Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

(1)

PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN

TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

TESIS

Oleh AZMIR 067031002/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN

TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh AZMIR 067031002/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Azmir Nomor Induk Mahasiswa : 067031002

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan dan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr.Dra. Irnawati Marsaulina, M.S) (

Ir. Indra Chahaya S, M.Si)

Ketua Program Studi Dekan

(Dr.Drs. Surya Utama, M.S) ( dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 31 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S, M.Si

2. Prof. Dr. Rer. Nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt 3. Ir. Evinaria, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN

TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka

Medan, 31 Agustus 2009


(6)

ABSTRAK

TPA Kelurahan Terjun menggunakan sistem penelolaan sampah secara open dumping, sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tambak yang ada di sekitar lokasi serta dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. TPA Terjun mulai beroperasi pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari 1600m3. Sampah yang menghasilkan cairan lindi (leachate) sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah, air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah dan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik serta mengandung sejumlah logam berat, seperti seng (Zn), Nitrat (Nt), Ammonik (NH3), Sulfida (H2

Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik yaitu untuk menganalisis pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah pemeriksaan air tambak yang diambil dari jarak 100m, 200m, 300m. Data yang digunakan dengan wawancara langsung kepada pengelola tambak ikan kemudian pemeriksaan air tambak ikan melalui laboratorium yang ada di Medan selain itu juga menggunakan data sekunder.

S), Tembaga (Cu), serta mengandung detergen, minyak dan lemak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air lindi pada tempat pembuangan sampah terhadap kualitas air tambak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuangan sampah di TPA Terjun dengan menggunakan sistem open dumping (sistem pembuangan terbuka), dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti ternyata pada lokasi jarak 100m ada 6 (enam) parameter yang melebihi baku mutu air (minyak dan lemak, DO, Sulfida (H2S), Detergen, Tembaga (Cu) dan Ammonia (NH3) sedangkan 300m terdapat 5 (lima) parameter yaitu minyak dan lemak, Nitrat (Nt), Sulfida (H2

Kepada masyarakat yang berada di sekitar TPA dan pengelola tambak agar selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan air tambak tersebut dengan pembuatan sirkulasi air.

S), Detergen, Tembaga (Cu) yang melebihi kriteria yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah.


(7)

ABSTRACT

TPA (The final place for garbage disposal) in Terjun District used an open dumping system of recycling the garbage; thus, it could affect the quality of the water fishfond nearby it and could cause the negative effect to the environment. The final place for garbage disposal (TPA) in Terjun district started operating on 7th January 1993 with the total of garbage 1600m3. The garbage producing the lye liquid (leachate) was produced from stagnancy of rain water on a pile of garbage. The lye liquid (leachate) brought suspended and salulate materials which were the product of the garbage degradation commonly containing organic substance and also some heavy metals as Zinc (Zn), Nitrate (Nt), Ammonia (NH3), Sulfide (H2

The kind of this research was analytic survey which it used to analyze the impact of pollution caused by the final place for garbage disposal (TPA) to the quality of the water fishfond in Terjun district Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. The sample of this research was check the water fishfond taken from distance of 100m, 200m, and 300m. The data used in this reearch were used with the direct interviews done to the owner of the fishfond and the laboratories located in Medan. Besides, it also used secondary data.

S), Copper (Cu), and detergent, oil and fat as well. The alm of this research was to know the impact of the lyle liquid (leachate) of the quality of the water fishfond in the final place for garbage disposal (TPA).

The result of this research showed that the TPA in Terjun used open dumping system. There were 11 (eleven) parameters were checked rosulting 6 (six) parameters with the distance of 100m having better water quality (oil and fat, Do, Sulfide (H2S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH3) . 5 (five) parameters with distance of 200m containing oil and fat, Suilfide (H2S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH3) and 5 (five) parameters with the distance of 300m containing oil and fat, Nitrate (Nt), Sulfide (H2

It is sugested to the community who lived near by the TPA and also the fishfond’s owner to always pay attention and the keep the water fishfond clean with making the water circulation.

S), detergent, Copper (Cu), which have better criterias based on the government’s rule.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis Panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena dengan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul

”Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan”

Dalam penulisan Tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin P Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr.Drs. Surya Utama. M.S, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri dan Ketua Pembimbing I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini. 5. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku anggota Komisi pembimbing Penulis yang telah

banyak memberikan bimbingan dan saran bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

6. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Penguji tesis.

7. Prof. Dr. Rer. Nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt, selaku Dosen Pembanding tesis.

8. Bapak dan ibu Dosen beserta staff Program Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang memberikan arahan, bimbingan dan bantuan selama pendidikan serta saran dalam penyelesaian tesis ini

9. Kepala Balitbang Kota Medan yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

10. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di tempat tersebut

11. Teristimewa untuk kedua orang tua yang telah banyak memberikan dorongan dan dukungan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian tesis ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan, yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(10)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan dimasa mendatang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkatNya dan terus menyertai kita semua. Akhirnya penulis Berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan terima kasih.

Medan, 31 Agustus 2009 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Azmir lahir di Aceh Utara pada tanggal 7 Agustus 1968, anak ke lima dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Ibrahim dan Ibunda Khatidjah menetap di Medan

Memulai pendidikan di SD Negeri No. 24 Banda Aceh lulus tahun 1981, melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Peukan Banda Aceh lulus tahun 1984. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Peusangan Aceh Utara lulus tahun 1988. Kemudian melanjutkan pendidikan D I SPPH Depkes RI Banda Aceh lulus tahun 1991, dan selanjutnya melanjutkan pendidikan D III AKL Depkes RI Banda Aceh lulus tahun 2002. Dan selanjutnya melanjutkan pendidikan jenjang S1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara lulus tahun 2006, selanjutnya melanjutkan pendidikan jenjang S2 pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai sekarang.

Pada tahun 1993 sebagai CPNS Dinkes Provinsi Sumatera Utara dan sebagai PNS Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1997 sampai sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... . ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Hipotesis ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Sampah dan TPA ... 7

2.2. Pengelolaan Sampah Padat ... 16

2.3. Pengaruh Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan ... 19

2.4. Lingkungan ... 21

2.5. Pengertian dan Sumber Air Buangan/Limbah ... 25

2.6. Pengertian Air Lindi ... 32

2.7. Landasan Teori ... 40

2.8. Kerangka Konsep ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Jenis Penelitian ... 42

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.3. Pengambilan Sampel ... 43

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 44

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.6. Metode Pengukuran ... 46


(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48

4.1. Gambaran Daerah Penelitian ... 48

4.2. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air Tambak ... 49

BAB V PEMBAHASAN ... 52

5.1. Sanitasi TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 52

5.2. Pengukuran Kualitas Air Tambak dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 ... 53

5.3. Pengaruh Parameter Kualitas Fisik dan Kimia ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1. Kesimpulan ... 66

6.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Daftar Kualitas Air Golongan C ... 30 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Jumlah Indikator, AlatUkur, Kategori dan

dan Skala Ukur TPAS Terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2008 ... 46 4.1. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air Tambak Jarak 100-300 m,


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Skema Perjalanaan Logam Berat dari Sumber Pencemar sampai

ke Manusia ... 35 1.2.. Kerangka Konsep Penelitian ... 41 1.3. Peta Wilayah Kecamatan Medan Marelan ... 72 1.4. Gambar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan .. 76


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Laboratorium dari Balai Teknik Kesehatan Lingkundan dan

Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) ... 70 2.. Jadwal Penelitian ... 75


(17)

ABSTRAK

TPA Kelurahan Terjun menggunakan sistem penelolaan sampah secara open dumping, sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tambak yang ada di sekitar lokasi serta dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. TPA Terjun mulai beroperasi pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari 1600m3. Sampah yang menghasilkan cairan lindi (leachate) sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah, air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah dan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik serta mengandung sejumlah logam berat, seperti seng (Zn), Nitrat (Nt), Ammonik (NH3), Sulfida (H2

Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik yaitu untuk menganalisis pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah pemeriksaan air tambak yang diambil dari jarak 100m, 200m, 300m. Data yang digunakan dengan wawancara langsung kepada pengelola tambak ikan kemudian pemeriksaan air tambak ikan melalui laboratorium yang ada di Medan selain itu juga menggunakan data sekunder.

S), Tembaga (Cu), serta mengandung detergen, minyak dan lemak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air lindi pada tempat pembuangan sampah terhadap kualitas air tambak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuangan sampah di TPA Terjun dengan menggunakan sistem open dumping (sistem pembuangan terbuka), dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti ternyata pada lokasi jarak 100m ada 6 (enam) parameter yang melebihi baku mutu air (minyak dan lemak, DO, Sulfida (H2S), Detergen, Tembaga (Cu) dan Ammonia (NH3) sedangkan 300m terdapat 5 (lima) parameter yaitu minyak dan lemak, Nitrat (Nt), Sulfida (H2

Kepada masyarakat yang berada di sekitar TPA dan pengelola tambak agar selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan air tambak tersebut dengan pembuatan sirkulasi air.

S), Detergen, Tembaga (Cu) yang melebihi kriteria yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah.


(18)

ABSTRACT

TPA (The final place for garbage disposal) in Terjun District used an open dumping system of recycling the garbage; thus, it could affect the quality of the water fishfond nearby it and could cause the negative effect to the environment. The final place for garbage disposal (TPA) in Terjun district started operating on 7th January 1993 with the total of garbage 1600m3. The garbage producing the lye liquid (leachate) was produced from stagnancy of rain water on a pile of garbage. The lye liquid (leachate) brought suspended and salulate materials which were the product of the garbage degradation commonly containing organic substance and also some heavy metals as Zinc (Zn), Nitrate (Nt), Ammonia (NH3), Sulfide (H2

The kind of this research was analytic survey which it used to analyze the impact of pollution caused by the final place for garbage disposal (TPA) to the quality of the water fishfond in Terjun district Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. The sample of this research was check the water fishfond taken from distance of 100m, 200m, and 300m. The data used in this reearch were used with the direct interviews done to the owner of the fishfond and the laboratories located in Medan. Besides, it also used secondary data.

S), Copper (Cu), and detergent, oil and fat as well. The alm of this research was to know the impact of the lyle liquid (leachate) of the quality of the water fishfond in the final place for garbage disposal (TPA).

The result of this research showed that the TPA in Terjun used open dumping system. There were 11 (eleven) parameters were checked rosulting 6 (six) parameters with the distance of 100m having better water quality (oil and fat, Do, Sulfide (H2S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH3) . 5 (five) parameters with distance of 200m containing oil and fat, Suilfide (H2S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH3) and 5 (five) parameters with the distance of 300m containing oil and fat, Nitrate (Nt), Sulfide (H2

It is sugested to the community who lived near by the TPA and also the fishfond’s owner to always pay attention and the keep the water fishfond clean with making the water circulation.

S), detergent, Copper (Cu), which have better criterias based on the government’s rule.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil; dan merata serta memilki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2005).

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan antara lain bahwa : (1). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, (2). Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya, (3). Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, tanah dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit serta penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI, 2003).

Menurut Hendrik L.Blum yang dikutip oleh (Kusnoputranto, 1986), bahwa derajat kesehatan yang optimal pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari empat faktor, yaitu : faktor lingkungan, faktor perilaku manusia, faktor pelayanan kesehatan serta faktor keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan faktor lain :


(20)

sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologik dan lingkungan sosio kultural.

Pembuangan sampah merupakan salah satu masalah yang sedang di hadapi oleh setiap kota disemua negara di dunia. Timbunan sampah yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya populasi penduduk adalah suatu hal yang harus ditangani secara serius. Sampah menjadi masalah karena mengotori dan mengganggu keindahan serta kenyamanan manusia dan karena ditimbulkan oleh kegiatan manusia akibatnya sampah akan selalu muncul dalam keseharian hidup manusia. Sampah memang wajar ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketidak wajaran terjadi ketika volume sampah berada di atas batas toleransi, terlebih pada tempat-tempat umum (Maramis, 2008).

Pencemaran sumber air oleh sampah terjadi karena sampah yang dibuang dengan cara open dumping dan tertimbun di TPA mengalami dekomposisi yang bersama air hujan menghasilkan cairan lindi (leachate). Cairan lindi adalah cairan yang mengandung zat terlarut dan tersuspensi yang sangat halus sebagai hasil penguraian oleh mikroba, biasanya terdiri atas kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), besi (Fe), khlorida (Cl), sulfat (SO4), seng (Zn), nikel (Ni), karbon dioksida (CO2), air (H2O), air nitrogen (N2), amoniak (NH3), asam sulfida (H2S), asam organik dan gas hidrogen (H2) (Soemirat, 1999).

Lindi adalah bahan pencemar yang berpotensial mengganggu lingkungan dan kesehatan manusia. Air lindi dapat merembes ke dalam tanah, ataupun mengalir di


(21)

permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Air lindi selalu menyertai pembuangan akhir sampah padat. Air lindi yang mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik dengan konsentrasi 5000 kali lebih tinggi dari pada air tanah, masuk dan mencemari air tanah atau air sungai (Maramis, 2008).

Dalam usaha budi daya ikan yang ada disekitar TPA Terjun-Medan sangat berpotensi terjadinya pencemaran air lindi terhadap tambak masyarakat sekitar TPA. Ikan tambak tersebut pun nantinya akan dikonsumsi oleh penduduk sekitar TPA Terjun, yang tentunya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Ditambah lagi jumlah penduduk yang bertempat tinggal disekitar TPA semakin bertambah yang sebagian besar dari mereka adalah pemulung.

Bahan anorganik pencemar lingkungan yang telah banyak diteliti pengaruhnya terhadap makhluk hidup ialah unsur logam dan senyawanya. Beberapa jenis logam berat seperti Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Arsen (As) dan beberapa lainnya merupakan logam yang beracun terhadap makhluk hidup. Bahan kimia anorganik tersebut dapat menyebabkan keracunan akut maupun kronis, bergantung pada jenis logamnya, jumlahnya, spesies hewan, kondisi hewan, dan umurnya (Darmono, 2001).

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan telah mengeluarkan Surat Keputusan No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum logam berat dalam makanan yang bersumber dari ikan dan olahannya. Batas maksimum yang dianjurkan adalah arsen (Ar) = 10 mg/kg,


(22)

Plumbum (Pb) = 2 mg/kg, Cupper (Cu) = 3 mg/kg, Seng (Zn) = 100 mg/kg, Timah (Sn) = 40 mg/kg, Air Raksa (Hg) = 0,5 mg/kg (Depkes RI, 1989).

Pengelolaan sampah di TPA mulai dari penanganan kegiatan yang menghasilkan sampah sampai tempat pembuangan akhir TPA di Kota Medan telah ditangani oleh Dinas sejak 7 Januari 1993, luas areal 14 Ha, berjarak 100 m dari pemukiman penduduk, 4 km dari Sungai Deli, 6 Km dari garis pantai, dan 14 km dari pusat kota. Jenis tanah lempung dan lapisan dasar tanah liat dengan keadaan topografi yang relatif datar. TPA Terjun menggunakan metode pengolahan sampah secara open dumping dan belum memiliki penampungan air lindi (leacheate) dengan pengolahan yang baik. Jadi air lindi merupakan hasil sampingan dari pengolahan sampah yang berupa rembesan dari timbunan sampah yang banyak di TPA, sehingga air lindi perlu pengelolaan terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan/sungai dan menyebabkan pencemaran yang berdampak buruk pada makhluk hidup (TPA Terjun-Marelan, 2007).

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas dan mengingat pencemaran TPA Kelurahan Terjun yang berupa air lindi dapat mempengaruhi kualitas air tambak maka penulis ingin mengetahui pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.


(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Mengingat pencemaran TPAS Kelurahan Terjun yang berupa air lindi dapat mempengaruhi kualitas air tambak, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sanitasi TPAS yaitu khususnya sistem pengelolaan air lindi.

2. Untuk mengetahui kualitas air tambak dengan jarak 100 m. 3. Untuk mengetahui kualitas air tambak dengan jarak 200 m. 4. Untuk mengetahui kualitas air tambak dengan jarak 300 m.

5. Untuk mengetahui kualitas air tambak ikan dan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada pengaruh air lindi tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan kepada Pemko Medan dan Dinas Kebersihan Kota Medan tentang pencemaran air lindi yang ada di TPA dan bahaya kandungan logam berat terhadap air tambak ikan di lokasi TPA Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.


(24)

2. Dapat memberikan masukan kepada masyarakat sekitar TPA dan kepada pengelola tambak untuk menciptakan lingkungan yang bersih serta menjaga kebersihan air tambak.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan limbah atau bahan buangan. Walaupun sudah disediakan tempat pembuangan akhir untuk menimbun limbah yang dihasilkan oleh warga/manusia, namun karena limbah yang dihasilkan terus bertambah maka tempat pembuangan akhir (TPA) makin meluas. Mengingat akan hal ini, maka perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana mengurangi jumlah limbah padat dengan memanfaatkan kembali limbah padat tersebut unntuk kepentingan manusia melalui proses daur ulang, sekaligus sebagai usaha untuk mengurangi pencemaran (Wardhana, 2000).

2.1. Sampah dan TPA

Secara terbatas yang disebut sampah hanya merupakan tumpukan bekas dan sisa tanaman (daun-daun gugur, sisa sayuran, sisa pertanian) ataupun sisa dan kotoran hewan, serta benda-benda lain yang setiap saat dibuang. Tetapi secara luas, segala benda yang akhirnya dibuang disebut sampah dan dikumpulkan pada suatu tempat penampungan yang sering disebut TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau Dump Station (Suriawiria, 2003).

2.1.1. Pengertian Sampah dan TPA

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh


(26)

manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi yang bukan biologis (karena human waste

tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat karena air bekas tidak termasuk di dalamnya (Azwar, 1990).

Menurut Kusnoputranto, (2000), sampah adalah sesuatu bahan/benda padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktivitas manusia yang tak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia.

Sampah bisa didefinisikan sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan, sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan dan tidak terjadi dengan sendirinya Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

b. Adanya hubungan langsung/tak langsung dengan kegiatan manusia. c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmodjo, 2000).

Menurut Maramis, (2008), sampah didefinisikan sebagai segala macam buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Untuk pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan kesehatan, maka sampah harus dikelola oleh suatu likaso/badan yang disebut TPA.


(27)

Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI (1989), mengemukakan pengertian TPA adalah upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu. A. Lokasi untuk penempatan TPA harus memenuhi persyaratan teknis sebagai

berikut:

1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km.

2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum (mata air, sumur, danau dan lain-lain) minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sunber air tersebut.

3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan terbawanya sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan.

4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi dalam waktu yang lama.

5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum, sedikitnya 200 meter, hal ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan sebagainya


(28)

6. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek estetika.

7. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 km.

B. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan tidak menimbulkan bau.

2. Memiliki drainase yang baik dan lancar.

3. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran. 4. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,

lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda.

5. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gris atau tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

C. TPA yang sudah tidak digunakan : 1. Tidak boleh untuk pemukiman

2. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan seharí-hari

Untuk mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan oleh metode pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah adalah :


(29)

- Jarak dari perumahan terdekat 500 m - Jarak dari badan air 100 m

- Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet) - Muka air tanah > 3 m

- Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 - Merupakan tanah tidak produktif

cm / det

- Bebas banjir minimal periode 25 tahun

2.1.2. Sampah Menurut Sumbernya

1. Sampah domestik (domestic wastes), yaitu sampah padat yang berasal dari pemukiman masyarakat. Jenis sampah padat ini cukup beragam, namun umumnya berupa sampah dapur dan sampah lain hasil kegiatan rumah tangga seperti sampah-sampah hasil pengolahan makanan, sampah dari halaman misalnya dedaunan, kaleng dan kardus bekas serta kertas pembungkus, pakaian bekas, karpet tua, perabotan rumah tangga dan sejenisnya.

2. Sampah komersial (commercial wastes), yaitu sampah padat dari lingkungan perdagangan atau jasa komersial, baik warung, ataupun pasar. Sampah ini beragam sesuai dengan jenis barang yang diperdagangkan. Sampah di pusat perdagangan atau pasar biasanya terdiri dari : kardus-kardus yang besar, kotak-kotak pembungkus, kertas-kertas, karbon, pita mesin tik besar dan lainnya. Dalam hal ini termasuk sampah makanan dari kantin atau restoran.


(30)

kardus kecil tercampur dengan batu-batuan, debu, pasir, benda-benda yang jatuh dari truk/kendaraan, sobekan-sobekan ban atau onderdil-onderdil yang jatuh, juga daun-daunan, sampah-sampah yang dibuang dari mobil, kantong-kantong plastik dan lain-lain.

4. Sampah-sampah Industri (Industrial wastes)

Sampah-sampah yang berasal dari pembangunan industri dan dari proses-proses produksi yang terjadi dalam industri tersebut. Jenis sampah ini relatif sama untuk industri tertentu, namun jenis industri yang berbeda akan menghasilkan sampah yang berbeda juga. Jadi jenis sampah, jumlah dan komposisi sampah industri bergantung pada jenis industrinya, misalnya sampah industri, sampah pengepakan barang, sampah bahan makanan, logam, plastik, kayu, potongan tekstil dan lain-lain.

5. Sampah-sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan (agriculture wastes), sampah-sampah dari daerah ini dapat berupa sampah dari hasil perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-mayur, batang jagung, pohon kacang-kacangan dan lain-lain yang umumnya jumlahnya cukup besar sewaktu musim panen. Umumnya sampah-sampah ini dibakar dan dikembalikan pada tanah pertanian ataupun dijadikan pupuk untuk pertanian. 6. Sampah yang berasal dari daerah pertambangan

Pertambangan dapat menghasilkan sejumlah sampah yang tergantung pada jenis usaha tambangnya. Pengumpulan sejumlah mineral yang diproses maupun yang tidak diproses, mengandung zat-zat kontaminan, yang apabila ada hujan dapat


(31)

merembes dan membawa zat-zat yang toksik dan berbahaya ke suatu sumber air serta mencemari sumber air tersebut. Sampah-sampahnya berupa bahan-bahan tambang disamping sampah-sampah dari aktivitas manusia pengelolanya.

7. Sampah-sampah yang berasal dari gedung-gedung atau perkantoran (Institutionalwastes),

Terdiri dari kertas-kertas, karbon-karbon, pita-pita mesin tik, klip dan lain-lain, umumnya bersifat rubbish, kering dan mudah terbakar.

8. Sampah-sampah yang berasal dari daerah penghancuran gedung-gedung dan pembangunan/pemugaran.

Terdiri dari puing-puing, pipa plastik/besi, paku, kayu-kayu, kaca, kaleng-kaleng, potongan-potongan besi dan lain-lain.

9. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Contohnya sampah dari tempat-tempat hiburan, tempat-tempat olah raga, tempat-tempat ibadah, dan lain-lain yang dapat berupa, kertas, sisa buah-buahan, plastik dan lain-lain.

10. Sampah yang berasal dari daerah kehutanan

Misalnya sampah hasil dari penebangan kayu ataupun kegiatan reboisasi hutan sebagian besar terdiri dari sampah daun dan ranting.

11. Sampah yang berasal dari pusat-pusat pengolahan air buangan

Dengan adanya sampah-sampah yang terangkut oleh air maka sampah-sampah ini dapat diangkat dari air kotor pada sistem penyaluran atau pengolahan air


(32)

kertas, kayu dan lain-lain. Disamping itu dihasilkan juga lumpur dari proses pengolahan air buangan ini.

12. Dari daerah peternakan dan perikanan

Sampah–sampah dari sini dapat berupa kotoran ternak atau sisa-sisa makanannya ataupun bangkai-bangkai binatang. Dari perikanan misalnya bangkai-bangkai ikan, sisa-sisa ikan atau lumpur (Kusnoputranto, 2000).

Berdasarkan kepada bentuknya, sampah digolongkan kepada tiga kelompok besar yaitu (Suriawiria, 2003) :

1. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan, kotoran ataupun benda-benda lain yang berbentuk padat.

2. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan ataupun manusia yang berbentuk cair misal air-buangan, air-seni dan sebagainya.

3. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor, cerobong pabrik dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau asap.

2.1.3. Jenis-Jenis sampah

Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja), dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yakni (Notoatmodjo, 2000) :

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi : a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,


(33)

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunnan, buah-buahan dan sebagainya. 2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng-kaleng bekas, besi/logam, pecahan gelas, kaca dan sebaganya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah

a. Garbage, yaitu jenis sampah dari hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya.

b. Rabish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik dan sebaginya, maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya.

c. Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.

d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, debu dan sebagainya.


(34)

f. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang.

g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda motor, sepeda dan sebagainya.

h. Sampah pembangunan (construction waste), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan kayu, besi beton dan sebagainya.

2.2. Pengelolaan Sampah Padat

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab bakteri (bacteri pathogen) dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah ini adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 1997) :


(35)

1. Pengumpulan dan Pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat pengumpulan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat pembuangan akhir (TPA).

2. Pemusnahan dan Pengolahan sampah

Pemusnahan dan Pengolahan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut :

a. Ditanam (Landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.

b. Dibakar (Incenerator), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator),

c. Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (Kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah yaitu perlakuan terhadap sampah yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang biaknya


(36)

lain harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air ataupun tanah, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan kebakaran.

Menurut Sastrawijaya, (1991), penanganan sampah adalah mencegah timbulnya pencemaran. Misalnya dengan cara penimbunan (dumping) dengan maksud untuk menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut. Cara ini murah tetapi masih menimbulkan bau, kotor, penyakit dan pencemaran. Cara kedua adalah pengisian tanah kesehatan (sanitary landfill) dengan mengisi tanah berlegok (berlekuk) dan kemudian menutupinya dengan tanah, pada cara ini diperlukan tanah yang luas. Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena ditimbun dan ditutupi. Cara ketiga adalah dengan pencacahan (grinding), limbah organik dimasukkan ke dalam alat penggiling sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan ke selokan, hanyut ke tempat pengolahan lebih lanjut. Cara keempat adalah pengkomposan (composting), yakni pengolahan limbah untuk memperoleh kompos untuk menyuburkan tanah. Mikroorganisme membantu menguraikan limbah organik menjadi anorganik pada suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan kehidupan mikroorganisme itu (bakteri, jamur). Cara kelima adalah pembakaran (incenerator) dengan hasil gas dan residu. Metode ke enam ialah dengan pirolisis yakni mengolah limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada suhu tinggi dengan pembakaran tidak sempurna atau suatu proses peruraian kimia isomerisasi, deoksigenisasi, dan denitrogenisasi.

Sistem Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan


(37)

porositas tanah. Tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu sehingga sampah yang dimasukkan ke tanah tidak mencemari tanah dan air tanah. Di sejumlah negara maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sampah dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan anorganik, sampah yang mudah terdegradasi dan yang sulit. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi saluran untuk cairan hasil dari pembusukan sampah (lindi) (Putra,Y, 2004).

Sedangkan sistem open dumping merupakan sistem Tertua yang dikenal manusia dalam pembuangan sampah. Sampah hanya dibuang/ditimbun di suatu tempat tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus dan kecoa), menyebarkan bau, mencemari udara, mencemari tambak di sekitarnya serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran (Sastrawijaya, 1991).

2.3. Pengaruh Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

A. Pengaruh positif dari pengelolaan sampah

1. Pemanfaatan sampah bagi keperluan masyarakat dan lingkngan

a. Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah yang kurang baik (tanah rendah, rawa-rawa dan lainnya) dan tanah yang tidak diolah menjadi tanah yang pada akhirnya dapat dipergunakan atau dapat diolah sehingga mendatangkan hasil, ataupun dijadikan lahan pemukiman, taman, lapangan


(38)

b. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk penyubur tanah dan memperbaiki kondisi tanah.

c. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, sampah tersebut diolah untuk menghilangkan hal-hal yang dapat berdampak negatif bagi ternak ataupun konsumen yang mengkonsumsi ternak tersebut.

d. Sampah yang masih bermanfaat dapat diambil kembali untuk di daur ulang dan dimanfaatkan untuk keperluan lain

2. Pengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi

a. Berkurangnya tempat untuk berkembang biaknya serangga dan binatang pengerat sehingga dengan demikian diharapkan kepadatan populasi vektor penyakit berkurang.

b. Berkurangnya insiden penyakit yang erat hubungannya dengan pengolahan sampah, misal penyakit jamur, penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti penyakit saluran pencernaan dan lain-lain.

c. Keadaan estetika lingkungan (udara, air, tanah) lebih saniter sehingga menimbulkan rasa nyaman bagi masyarakat

d. Keadaan lingkungan yang baik secara tidak langsung akan menghemat pengeluaran daerah/devisa sehingga dapat meningkatkan kondisi ekonomi daerah dan negara. Selain itu, dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, produktivitas masyarakat akan meningkat pula, sehingga dapat meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat.


(39)

B. Pengaruh negatif dari pengelolaan sampah yang kurang baik I. Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor penyakit, seperti serangga dan hewan pengerat. Sebagai tempat berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya insidens penyakit di masyarakat.

2. Pengaruh terhadap lingkungan

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat banyaknya tebaran/tumpukan sampah mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat (Kusnoputranto, 2000).

2.4. Lingkungan

Lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya. Secara lebih terperinci, lingkungan disekitar manusia dapat dikategorikan dalam (Kusnoputranto, 1986) :

a. Lingkungan Fisik, termasuk didalamnya tanah, air dan udara serta interaksi satu sama lain diantara faktor-faktor tersebut.

b. Lingkungan Biologi, termasuk semua organisme hidup baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun mikroorganisme, kecuali manusia sendiri.


(40)

c. Lingkungan Sosial, termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, budaya dan psiko-sosial dan lain-lain.

2.4.1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan

Menurut Ehlers dan Steel (1958), yang ditulis Kusnoputranto (1986) mengemukakan, sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit, sedangkan sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha pengawasan terhadap semua faktor yang ada di dalam lingkungan fisik yang mungkin pengaruh atau mungkin memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial.

Kesehatan lingkungan mencakup aspek yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Menurut Kusnoputranto (1986) ruang lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi :

1. Penyediaan air minum

2. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air, termasuk dalam hal ini pengumpulan, pengolahan dan pembuangan dari air buangan rumah tangga dan sampah-sampah cair lainnya yang dapat menularkan penyakit.

3. Pengelolaan sampah padat 4. Pengendalian vektor penyakit

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah 6. Hygiene makanan


(41)

8. Pengendalian radiasi

9. Kesehatan kerja, terutama pengendalan dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan biologis

10.Pengendalian kebisingan

11.Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi.

12.Perencanaan daerah dan perkotaan

13.Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat 14.Pencegahan kecelakaan

15.Rekreasi umum dan pariwisata

16.Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi, bencana alam, perpindahan penduduk, keadaan darurat.

17.Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.

2.4.2. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi bahan-bahan fisika dan kimia dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi langsung manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi dari alam bebas (Sastrawijaya, 1991).


(42)

Materi pencemar yang biasanya terbentuk atau hadir (turunan sampah) di lingkungan TPA yaitu air lindi (leachate), selayaknya benda cair air lindi akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam tanah dan bercampur dengan air tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Kemampuan leachate mencemari air permukaan/air tanah dipengaruhi oleh kondisi geologi (type tanah dan jenis batuan) serta kondisi hidrologi (kedalaman dan pergerakan air tanah, jumlah curah hujan serta pengendalian aliran permukaan) dimana lokasi TPA berada (Maramis, 2008).

Sumber Pencemar dapat dibedakan menjadi dua :

a). Sumber pencemar domestik (rumah tangga) yaitu dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit, dan sebagainya

b). Sumber non domestik yaitu dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi dan sumber-sumber lainnya.

Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Bentuk dan macam limbah yang dihasilkan manusia tergantung pada tingkat peradaban manusia. Sebelum manusia mengenal kemajuan industri dan teknologi, limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan manusia pada umumnya bersifat organik. Ditinjau dari kepentingan kelestarian lingkungan, limbah yang bersifat organik lebih menguntungkan karena dengan mudah dapat didegradasi atau dipecah oleh


(43)

mikroorganisme, menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam tanpa menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

2.5. Pengertian Sumber Air Buangan/Limbah

Air limbah/buangan adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan/zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

Menurut Kusnoputranto (1986), beberapa sumber dari air buangan/limbah antara lain adalah :

a. Air buangan rumah tangga (domestic wastes water) b. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) c. Air buangan industri (industrial wastes water)

2.5.1. Karakteristik Air Limbah

Karakteristik atau sifat-sifat air buangan diperlukan untuk menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga efisiensi dan efektifitas dapat tercapai. Karakteristik air buangan/limbah terbagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu :

a. Karakteristik Fisik, terdiri dari 99,9% air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat tersuspensi. Air buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau minyak, dengan warna suram seperti larutan sabun. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, sabun serta bagian-bagian dari tinja.


(44)

b. Karakteristik Kimiawi, mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine serta sampah-sampah lainnya.

c. Karakteristik biologis, kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat pula dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan (Kusnoputranto, 1986).

Dengan mengetahui jenis polutan yang terdapat didalam air limbah, dapat ditentukan unit proses yang dibutuhkan. Menurut Siregar (2005), karakter air limbah meliputi :

1. Karakter Fisika

Karakter fisika air limbah meliputi temperatur, bau, warna dan padatan. Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke dalam skala-skala. Skala temperatur yang biasanya digunakan adalah skala Fahrenheit (ºF) dan skala Celcius (ºC). Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran tergantung pada sensitivitas indera penciuman seseorang. Warna biasanya disebabkan oleh kehadiran koloidal yang dapat dilihat dari spektrum warna yang terjadi. Padatan diklasifikasikan menjadi floating, settleable,

suspendend atau dissolved. 2. Karakter Kimia

Karakter kimia air limbah meliputi senyawa organik dan senyawa anorganik. Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasikan dengan satu atau lebih elemen-elemen lain (O, N, P, H). Senyawa anorganik terdiri atas semua


(45)

kombinasi elemen yang bukan tersusun dari karbon organik. Karbon anorganik dalam air limbah pada umumnya terdiri atas sand, grit dan mineral-mineral, baik

suspended maupun dissolved. Misalnya : klorida, ion hidrogen, nitrogen, fosfor, logam berat dan asam.

3. Karakter Biologis

Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir semua bentuk air limbah. Yang menjadi parameter kandungan mikroba, tumbuhan dan hewan di dalamnya.

2.5.2. Parameter Air Limbah

Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air buangan di badan air sungai antara lain (Kusnoputranto, 2000) adalah :

1. Kandungan Zat Padat

Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk “total solid”, “

suspended solids” dan “dissolved solids”.

2. Kandungan Zat Organik

Zat organik didalam pengurainya, memerlukan oksigen dan bantuan mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik zat organik adalah dengan mengukur B.O.D (Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan tersebut. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-bahan organik dalam larutan dibawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya 5 hari pada 20°C).


(46)

3. Kandungan Zat Anorganik

Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas air buangan antara lain Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phosphor, H2O dalam

zat beracun dan logam berat seperti Hg CD, Pb dan lain-lain.

4. Gas

Adanya gas N2, O2, CO2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke

dalam air, sedangkan gas H2S, NH3 dan CH4 berasal dari proses dekomposisi

air buangan. Oksigen didalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur D.O (Dissolved Oxygen). Jumlah oksigen yang ada didalam sering digunakan untuk menentukan banyaknya/besarnya pencemaran zat organik dalam larutan makin rendah D.O suatu larutan makin tinggi kandungan zat organiknya.

5. Kandungan Bakteriologis

Bakteri golongan coli terdapat normal didalam usus dan tinja manusia. Sumber bakteri patogen dalam air berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan cukup sulit, sehingga sebagai parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat jumlah golongan coliform (MPN/ Most Probable Number) dalam 100 ml air buangan serta perkiraan tedekat jumlah golongan coliform tinja dalam 100 ml air buangan.


(47)

4. pH (derajat keasaman)

Pengukuran pH berkitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka.

5. Suhu

Kenaikan suhu mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menimbulkan bau tidak sedap akibat terjadinya degradasi anaerobik yang mungkin terjadi


(48)

Tabel 2.1. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan C

No. Parameter Satuan Kadar

Maksimum

Keterangan A. FISIKA

1. Suhu ºC Suhu air normal

± 3ºC 2. Zat padat terlarut Mg/L 1000

B. KIMIAWI

a. Kimia Anorganik

1. Air Raksa Mg/L 0,002 -

2. Amoniak bebas Mg/L 0,02 -

3. Arsen Mg/L 1,0 -

4. Fluorida Mg/L 1,5 -

5. Kadmium Mg/L 0,01 -

6. Klorin bebas Mg/L 0,003 -

7. Kromium, valensi 6 Mg/L 0,05 -

8. Nitrit, sebagai N Mg/L 0,06 -

9. Oksigen terlarut (DO) Mg/L - Disyaratkan

lebih dari 3

10. pH - 6 - 9 -

11. Selenium Mg/L 0,05 -

12. Seng Mg/L 0,02 -

13. Sianida Mg/L 0,02 -

14. Sulfida, sebagai H2S Mg/L 0,002 -

15. Tembaga Mg/L 0,02 -

16. Timbal Mg/L 0,03 -

b. Kimia Organik

1. BHC Mg/L 0,21 -

2. DDT Mg/L 0,002 -

3. Endrine Mg/L 0,004 -

4. Fenol Mg/L 0,001 -

5. Minyak dan lemak Mg/L 1 -

6. Organosfosfat dan carbamate

Mg/L 0,1 -

7. Senyawa aktif biru metilen (surfaktan)

Mg/L 0,2 -

C. RADIOAKTIF

1. Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)

Bq/L 0,1 -

2. Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)

Bq/L 1,0 -


(49)

2.5.3. Dampak Pencemaran Air

Air disebut tercemar apabila air itu berubah komposisinya atau keadaannya, secara langsung atau tidak langsung sebagai akibat kegiatan manusia sehingga air itu menjadi kurang berguna bagi kebutuhan tertentu atau semua kebutuhan dibandingkan dengan apabila air itu berada dalam keadaan alamiahnya semula (Kusnoputranto, 1986).

Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa (Wardhana, 2000) :

A. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga

Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat digunakan lagi sebagai penunjang kehidupan manusia, terutama untuk keperluan rumah tangga, akan menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu lama untuk memulihkannya.

B. Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri

Kalau terjadi pencemaran air yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan industri berarti usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia tidak akan tercapai.

C. Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian.

Air tidak dapat digunakan lagi sebagai air irigasi, untuk pengairan di persawahan dan kolam perikanan karena adanya senyawa-senyawa anorganik yang


(50)

terlalu asam akan mematikan tanaman dan hewan air. Selain itu banyak senyawa anorganik yang bersifat racun yang menyebabkan kematian. Air yang mengandung racun seringkali justru bening, seolah-olah tidak tercemar. Sudah sering terdengar adanya kematian ikan maupun udang di kolam perikanan dan tambak yang disebabkan air lingkungan yang tercemar.

2.6. Pengertian Air Lindi

Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari air lindi ini dapat dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik (Hidrokarbon, Asam Humat, Sulfat, Tanat dan Galat) dan anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat, Fosfat, Fenol, Nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air tanah (Maramis, 2008).

Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan dikenal dengan istlah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran (umumnya dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah), sehingga bahan-bahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus diolah dari


(51)

suatu unit pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke lingkungan. Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai ribuan mg/L), sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan (Machdar, I, 2008).

Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi akibat bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.

2.6.1. Sampah Sebagai Sumber Air Lindi

Timbunan sampah yang berasal dari sampah domestik dapat mengganggu/mencemari karena : lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas Nitrogen dan Asam Sulfida, adanya zat Mercury, Chrom dan Arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur permukaan tanah menjadi racun (Pustekom, 2005).

Selayaknya benda cair, air lindi ini akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam dan bercampur dengan air tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Bisa dibayangkan, air lindi yang mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik dengan


(52)

konsenterasi sekitar 5000 kali lebih tinggi dari pada dalam air tanah, masuk dan mencemari tanah atau air sungai.

Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indikator biologis perlu diketahui dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini merupakan penunjuk ada tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis dasar, melalui analisis kandungan logam atau kandungan senyawa kimia tertentu yang terdapat di dalam hewan maupun tanaman. Beberapa unsur kimia atau jenis logam yang pernah dijumpai sebagai pencemar lingkungan perairan yang terdeteksi melalui indikator biologis antara lain sebagai berikut (Wardhana, 2003) :

1. Indikator biologis Phytoplankton : Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), plutonim (Pu), Cesium (Cs), ytrium (Y), dan Tritium (H3).

2. Indikator biologis Zooplankton : Mangan (Mn), Strontium (Sr), Ytrium (Y), Besi (Fe), Nikel (Ni), Kobalt (Co), Zirkonium (Zr).

3. Indikator biologis Mollusca : Seng (Zn), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Cesium (Cs), Kobalt (Co).

4. Indikator biologis Crustacea : Strontium (Sr), Ytrium (Y), Cesium (Cs), Kobalt (Co), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tritium ( H3).

5. Indikator biologis ikan dan sejenisnya : Plutonium (Pu), Mangan (Mn), Cesium (Cs), Seng (Zn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zirkonium (Zr) dan Strontium (Sr).

Unsur kimia atau sejenisnya yang terkandung di dalam indikator biologis seperti tersebut diatas dapat berupa unsur kimia biasa maupun dalam bentuk unsur


(53)

radioaktif. Selain itu dalam masalah indikator biologis suatu pengertian yang disebut dengan Biological Magnification, yaitu pelipatan kandungan bahan pencemar oleh organisme yang tingkatannya lebih tinggi.

2.6.2. Proses Pencemaran dari Sumber Pencemar Sampai ke Manusia

Proses perjalanan sumber pencemar hingga sampai ke tubuh manusia dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :

Gambar 2.1. Skema Perjalanan Logam Berat dari Sumber Pencemar Sampai ke Manusia (Zulkifli, 1997).

Berdasarkan gambar 1 diatas, bahwa manusia juga akan menerima dampak buruk dari pencemaran air. Dimana air juga merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia sebab bukan hanya karena berat badan manusia terdiri atas 60-70% air, tetapi juga karena air merupakan unsur penting dalam metabolisme di dalam

Industri Limbah Logam Berat

Sungai

Laut

Air Minum Irigasi Tambak Fitoplanton, Zooplanton

Pertanian Ikan

Ikan, Bentos


(54)

tubuh, dan pengangkut hasil metabolisme tersebut kekurangan air dalam tubuh 15% akan menyebabkan kematian dan sebaliknya jika kelebihan akan menyebabkan gangguan di dalam tubuh seperti lemas, kejang bahkan koma (Zulkifli, 1997).

Patogenesis atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 simpul, yakni simpul 1, kita sebut sebagai sumber penyakit; simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit; simpul 3, penduduk dengan berbagai variabel seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, jender; sedangkan simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau

exposure dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent

penyakit.

Simpul 1 : Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan mengeluarkan atau ”mengemisikan” agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan). Umumnya melalui produk bahan beracun yang dihasilkannya ketika berada dalam tubuh, atau secara langsung dapat mencederai sebagian atau seluruh bagian tubuh manusia sehingga menimbulkan gangguan fungsi maupun morfologi (bentuk organ tubuh).

Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapat dikelompokkan ke dalam 3 besar yaitu :


(55)

a. Mikroba, seperti virus, amoeba, jamur, bakteri, parasit dan lain-lain.

b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan cahaya.

c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, merkuri, cadmium, CO, H2S dan lain-lain.

Sumber penyakit yaitu titik secara konstan maupun kadang-kadang mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut diatas.

Simpul 2 : Media Transmisi Penyakit

Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit pada hakikatnya ada 5 (lima) komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media transmisi penyakit yaitu : udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga dan manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau di dalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent bibit penyakit.

Air (komponen lingkungan) dikatakan memiliki potensi menimbulkan penyakit kalau di dalamnya terdapat bakteri Salmonella typhi, bakteri Vibrio cholerae

atau air tersebut mengandung bahan kimia beracun seperti pestisida, logam berat dan lainnya.

Simpul 3 : Perilaku Pemajaan (Behavioural Exposure)

Perilaku pemajaan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit. Misalnya mengkonsumsi air minum yang mengandung cadmium, jumlah kontak pada setiap orang berbeda satu


(56)

besar, ada juga dalam jumlah kecil. Semua ditentukan oleh perilaku masing-masing orang yang dipengaruhi pendidikan, pengetahuan dan sebagainya.

Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara yang khas, yaitu : sistem pernafasan, sistem pencernaan, dan kontak kulit. Apabila kita kesulitan mengukur besaran agent penyakit, maka diukur dengan cara tidak langsung yang disebut sebagai biomarker atau tanda biologi. Misalnya kandungan merkuri dalam darah atau urine, kandungan Pb dalam darah disebut biomarker kadar merkuri dalam rambut, begitu juga dengan pencemaran lindi yang mengandung logam berat pada tambak yang mengakibatkan ikan tercemar dan apabila dikonsumsi manusia dapat menimbulkan penyakit..

Simpul 4 : Penyakit

Penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata penduduk lainnya. Bisa kelainan bentuk, kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial (Achmadi, 2005).

2.6.3. Pengelolaan Budidaya Tambak

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu, walaupun sebenamya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya. Tetapi


(57)

tambak yang ada di dekat TPA Kelurahan Terjun lebih dominan digunakan untuk kegiatan budidaya ikan. Ikan merupakan produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi berorientasi eksport. Tingginya harga ikan cukup menarik perhatian para pengusaha untuk terjun dalam usaha budidaya ikan.

Kegiatan budidaya menyiratkan semacam intervensi dalam proses pemeliharaan untuk meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan penyakit dan sebagainya (Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2001).

Pemilihan lokasi lahan yang akan digunakan untuk tambak harus memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity). Daya dukung lingkungan dipengaruhi oleh gabungan kualitas air, pasang surut, ketinggian lahan, iklim, dan kondisi tanah

Beberapa cara penanganan limbah tersebut antara lain adalah melalui : a) Penyaringan air saat dimasukkan ke tambak.

b) Penggunaan petak perlakuan (tandon air).

Adapun fungsi tandon adalah : sebagai tempat untuk mempersiapkan air yang berkualitas baik sebelum dimasukkan ke dalam petakan pemeliharaan dan sebagai tempat mengendapkan limbah Model dan perlakuan tandon pasok perlu disesuaikan dengan sumber air. Adapun teknologi yang diterapkan dalam budidaya tambak dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu : pola sederhana, pola madya (semi intensif), pola maju (intensif).


(58)

2.7. Landasan Teori

Tempat pembuangan akhir sampah di TPA Kelurahan Terjun dengan menggunakan metode pengolahan sampah secara open dumping, sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tambak yang ada disekitar lokasi serta dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Menurut teori Achmadi (2005), dalam perspektif manusia, lingkungan dapat dikelompokkan berbagai kategori, tergantung keperluan kita. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hubungan interaksi tersebut faktor komponen lingkungan seringkali mengandung atau memiliki potensi timbulnya penyakit. Misalnya ketika kita makan makanan yang ternyata tanpa diketahui makanan tersebut mengandung bahan toksik berupa bahan pengawet, bahan berwarna, logam berat, parasit atau bahan radioaktif. Contoh lain ikan yang mengandung merkuri.


(59)

2.8. Kerangka Konsep

Dalam mengetahui bagaimana pengaruh pencemaran TPAS terhadap tambak ikan maka dibuat kerangka konsep sebagai acuan (kerangka Pemikiran) dalam pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Mutu Air Tambak Ikan

dari Kolam Ikan Parameter Fisik 1. suhu

2. TDS (zat padat terlarut) Parameter Kimia

1. Amoniak (NH3) 2. Nitrat

3. Oksigen terlarut 4. pH

5. Seng (Zn) 6. Sulfida (H2S) 7.Tembaga (Cu) 8. Deterjen

9. Minyak dan lemak

Memenuhi Syarat PP No.20 tahun 1990

Tidak Memenuhi Syarat PP No.20 tahun 1990 Jarak TPA dengan

Tambak ikan (100m, 200m dan 300m)

Sanitasi TPA : Pengelolaan Air Lindi - SPAL


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah jenis survai bersifat deskriptif analitik yaitu untuk mengetahui pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi adalah : - Karena banyaknya sampah yang bertumpuk di TPAS Kelurahan Terjun

mengkibatkan pencemaran yang dapat mempengaruhi kualitas air tambak ikan. - Belum pernah diadakan penelitian di TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dengan pengajuan judul penelitian, survai awal, penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal, konsultasi dengan pembimbing, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data dan pengolahan data sampai dengan


(61)

penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai Oktober 2009.

3.2.3. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah : air tambak ikan di lokasi TPA Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.

3.3. Pengambilan Sampel 3.3.1. Alat Pengambilan Sampel

Alat pengambilan sampel yang digunakan adalah botol hitam plastik empat buah, 3 buah untuk pemeriksaan air tambak ikan yang diambil dari jarak 100-300 m, serta 1 botol lagi untuk pemeriksaan air lindi. Selain itu juga peneliti memakai sarung tangan agar tidak terjadi kontaminasi dengan sampel air tambak ikan.

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Alat : 1 botol sampel 1000 ml Cara kerja :

a. Botol sampel dibilas dengan air sampel 2 sampai 3 kali

b. Botol sampel yang terbuat dari plastik di masukkan ke dalam air tambak. Masing-masing botol sampel yang berisi air tambak diambil dari jarak 100 m, 200 m dan 300 m.

c. Pegang botol pada bagian bawah dan celupkan sampai ke dalaman ± 20 cm dengan bibir botol sedikit menghadap keatas ke arah aliran air.


(62)

e. Tutup botol kembali

f. Kemudian untuk pemeriksaan dibawa ke laboratorium BTKL Medan

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara (Interview) langsung kepada pengelola tambak ikan dengan petugas TPA dan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner (karakteristik pengelola tambak ikan) dan observasi langsung yang dilakukan untuk mengamati kegiatan proses pembuangan sampah di TPAS, kemudian pemeriksaan air tambak ikan melalui laboratorium yang ada di Medan.

3.4.2. DataSekunder

Data Sekunder, diperoleh dari studi kepustakaan dan pengumpulan informasi berupa catatan atau data-data yang relevan dan dari Dinas Kebersihan Kota Medan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel

1. Variabel pengaruh (independent variabel), adalah jarak tambak dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun.

2. Variabel terpengaruh (dependent variabel), adalah kualitas air tambak yang diukur berdasarkan baku mutu air golongan C dan sanitasi TPA.


(63)

3.5.2. Definisi Operasional

1. Jarak antara TPAS dengan jarak tambak yaitu jarak yang diukur (meter) antara TPAS dengan tambak ikan.

2. Kualitas air tambak ikan adalah mutu air tambak yang berasal dari kolam ikan yang berada disekitar tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Kota Medan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dengan parameter yang sesuai dengan PP No. 82 tahun 2001.

3. Air tambak memenuhi syarat adalah air yang memenuhi syarat dan sesuai dengan Peraturan Pemeritah RI No.20 tahun 1989.

4. Air tambak tidak memenuhi syarat adalah air tambak yang tidak memenuhi syarat oleh Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1989.

5. Sanitasi TPA adalah usaha untuk melakukan pencegahan pencemaran pembuangan akhir sampah.


(64)

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Jumlah Indikator, Alat Ukur, Kategori dan Skala Ukur TPAS Terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

No. Variabel Definisi Operasional Jumlah Indikator Peralatan Skala Ukur Variabel Independent

1. Jarak - Jarak antara TPAS dengan tambak yaitu jarak tepi paling dekat terhadap tambak

1. 100 m 2. 200 m 3. 300 m

Meteran panjang

Interval

Variabel Dependent 1. Kualitas Air Tambak Kualitas air tambak yaitu mutu

air tambak yang berasal dari kolam ikan yang berada disekitar TPAS Terjun, berdasarkan baku mutu air golongan C

Observasi

2. Suhu Adalah suhu air tambak ikan 1. ± 3ºC 2. 25º-26ºC

Thermometer air Ordinal 3. TDS/zat padat terlarut Pengukuran TDS dalam air

tambak ikan

1.<1000 mg/L 2. >1000 mg/L

Alat Titrasi Ordinal 4. Air Raksa (Hg) Pengukuran kadar Hg dalam air

tambak ikan

1.< 0,002 mg/L 2. > 0,002 mg/L

Spektrofotometer Ordinal 5. Amoniak (NH3) Pengukuran kadar NH3 dalam

air tambak ikan

1. < 0,02 mg/L 2. > 0,02 mg/L

Spektrofotometer Ordinal 6. Arsen (As) Pengukuran kadar As dalam air

tambak ikan

1. < 1 mg/L 2. > 1 mg/L

Spektrofotometer Ordinal 7. Fluorida (F) Pengukuran kadar F dalam air

tambak ikan

1. < 1,5 mg/L 2. > 1,5 mg/L

Spektrofotometer Ordinal 8. Kadmium (Cd) Pengukuran kadar Cd dalam air

tambak ikan

1. < 0,01 mg/L 2. > 0,01 mg/L

ICP Ordinal 9. Klorin bebas Pengukuran klorin bebas dalam

air tambak

1. < 0,003 mg/L 2. > 0,003 mg/L

Alat Titrasi Ordinal 10. Kromium (Cr) Pengukuran kadar Cr dalam air

tambak ikan

1. < 0,05 mg/L 2. > 0.05 mg/L

Spektrofotometer Ordinal 11. Nitrit (N) Pengukuran kadar N dalam air

tambak ikan

1. < 0,06 mg/L 2. > 0,06 mg/L

Spektrofotometer Ordinal 12. Oksigen terlarut (DO) Yang disyaratkan > 3 Alat Titrasi Ordinal 13. pH Pengukuran kadar pH dalam air

tambak ikan

1. < 6-9 2. > 6-9

pH meter Ordinal 14. Selenium (Se) Pengukuran kadar Se dalam air

tambak ikan

1. < 0,05 mg/L 2. > 0,05mg/L

Spektrofotometer Ordinal 15. Seng (Zn) Pengukuran kadar Zn dalam air

tambak ikan

1. < 0,02 mg/L 2. > 0,02 mg/L

Spektrofotometer Ordinal 16. Sianida Pengukuran kadar sianida dalam

air tambak ikan

1. < 0,02 mg/L 2. > 0,02 mg/L

Spektrofotometer Ordinal 17. Sulfida (H2S) Pengukuran kadar H2S dalam air

tambak ikan

1. Terdeteksi 2. Tdk terdeteksi

Spektrofotometer Ordinal 18. Tembaga (Cu) Pengukuran kadar Cu dalam air

tambak ikan

1. < 0,02 mg/L 2. > 0,02 mg/L

Spektrofotometer Ordinal 19. Timbal (Pb) Pengukuran kadar Pb dalam air

tambak ikan

1. < 0,03 mg/L 2. > 0,03 mg/L

ICP Ordinal

20. Deterjen 1. < 0,002 mg/L

2. > 0,002 mg/L

Spektrofotometer 21. Minyak dan lemak Pengukuran minyak dan lemak

dalam air tambak

1. < 1 mg/L 2. > 1 mg/L

Alat titrasi 22. Sanitasi TPA :

- SPAL

Pengelolaan air lindi yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah

1. Ada


(65)

3.7. Metode Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini adalah untuk melihat gambaran deskriptif variabel penelitian dengan tabel distribusi frekuensi.Melakukan analisis pada seluruh variabel yaitu jarak TPAS dengan air tambak ikan untuk mendeskripsikan tiap variabel (independent dan dependen) yang akan diteliti.


(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Daerah Penelitian 4.1.1. Data Geografi

Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Kelurahan Terjun terletak di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, salah satu Kecamatan yang berada di bagian kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Marelan memiliki luas wilayah 44,47 km², dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang 4. Sebelah Timur berbatasasn dengan Kecamatan Medan Labuhan

Sedangkan Kecamatan Medan Marelan terbagi menjadi 5 (lima) wilayah Kelurahan diantaranya adalah Kelurahan Labuhan Deli, Kelurahan Rengas Pulau, Kelurahan Terjun, Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Paya Pasir (Data monografi Kecamatan, 2008).

4.1.2. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Marelan berjumlah 121.721 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki ada 58.918 jiwa dan penduduk perempuan 62.803 jiwa. Kelurahan Terjun sendiri terdiri dari 22 lingkungan, sedangkan tempat pembuangan


(1)

mg/L Jadi dari ketiga jarak sudah melampaui baku mutu air yang ditetapkan yaitu 0,02 mg/L. Kadar tembaga merupakan unsur yang diperlukan dan pajanan melalui makanan umumnya adalah 1-3 mg/hari.

Pengaruh kadar pada ikan di tambak karena Cu merupakan logam yang pada dasarnya bersifat elektrostatistik dan pada larutan garam berbentuk ion hidrofilik, juga merupakan komponen kovalen dan jarang berbentuk ion bebas. Logam jenis ini apabila masuk kedalam sel hewan biasanya selalu proposional dengan tingkat konsentrasi logam dalam air sekitarnya, sehingga logam dapat terikat dengan adanya ketersediannya logam dalam sel.. Masuknya logam tersebut (Cu) ke dalam sel malalui lapisan lipida dari dinding sel dengan fenomensa endositosis, sistem pemompaan dan sistim kelas organik. Diduga logam tersebut merupakan logam berat, sangat mudah dan cepat melakukan penetrasi dalam tubuh organisme air. Toksisitas logam tersebut terhadap organisme air sudah tidak diragukan lagi, sehingga kerusakan yang ditimbulkan terhadap jaringan organisme akuatik terjadi pada organ yang peka seperti insang dan usus, kemudian jaringan bagian dalam seperti hati dan ginjal tempat logam tersebut terakumulasi (Darmono, 2001).

9. Ammonia (NH3)

Hasil penelitian di dapat kadar Ammonia pada jarak 100 m sebesar 11,5 mg/L, sedangkan jarak 200 m ada 4,68 mg/L dan jarak 300 m ada 3,85 mg/L. Ammonia merupakan hasil tambahan penguraian (pembusukan). Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, dan


(2)

Amoniak merupakan hasil tambahan penguraian (pembusukan protein tanaman atau hewan, atau dalam kotorannya. Jadi jika ada amoniak dalam air ada kemungknan kotoran hewan masuk, juga dapat terbentuk jika urea dan asam urik dalam urine mengurai. Nitrat dapat terbentuk karena tiga proses, yakni badai listrik, organisme pengikat nitrogen dan bakteri yang menggunakan amoniak (Sastrawijaya, 1991)


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Metode pembuangan akhir sampah di TPA Kelurahan Terjun umumnya dilakukan dengan cara menggunakan sistem open dumping (sistem pembuangan terbuka).

2. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 100 m yang berada pada kolam III yang menunjukkan tidak memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan, dari 11 parameter yang diteliti terdapat 6 (enam) parameter yang telah melewati baku mutu air yang diperbolehkan. Adapun parameter tersebut adalah minyak dan lemak, okasigen terlarut (DO), Sulfida (H2S), detergen, Tembaga (Cu) dan

Ammonia (NH3).

3. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 200 m yang berada pada kolam II yang tidak memenuhi syarat, dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti terdapat 5 (lima) parameter yang telah melewati baku mutu. Parameter tersebut adalah TDS, minyak dan lemak, Sulfida (H2S), detergen, Tembaga (Cu).

4. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 300 m yang berada pada kolam I tidak memenuhi syarat. Dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti terdapat


(4)

tersebut adalah minyak dan lemak, Nitrat (N), Sulfida (H2S), detergen, Tembaga

(Cu).

5. Hasil pengukuran kualitas air tambak dengan jarak 100 m, 200 m, dan 300 m yang dibandingkan dengan baku mutu PP No. 20 tahun 1989, terdapat 7 (tujuh) parameter yang sudah melampaui baku mutu tersebut yaitu : TDS, Minyak dan lemak, DO, Nitrat (N), Sulfida (H2S), detergen, Tembaga (Cu).

6.2. Saran

1. Sebagai masukan bagi pemerintah kota Medan untuk memperbaiki sistem pengolahan sampah yang ada dengan metode dan teknik pengolahan sampah contohnya yang berwawasan lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga pengaruh air lindi tidak mencemar air tambak yang ada disekitarnya

2. Kepada mayarakat yang berada disekitar TPA dan pengelola tambak agar selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan air tambak tersebut dengan cara pembuatan sirkulasi air.

3. Diharapkan dalam pembuangan sampah sebaiknya dilakukan dengan cara sistim

sanitary landfiill yaitu sampah yang dibuang dikelilingi dan ditutup dengan material yang kedap air.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Bapedal, 2001. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.

Bapedal, 1997. Undang-Undang No 23 tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bapedal, Jakarta.

Connel,D.W; and Miller G.J, 1983. Chemistry and Exotoxicology of Pollution, Wiley Interscience Publicationm, Brisbane Australia.

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Penerbit Universitas Indonesia-Press, Jakarta.

Daniel, T.S, Hasan, P dan Vonny, S. 1985. Teknologi Pemanfaatan Sampah Kota dan Peran Pemulung Sampah : Suara Pendekatan Konseptual. PPLH-ITB, Bandung.

Depkes RI, 1989, Keputusan Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/1989 Tentang Batas Maksimum Pencemaran Logam Berat dalam Makanan, Jakarta.

_________, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

_________, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air , Jakarta.

Kusnoputranto, 1986. Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

_________, 1996. Toksikologi Lingkungan Logam Toksik dan B3, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

_________, 2000. Kesehatan Lingkungan, Edisi Revisi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.


(6)

Machdar, I. 2008. Antisipasi Sanitasi Landf Diakses tanggal 26 April 2008.

Maramis, A, 2008. Pengelolaan Sampah dan Turunannya di TPA, Alumni Program Pasca Sarjana Magister Biologi Terapan, Universitas Satyawacana, Salatiga.

Notoatmodjo, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

_________, 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Cetakan ke 2 PT Rineka Cipta, Jakarta.

Paramitha, I, 2008. Hubungan Jarak Pembuangan Sampah Terhadap Kualitas Kimia Air Tambak dan Status Kesehatan Masyrakat Pengkonsumsi Ikan Hasil Tamba

Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 1990. Tentang Pengendalian Pencemaran Air. Pustekom, 2005. Pencemaran Tana

2005.

Putra, Y, 2004. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (Upaya Pendekatan dalam Arsitektur) Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik USU-Medan. Sastrawijaya, T,A, 1991. Pencemaran Lingkungan, PT Rineka Cipta , Jakarta.

Soemirat, J, 2000. Kesehatan Lingkungan, Cetakan Keempat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Sugiarto, 1987. Dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Suriawiria, 2003. Mikrobiologi Air, PT Alumni, Bandung.

Sutomo, A.H, 1997. Dasar-Dasar Epidemiologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wardhana, 2000. Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi, Yogyakarta. Zulkifli, H, 1997. Biologi Lingkungan. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan