Berdasarkan SNI 03-3241-1997 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi tempat Pembuangan Akhir sampah yang diterbitkan Badan Standarisasi
Nasional, ketentuan pemilihan lokasi TPA sampah diuraikan sebagai berikut : 1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut
2. Disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu : a. Tahap regional yang merupakan tahapann untuk menghasilkan peta berisi
daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan.
b. Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik di antara beberapa lokasi yang dipilih dari zona – zona
kelayakan pada tahap regional. c. Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh
instansi yang berwenang. 3. Dalam hal suatu wilayah belum bias memnuhi tahapan regional, pemilihan
lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah ini dapat dilihat pada lampiran criteria yang berlaku pada tahap
penyisih.
3.3. Sistem pengelolaan sampah dan permasalahannya
Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengubah sampah menjadi bentuk yang tidak mengganggu dan menekan volume sampah sekecil mungkin
sehingga mempermudah dalam pengelolaannya. Timbulan sampah yang berada di bak-bak penampungan sampah di kota Medan akan diangkut ke tempat
Universitas Sumatera Utara
pembuangan sementara TPS atau diangkut langsung ke TPA. Sistem pengangkutan sampah ini dimulai dari rumah tangga diangkut ke TPS
menggunakan becak sampah disebut Bestari atau gerobak sampah. Sistem pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan Kota
Medan di lokasi TPA adalah dengan metode open dumping dengan pengaturan zona sehingga open dumping yang dilakukan terpola dengan baik. Sistem
pengelolaan sampah di TPA Terjun secara open dumping pembuangan terbuka yaitu cara pembuangan sampah yang sederhana. Sampah dihamparkan di suatu
lokasi, dibiarkan terbuka tanpa penutupan dan pengolahan, meskipun sampah – sampah tersebut kemudian dibakar tetapi sering menimbulkan berbagai masalah
lingkungan, estetika maupun kesehatan.
Gambar 2.1. Sistem pengelolaan sampah di TPA Terjun
Akumulasi sampah yang cukup besar dibiarkan secara terbuka didukung oleh curah hujan yang cukup tinggi sehingga akan menghasilkan air lindi,
Universitas Sumatera Utara
ditambah dengan penumpukan sampah yang baru yang pada waktu dilakukan pembongkaran dari truk atau kendaraan pengangkut sampah dapat menimbulkan
dan menambah volume lindi terutama sampah yang berasal dari industry berkadar air tinggi dengan campuran bahan organik bersifat cair. Apabila air lindi tidak
dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap kualitas air baik permukaan ataupun air tanahdi wilayah TPA dan sekitarnya.
Pengaruh lindi yang dirasakan masyarakat adalah perubahan warna atau kekeruhan pada badan air ataupun keberadaan leachate yang mengandung zat
organic dan bahan terlarut lainnya. Selanjutnya badan air akan masuk ke badan air tanah yang akhirnya akan menjadi keruh. Adanya bahan pencemar atau mineral di
Badan air akan memacu pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme yang merugikan kesehatan dan estetika. Hal ini akan berpengaruh pada siklus air
yang menyebabkanb terjadinya pencemaran air. Pencemaran terjadi jika air hujan jatuh diatas permukaan sampah sehingga menambah volume air lindi, meresap
dan turun melalui lapisan kedap air impermeable ke dalam badan air yang lebih rendah. Setelah lindi melalui tanah dan batuan pada kedalaman beberapa meter
kontaminasi bakteriologis tidak lagi ditemui. Suspense yang terdapat dalam lindi dapat terbawa sampai kedalaman yang lebih jauh sehingga menyebabkan polusi
air tanah.
3.4. Air Lindi