakan sabun yang dapat dipasarkan di masyarakat karena aman untuk digunakan. Sabun tipe 2 lebih baik dari superfat karena kandungan asam lemak bebasnya kurang dari 2,5% (SNI, 1994).
(20)
2.2.1 Kegunaan Sabun
Kegunaan sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun.
1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak.
2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul – molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena
tolak-menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi (fessenden, 1982).
2.2.2 Jenis – jenis sabun
Jenis sabun mandi yang utama adalah sabun mempunyai bahan dasar lemak yang sama. Sabun mandi biasanya dibuat dari campuran lemak dan minyak kelapa dengan perbandingan 80/20 atau 90/10, dan sabun yang memiliki lemak yang berlebih mempunyai perbandingan 50/50 atau 60/40 dan ada yang 7 sampai 10% ditambahkan asam lemak bebas juga. Sabun kesehatan mengandung bahan seperti triclosan dan triclorokarban yang merupakan dua senyawa yang banyak digunakan sebagai antimikrobial. Penggunaannya secara khas yaitu 0,3 % - 1,0 % untuk triklosan dan 1,0 % - 1,5 % triklorokarban. Keduanya termasuk kedalam emulgator dan dapat terdispersi atau terlarut dalam pelarut yang sesuai, seperti parfum. Pada umumnya sabun yang akan diperdagangkan mengandung 10 sampai 30 % air, dan jika sabun kekurangan air maka akan sulit larut. Hampir semua sabun memiliki parfum. Hal ini untuk menghilangkan aroma sabun yang asli.
(21)
Sabun mandi dibuat dengan bahan pilihan yang mengandung 10 sampai 15 % pelembab, parfum dan titanium dioksida sebagai bahan pemutih, pengaduk. Dari turbidisper campuran sabun, asam lemak, dan kaustik soda dialirkan (Depkes RI, 1985).
2.2.3 Sifat-sifat sabun
1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat basa.
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak ), digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai
(22)
2.3Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan yaitu : -Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya energi kinetik molekul.
-Zat terlarut (solute)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan membentuk lapisan monomolekular, maka akan menurunkan tegangan permukaan. Zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan. -Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan (Yazid, 2006).
2.3.1 Gaya tegangan permukaan
Tegangan permukaan (surface tension) cairan dapat didefinisikan sebagai gaya persatuan panjang pada permukaan cairan yang melawan ekspansi dari luas permukaan (Yazid, 2006).
(23)
2.4 Lemak Dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida. Lemak dan minyak adalah ester dari asam lemak dan gliserol, sebagian besar berupa bahan makanan. Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karboksilat dan protein.
Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air dan dikenal sebagai Sabun. Asam lemak yang digunakan untuk sabun umumnya adalah asam palmitat atau stearat. Dalam Industri, Sabun tidak dibuat dari asam lemak tetapi langsung dari minyak yang berasal dari tumbuhan. Minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dengan gliserol. Melalui proses hidrogenasi dengan bantuan katalis logam Pt atau Ni, Asam lemak tidak jenuh diubah menjadi asam lemak jenuh. Dan melalui proses penyabunan dengan basa NaOH atau KOH akan terbentuk sabun dan gliserol (Poedjiadi, 2006).
Kotoran yang menempel pada kulit umumnya adalah minyak, lemak dan keringat. Zat-zat ini tidak dapat larut dalam air karena sifatnya yang non polar. Sabun digunakan untuk melarutkan kotoran-kotoran pada kulit tersebut. Sabun memiliki gugus non polar yaitu gugus–R yang akan mengikat kotoran, dan gugus –COONa yang akan mengikat air karena sama-sama gugus polar. Kotoran tidak dapat lepas karena terikat pada sabun dan sabun terikat pada air (Winarno, 1992).
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah komponen trigliserida yaitu :
- Lipid kompleks yaitu : tesithin, chepalin, fosporida dan lain-lain - Sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak
(24)
- Asam lemak bebas - Lilin
- Pigmen yang larut dalam lemak - Hidrokarbon.
(Bailey, 1979) 2.4.1 Bahan pengisi
Selain itu, perlu ditambahkan zat pengisi (filter) untuk menekan biaya supaya lebih murah. Adanya perbedaan komposisi pada lemak dan minyak menyebabkan sifat fisik berbeda dan hasil lemak serta sabun berbeda pula. Untuk memperoleh sabun yang berfungsi khusus, perlu ditambahkan zat aditif, antara lain, asam lemak bebas, gliserol, pewarna, aroma, pengkelat dan antioksidan, penghalus, serta aditif kulit (skin aditif) (Bailey, 1979).
2.5 Uraian tumbuhan 2.5.1Morfologi tumbuhan
Berupa rumput-rumputan tegak, menahun, perakarannya sangat dalam dan kuat.
Batang: tegak atau condong, membentuk rumpun, pendek, masif, bulat (silindris), gundul seringkali di bawah buku bukunya berlilin, penampang lintang batang berwarna merah.
Daun: tunggal, lengkap, pelepah daun silindris, gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula), helaian;. lebih dari separuh menggantung, remasan berbau aromatik.
(25)
Bunga: susunan malai atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun: pelindung nyata, biasanya berwarna sama, umumnya putih (http:// klipingku.2010).
Tanaman ini tumbuh alami, di daerah tropika yang lembab, cukup sinar matahari dan dengan curah hujan yang relatif tinggi. Kultur teknis tanaman sereh tidak terlalu memerlukan banyak perawatan, dapat tumbuh di lahan yang tandus atau kurang subur. Di Indonesia banyak terdapat di Jawa, di tepi jalan atau di persawahan dan di kenal dengan nama Sere (New Citronella grass)
(http://klipingku. 2010).
2.5.2 Nama daerah
Nama latin : Cymbopogon nardus
Nama daerah : Sarae arun (Minangkabau), sere (Jawa, Madura), sereh, (Sunda), sere (Malayu), lemon grass, ginger grass (Inggris)
(http://klipingku. 2010).
2.5.3 Sistematika tumbuhan
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
(26)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Bangsa : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Marga : Cymbopogon
Jenis :
IV. Kandungan kimia minyak sere
Minyak Sereh asal jawa mengandung komponen sebagai berikut Sitronelal 32-45%, Geraniol 12-18%, Sitronelol 11-15 %, Geranil asetat 3-8 %, Sintronelil asetat 2-4 %, Sitral, khavikol, Eugenol, Elemol, kardinol, kardinen, vanillin, limonen, kamfen (Guenther, 1968).
2.6 Penetapan Kadar Air
Penentuan kadar air dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain, metode pengeringan, metode destilasi dan metode kimiawi (Sudarmadji, 1996).
2.6.1 Metode Pengeringan
Prinsip penentuan kadar air dengan metode pengeringan adalah menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan (Sudarmadji, 1996).
Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110 selama 3 jam atau sampai didapat berat
(27)
yang konstan (bobot tetap). Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan (Winarno, 1992).
Pengeringan sampai bobot tetap berarti pengeringan harus dilanjutkan hingga pada perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,50 mg untuk tiap gram zat yang digunakan, penimbangan kedua dilakukan setelah di panaskan lagi selama satu jam (Ditjen POM, 1995).
Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain. Selain itu, dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain serta bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan (Sudarmadji, 1996).
2.6.2 Metode Gravimetri
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri merupakan cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan). Pekerjaan analisis secara gravimetri dapat dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut, yaitu pengendapan, penyaringan, pencucian endapan, pengeringan, pemanasan atau pemijaran, dan penimbangan endapan hingga konstan (Rohman, 2007)
(28)
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian penetapan kadar air dalam Sabun mandi sere dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.
3.2 Penetapan Kadar Air dalam sabun mandi sere dengan Metode Pengeringan
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah krus porselin, spatula, timbangan analitik (Analitic Balance Digital Precisa XB 220 A), oven (Drying Oven Lab Tech LDO 060E) dan eksikator. Bahan yang digunakan adalah sabun mandi sere (BBPOM).
b. Prosedur
Prosedur yang digunakan adalah prosedur yang diterapkan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
Sebanyak 1 - 2 gram sampel ditimbang seksama pada sebuah cawan yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam lalu didinginkan di dalam eksikator dan ditimbang. Pekerjaan ini diulang hingga diperoleh bobot tetap. Kadar air dalam cuplikan dapat dihitung dengan rumus:
(29)
Kadar air = (W1−W2)/W1 x 100%
dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram) W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram)
(30)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada percobaan penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi sere dengan metode pengeringan, diketahui bahwa Sabun mandi sere yang diuji mengandung air dengan 8, 14%. Contoh perhitungan hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Pembahasan
Sabun mandi sere yang diuji memenuhi persyaratan kadar air, karena menurut SNI 06-3592-1994 rentang kadar air yang diperbolehkan untuk Sabun mandi Sereadalah maksimal 15% (SNI, 1994).
Kadar air merupakan bahan yang menguap pada suhu dan waktu tertentu. Maksimal kadar air pada sabun adalah 15%, hal ini disebabkan agar sabun yang dihasilkan cukup keras sehingga lebih efisien dalam pemakaian dan sabun tidak mudah larut dalam air. Kadar air akan mempengaruhi kekerasan dari sabun (Kamikaze, 2002).
Air merupakan komponen penting dalam proses pengikatan kotoran yang menempel dengan sabun. Proses ini dilakukan dengan jalan mereaksikan trigleserida (lemak/minyak) dengan alkali (NaOH) secara langsung untuk menghasilkan sabun. Air digunakan untuk membersihkan sesuatu yang memiliki tegangan permukaan, setiap molekul dalam stuktur molekul air dikelilingi dan ditarik oleh molekul air lainnya. Tegangan permukaan terbentuk saat molekul
(31)
permukaan air terbentuk kedalam tubuh air. Tegangan ini akan mengakibatkan air membentuk butiran-butiran pada permukaan gelas atau kain yang lambat laun akan membasuhi bagian permukaan dan menghambat proses pembersihan. Tegangan permukaan air dalam proses pembersihan harus dikurangi, sehingga air dapat menyebar dan membasahi seluruh permukaan (Kamikaze, 2002).
(32)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan penetapan kadar air pada sabun mandi sere dengan metode pengeringan, diketahui bahwa Sabun mandi sere yang diuji mengandung air dengan kadar 8,04 %, Sabun mandi sere yang diuji memenuhi persyaratan kadar air karena menurut SNI 06-3592-1994 rentang kadar air yang diperbolehkan untuk Sabun mandi sere adalah maksimal 15%.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penetapan kadar air pada sabun mandi. Sebaiknya dilakukan uji parameter syarat mutu sabun mandi lainnya, hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu produk untuk dikonsumsi bagi masyarakat serta sabun mandi sere yang dihasilkan untuk mengetahui kualitas sabun mandi sere memberi keharuman dan rasa segar serta menghaluskan dan melembabkan kulit.
(33)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2007). Cara Membuat Sabun. http: // Wikipedia. Sabun.Com. Tgl. 30 Mei 2013.
Anonim, (2010) Obat –Tradisional Untuk –Demam-Pencegah-Muntah dan Radang-Lambung. http: // www. Klipingku.com.2010.sereh wangi. Tgl. 26 Mei 2013.
Anonim, (2009). Tanaman Obat Manfaat Khusus Sereh Cymbopogon nardus http: // Kiat hidup sehat.com. Tgl. 25 Mei 2013.
Bailey, A.E, (1979). Industrial Oil and Fat Product. http: // Pustaka.Usu.ac.id. Tgl. 25 Mei 2013.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, (1994). Sabun Mandi (SNI 06-3532-1994) Jakarta: Departemen Perdagangan.
Depkes RI, (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hal. 70 – 77.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1030.
Fessenden,R.J.,dan Fessenden J.S.,(1982). Kimia Organik. Jilid 2. Edisi kedua, Jakarta: Erlangga Tgl. 27 Mei 2013. Hal. 28 – 29.
Guenther, E. (1968). The Esential Oil, vol 3D, V Nostrand Company, Inc. Hal.61, 65-67.
Kamikaze, D. (2002). Studi Awal Pembuatan Sabun Menggunakan Campuran Lemak Abdomen Sapi (Tallow) dan Curd Susu afkir.skripsi.http: //Pustaka.Ipb.ac.id. Tgl. 25 Mei 2013.
Poedjiadi, A.(2006). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Hal. 56 – 61. Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press. Hal. 295.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 91, 97.
Sudarmadji, S. (1996). Analisa Bahan Makanan dan pertanian. Yogyakarta: Liberty. Hal. 64 - 69.
(34)
Sumpena (2003). Membuat sabun mandi sendiri. http : // Files.wordpress.com. Tgl : 28 Mei 2013.
Wasitaatmadja, S.M. (2006). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI- Press. Hal. 94 - 10.
Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia. html Tgl. 24 Mei 2013.
Yazid, Eistein. (2006) Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi. Hal. 112,126,129.
(35)
LAMPIRAN
Lampiran 1
Penetapan Kadar Air pada Sabun mandi sere dengan Metode Pengeringan Nama contoh : Herborist sabun sere
No. Kode contoh : 61/D1
Wadah/kemasan : Bungkus Plastik
Pabrik : PT. Victoria care Indonesia
Komposisi : Water, Coconut ( Cocos nucifera ) oil, Palm (elaeis guineensis) oil, myristic acid, Sodium:Hydroxide, Sodium Laureth Sulfate, Stearic acid, Laury Betaine, glycerin, citronella, (Cymbopogon Nardus) oil, alkohol ( 4%), Triethanola parfume, BHT, Methylparaben.
Waktu daluarsa : _
No. Reg. : 524301 POM C 418100500004
Bentuk : Padat
Rasa : _
Warna : kuning
(36)
Penimbangan I
Data penimbangan sebelum dikeringkan: Bobot wadah kosong : 56,4422 gram Bobot wadah + cuplikan : 60,4600 gram Bobot cuplikan : 4,0178 gram Data penimbangan setelah dikeringkan:
Bobot wadah + cuplikan : 60, 1497 gram Bobot cuplikan setelah dikeringkan : 3,7075 gram Rumus Perhitungan: W 1−W 2
W 1 x 100%
dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram) W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram) Kadar air = 4,0178−3,7075
4,0178 x 100% = 7,72 %
Penimbangan II
Data penimbangan sebelum dikeringkan: Bobot wadah kosong : 54, 9351 gram Bobot wadah + cuplikan : 58,9552 gram Bobot cuplikan : 4,0201 gram Data penimbangan setelah dikeringkan:
Bobot wadah + cuplikan : 58, 6231 gram Bobot cuplikan setelah dikeringkan : 3,6880 gram
(37)
Rumus Perhitungan: W 1−W 2
W 1 x 100%
dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram) W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram) Kadar air = 4,0201−3,6880
4,0201 x 100% = 8,26 %
Penimbangan III
Data penimbangan sebelum dikeringkan: Bobot wadah kosong : 55, 2956 gram Bobot wadah + cuplikan : 59, 3144 gram Bobot cuplikan : 4,0188 gram Data penimbangan setelah dikeringkan:
Bobot wadah + cuplikan : 58, 9871 gram Bobot cuplikan setelah dikeringkan : 3,6915 gram Rumus Perhitungan: W 1−W 2
W 1 x 100%
dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram) W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram)
Kadar air = 4,0188−3,6915
4,0188 x 100% = 8,14 %
(38)
Kadar air rata-rata = ����� �+����� ��+����� ���
3
= 7,72 + 8,26 + 8,14 3
(39)
Lampiran 2
(40)
Lampiran 3
Gambar 1. Oven Gambar 3. TimbanganAnalitik
(1)
LAMPIRAN
Lampiran 1
Penetapan Kadar Air pada Sabun mandi sere dengan Metode Pengeringan
Nama contoh : Herborist sabun sere
No. Kode contoh : 61/D1
Wadah/kemasan : Bungkus Plastik
Pabrik : PT. Victoria care Indonesia
Komposisi : Water, Coconut ( Cocos nucifera ) oil, Palm (elaeis guineensis) oil, myristic acid, Sodium:Hydroxide, Sodium Laureth Sulfate, Stearic acid, Laury Betaine, glycerin, citronella, (Cymbopogon Nardus) oil, alkohol ( 4%), Triethanola parfume, BHT, Methylparaben.
Waktu daluarsa : _
No. Reg. : 524301 POM C 418100500004
Bentuk : Padat
Rasa : _
Warna : kuning
(2)
Penimbangan I
Data penimbangan sebelum dikeringkan: Bobot wadah kosong : 56,4422 gram Bobot wadah + cuplikan : 60,4600 gram
Bobot cuplikan : 4,0178 gram
Data penimbangan setelah dikeringkan:
Bobot wadah + cuplikan : 60, 1497 gram Bobot cuplikan setelah dikeringkan : 3,7075 gram Rumus Perhitungan:W 1−W 2
W 1 x 100%
dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram) W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram) Kadar air = 4,0178−3,7075
4,0178 x 100%
= 7,72 %
Penimbangan II
Data penimbangan sebelum dikeringkan: Bobot wadah kosong : 54, 9351 gram Bobot wadah + cuplikan : 58,9552 gram
Bobot cuplikan : 4,0201 gram
(3)
Rumus Perhitungan:W 1−W 2
W 1 x 100%
dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram) W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram) Kadar air = 4,0201−3,6880
4,0201 x 100%
= 8,26 %
Penimbangan III
Data penimbangan sebelum dikeringkan: Bobot wadah kosong : 55, 2956 gram Bobot wadah + cuplikan : 59, 3144 gram
Bobot cuplikan : 4,0188 gram
Data penimbangan setelah dikeringkan:
Bobot wadah + cuplikan : 58, 9871 gram Bobot cuplikan setelah dikeringkan : 3,6915 gram Rumus Perhitungan:W 1−W 2
W 1 x 100%
dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram) W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram)
Kadar air = 4,0188−3,6915
4,0188 x 100%
(4)
Kadar air rata-rata = ����� �+����� ��+����� ���
3
= 7,72 + 8,26 + 8,14 3
(5)
Lampiran 2
(6)
Lampiran 3
Gambar 1. Oven Gambar 3. TimbanganAnalitik