kembali akibat infiltrasi. Tanpa adanya tanaman, setelah periode yang lama, tanah akan mempunyai kandungan air setinggi field capacity-nya. Bila terdapat
tanaman, maka akar mengambil air dan menguapkan sehingga air. akan berada di bawah field capacity tersebut. Pada saat air mencapai wilting points, maka akar
tidak dapat lagi mengambil air dalam tanah tersebut. Di bawah titik ini kandungan air dikenal sebagai air higroskopis Hygroscopic water yaitu air yang
terikat pada partikel-partikel tanah dan tidak dapat dikurangi oleh transpirasi. Dengan demikian, air tersedia Available water berkisar antara wilting points
dan field capacity. Air inilah yang akan mengalami pergerakan kapiler dan jumlah ini berubah karena evapotranspirasi dan infiltrasi. Tabel 2.2 berikut
adalah jumlah air yang tersedia pada berbagai jenis tanah.
Tabel 2.2. Jumlah air yang tersedia oleh jenis tanah mmm
Jenis Tanah Field Capacity
Wilting Point Jumlah air yang tersedia
available water Fine Sand
120 20
100 Sandy Loam
200 50
150 Silty Loam
300 100
150 Clay Loam
375 125
250 Clay
450 125
300 Sampah
200 – 350 -
- Sumber : Water Balanced Method, EPA 1975 dalam Damanhuri 2008
3.7. Minimasi Lindi lechate
2.7.1. Pelapis Dasar Liner
Pada sebuah lahan urug yang baik biasanya dibutuhkan sistem pelapis dasar, yang bersasaran mengurangi mobilitas lindi ke dalam air tanah. Sebuah
liner yang efektif akan mencegah migrasi cemaran ke lingkungan, khususnya ke
Universitas Sumatera Utara
dalam air tanah. Namun pada kenyataannya belum didapat sistem liner yang efektif 100. Karena timbulan lindi tidak terelakkan, maka di samping sistem
liner dibutuhkan sistem pengumpulan lindi.
2.7.2. Saluran Pengumpul Lindi
Sistem pengumpul lindi yang umum digunakan adalah : a. Menggunakan pipa berlubang yang ditempatkan dalam saluran, kemudian
diselubungi batuan. Cara ini paling banyak digunakan pada landfill b. Membuat saluran kemudian saluran tersebut diberi pelapis dan di dalamnya
disusun batu kali kosong. Fasilitas-fasilitas pengumpulan lindi lechate dengan menggunakan pipa
secara umum adalah sebagai berikut : a. Slope teras
Untuk mencegah akumulasi lindi di dasar suatu lahan urug, dasar lahan urug ditata menjadi susunan teras-teras dengan kemiringan tertentu 1-5
sehingga lindi akan mengalir ke saluran pengumpul 0,5-1. Untuk mengalirkan lindi ke unit pengolahan atau resirkulasi setiap saluran pengumpul
dilengkapi dengan pipa berlubang. Kemiringan dan panjang maksimum saluran pengumpul dirancang berdasarkan kapasitas fasilitas saluran pengumpul. Untuk
memperkirakan kapasitas fasilitas saluran pengumpul dipergunakan persamaan Manning.
b. Piped Bottom Dasar lahan urug dibagi menjadi beberapa persegi panjang yang
dipisahkan oleh pemisah tanah liat. Lebar pemisah tersebut tergantung dari
Universitas Sumatera Utara
lebar sel. Pipa-pipa pengumpul lindi ditempatkan sejajar dengan panjang sel dan diletakkan langsung pada geomembrane.
2.7.3. Penutup Akhir
Beberapa fungsi dari sistem penutup akhir tersebut adalah : a. Meminimasi infiltrasi air hujan ke dalam tumpukan sampah setelah lahan
urug selesai dipakai b. Mengontrol emisi gas dari lahan urug ke lingkungan
c. Mengontrol binatang dan vektor-vektor penyakit yang dapat menyebabkan penyakit pada ekosistem
d. Mengurangi resiko kebakaran e. Menyediakan permukaan yang cocok untuk berbagai kegunaan setelah
lahan urug selesai digunakan, seperti untuk taman rekreasi dan lain-lain f. Elemen utama dalam reklamasi lahan
g. Mencegah kemungkinan erosi h. Memperbaiki tampilan lahan urug dari segi estetika.
3 3
. .
8 8
. .
P P
e e
n n
g g
o o
l l
a a
h h
a a
n n
L L
i i
n n
d d
i i
Dari segi komponen, kandungan pada lindi tidak berbeda dengan air buangan domestik. Namun zat organik yang terkandung pada lindi dari timbunan
sampah domestik sangat tinggi konsentrasinya. Hal ini ditunjukkan dari sangat tingginya kadar BOD
5
pada lindi yaitu sekitar 2000-30.000. Sistem pengolahan lindi dibagi menjadi dua tingkat, yaitu pengolahan sekunder dan pengolahan
tersier.
Universitas Sumatera Utara
2.8.1. Kolam Stabilisasi