Politik Anggaran (Studi Analisis: Hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2014)

(1)

POLITIK ANGGARAN

( Studi Analisis : Hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Penetapan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2014)

TOGI NALOM PANGONDIAN

100906087

Dosen Pembibing : Prof. Sublihar, Ph.D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

TOGI NALOM PANGONDIAN (100906087) POLITIK ANGGARAN

(Studi Analisis : Hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Penetapan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2014).

Rincian isi skripsi XX, 97 halaman, 2 tabel, 3 gambar, 11 buku, 4

undang-undang, 3 perundang-undangan, 8 internet. (Kisaran buku dari

tahun 1992-2012)

ABSTRAK

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD digunakan sebagai pondasi oleh Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan dan pedoman dalam menjalankan pemerintahan di daerah. APBD Pada penelitian ini akan mendeskripsikan pola penetapan anggaran dan menganalisis dinamika hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam penetapan APBD di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.

Proses penyusunan dan dinamika penetapan APBD Provinsi Sumatera Utara dibagi kedalam empat tahap besar. Pertama, penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah


(3)

(Renja SKPD). Kedua, penetapan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Ketiga, penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD). Keempat, pembahasan dan penetapa Peraturan Daerah (Perda) APBD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses penyusunan dan penetapan APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 telah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku tetapi mengalami keterlambatan sejak proses awal penyusunan dan penyampaian R-APBD serta proses pembahasan di DPRD yang berjalan dinamis sehingga membutuhkan waktu yang lama. Ketepatan dan Kecepatan dalam penetapan APBD sangat menentukan keberhasilan dan kualitas dalam pelaksanaan program-program pemerintah ditengah masyarakat.


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

TOGI NALOM PANGONDIAN (100906087)

POLITICAL THE BUDGET

(the study of an analysis: the relationship between government and dprd province of north sumatera province of north sumatera in the allocation of budget income and expenditure, regional 2014).

The details of the content of a thesis xx, 97 pages, 2 tables; 3 a picture, 11 books, the act of, 4 3 legislation, 8 the internet.( the range of books from year 1992-2012 )

ABSTRACT

Revenue and expenditure regional is a plan of annual financial local governments discussed and agreed upon by the local government and the house of representatives area ( council ), and set with local regulation.Budget used as the foundation by the local government in making policies and guidelines in running of government in the region.Budget on this research will described the patterns of the allocation of budget and analyzing the dynamics of the relationship between government and council province of north sumatera province of north sumatera in the allocation of budget in the province of north sumatera 2014.

The process of composing and the dynamics of the allocation of budget north sumatra province divided into four large stage.First, the determination of the work plan regional government (RKPD) and the work plan work unit regional government (Renja SKPD).Second, the determination of a common policy budget (KUA) and priority and ceiling of the budget temporarily (PPAS).Third, the


(5)

preparation of the work plan the budget (RKA) SKPD and the planned budget revenues and regional spending (R-APBD). Fourth, discussion and penetapa regional regulation (Perda) budget.

This research result indicates that the process of the preparation and stipulation budget province of north sumatera 2014 is in accordance with the regulation but experience delays since the initial processes the preparation and delivery of R-APBD the process of discussion at dprd who walks dynamic thus require a long time.Exactness and speed in the allocation of budget very determine the success and quality in the implementation of government programs in the middle of the community.


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : Togi Nalom Pangondian

NIM : 100906087 Departemen : Ilmu Politik Judul : Politik Anggaran

(Studi Analisis : Hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2014)

Menyetujui,

Ketua Departemen Ilmu Politik,

NIP. 196806301994032001 (Dra. T. Irmayani, M.Si)

Dosen Pembimbing,

NIP. 196207181987101001 (Prof. Sublihar, Ph.D)

Mengetahui, Dekan Fisip USU

NIP. 196805251992031002 (Prof.Dr.Badaruddin,M.Si)


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Kita Yesus Kristus, dimana berkat dan kasihnya yang selalu baru setiap harinya serta penyertaanNya yang selalu menuntun penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta, keluarga yang memberikan semangat dan nasehat bagi penulis, yaitu Bapak dan Mama serta Abang dan Adik ku terima kasih buat banyak hal yang boleh Kita lalui dari awal sampai pada tahap dimana penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi.

Skripsi ini berjudul“POLITIK ANGGARAN(Studi Analisis : Hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2014).” dan disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.


(8)

1. Bapak Prof..Dr.Badaruddin,M.Siselaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra.T.Irmayani,M Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Anthonius Sitepu selaku sekretaris Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Sublihar. Ph,D selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

4. Kedua orang tua penulis, T. Sihite dan Y. br. Tobing, terimakasih buat kasih sayang dan dukungan yang diberikan.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya.Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.


(9)

Medan, Juli 2014 Penulis,

Togi Nalom Pangondian Nim: 100906087


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul...i

Abstrak...ii

Abstract...iii

Halaman Persetujuan...iv

Lembar Persembahan...v

Kata Pengantar...vi

Daftar Isi...vii

BAB I A.Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manfaat Penelitian...8

E. Kerangka Teori...9

E.1.Teori Desentralisasi Fiskal...9

E.2 Teori Pembagian Kekuasan...12

E.3 Teori Anggaran...13

E.3.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)...16

F. Metodologi Penelitian...19


(11)

F.2 Lokasi Penelitian...19

F.3 Jenis Penelitian...19

F.4 Teknik Pengumpulan Data...20

F.5 Teknik Analisis Data...21

G. Sistematika Penulisan...22

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara...23

A.1 Letak Geografis...23

A.2 Penduduk...23

A.3 Pendidikan...23

A.4 Ketenagakerjaan...25

A.5 Ekonomi...26

A.6 Sosial dan Budaya...27

B. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara...28

B.1 Sejarah...28

B.2 Struktur Pemerintahan...29

C. Gambaran Umum DPRD Provinsi Sumatera Utara...31

C.1 Fungsi DPRD...31


(12)

C.3 Hak dan Kewajiban DPRD...33

D. Struktur Organisasi DPRD Provinsi Sumatera Utara...36

D.1 Alat Kelengkapan DPRD...36

D.1.1 Pimpinan...36

D.1.2 Badan Musyawarah...38

D.1.3 Komisi...39

D.1.4 Badan Legislasi...42

D.1.5 Badan Anggaran...45

D.1.6 Badan Kehormatan...48

D.2 Fraksi-Fraksi di DPRD...49

BAB III PEMBAHASAN Hubungan Pemerintah Provinsi dan DPRD dalam Penetapan Anggaran...52

A.1 Penetapan RKPD dan Renja SKPD...56

A.2 Penetapan KUA dan PPAS...62

A.3 Penyusunan RKA SKPD, PPKD dan RAPBD...68

A.4 Pembahasan dan Penetapan Perda APBD...72

BAB IV KESIMPULAN...93


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

TOGI NALOM PANGONDIAN (100906087) POLITIK ANGGARAN

(Studi Analisis : Hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Penetapan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2014).

Rincian isi skripsi XX, 97 halaman, 2 tabel, 3 gambar, 11 buku, 4

undang-undang, 3 perundang-undangan, 8 internet. (Kisaran buku dari

tahun 1992-2012)

ABSTRAK

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD digunakan sebagai pondasi oleh Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan dan pedoman dalam menjalankan pemerintahan di daerah. APBD Pada penelitian ini akan mendeskripsikan pola penetapan anggaran dan menganalisis dinamika hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam penetapan APBD di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.

Proses penyusunan dan dinamika penetapan APBD Provinsi Sumatera Utara dibagi kedalam empat tahap besar. Pertama, penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah


(14)

(Renja SKPD). Kedua, penetapan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Ketiga, penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD). Keempat, pembahasan dan penetapa Peraturan Daerah (Perda) APBD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses penyusunan dan penetapan APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 telah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku tetapi mengalami keterlambatan sejak proses awal penyusunan dan penyampaian R-APBD serta proses pembahasan di DPRD yang berjalan dinamis sehingga membutuhkan waktu yang lama. Ketepatan dan Kecepatan dalam penetapan APBD sangat menentukan keberhasilan dan kualitas dalam pelaksanaan program-program pemerintah ditengah masyarakat.


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

TOGI NALOM PANGONDIAN (100906087)

POLITICAL THE BUDGET

(the study of an analysis: the relationship between government and dprd province of north sumatera province of north sumatera in the allocation of budget income and expenditure, regional 2014).

The details of the content of a thesis xx, 97 pages, 2 tables; 3 a picture, 11 books, the act of, 4 3 legislation, 8 the internet.( the range of books from year 1992-2012 )

ABSTRACT

Revenue and expenditure regional is a plan of annual financial local governments discussed and agreed upon by the local government and the house of representatives area ( council ), and set with local regulation.Budget used as the foundation by the local government in making policies and guidelines in running of government in the region.Budget on this research will described the patterns of the allocation of budget and analyzing the dynamics of the relationship between government and council province of north sumatera province of north sumatera in the allocation of budget in the province of north sumatera 2014.

The process of composing and the dynamics of the allocation of budget north sumatra province divided into four large stage.First, the determination of the work plan regional government (RKPD) and the work plan work unit regional government (Renja SKPD).Second, the determination of a common policy budget (KUA) and priority and ceiling of the budget temporarily (PPAS).Third, the


(16)

preparation of the work plan the budget (RKA) SKPD and the planned budget revenues and regional spending (R-APBD). Fourth, discussion and penetapa regional regulation (Perda) budget.

This research result indicates that the process of the preparation and stipulation budget province of north sumatera 2014 is in accordance with the regulation but experience delays since the initial processes the preparation and delivery of R-APBD the process of discussion at dprd who walks dynamic thus require a long time.Exactness and speed in the allocation of budget very determine the success and quality in the implementation of government programs in the middle of the community.


(17)

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Konsep Trias politica merupakan sebuah konsep pemerintahan yang sangat populer pada negara-negara didunia saat ini. Konsep dasarnya adalah bahwa kekuasaan tidak hanya dilimpahkan pada suatu kekuasaan tertinggi dalam suatu negara, melainkan kekuasaan itu harus dibagi kedalam beberapa lembaga-lembaga yang terorganisir dalam sebuah struktur pemisahan kekuasaan yang dikenal dengan istilah Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.1

Pelaksanaan Otonomi daerah yang bergulir pada saat ini merupakan bagian dari reformasi atas kehidupan bangsa yang oleh pemerintah dituangkan dalam Undang-Undang (UU) No.22 Tahun 1999 Tentang pokok-pokok pemerintah daerah, yang kemudian disempurnakan menjadi UU No.32 tahun 2004. Secara umum otonomi diartikan sebagai pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah.

Menguatnya konsep desentralisasi (otonomi daerah) pada awal reformasi yang mewajibkan pemerintah pusat untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah daerah akan semakin menguatkan peran pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan didaerah. Penguatan peran Pemerintah Daerah tidak terlepas dari peran eksekutif (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota) dan legislatif ( Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I dan II).

1

Samsul Wahidin. Dimensi kekuasaan negara Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007 Hal 1 18


(18)

Pemerintahan Daerah dalam UU No.22 Tahun 1999 hanya diartikan sebagai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom olehPemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Desentralisasi tanpa menunjukkan pembagian yang jelas tentang kedudukan dua lembaga ini. Selanjutnya hal ini diperjelas dalam UU No.32 Tahun 2004 terutama pasal 3 yang menyatakan;

1. pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi;

2. pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas Pemerintah Daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.

Penjelasan diatas menunjukkan perbedaan penafsiran tentang pemerintahan daerah dari kedua Undang-Undang tersebut. Dalam UU No 32 tahun 2004 lebih menjelaskan bahwa pemerintahan daerah terdiri dari dua bagian yaitu pemerintah daerah dan DPRD yang saling bekerjasama dalam melaksanakan roda pemerintahan didaerah. sehingga dalam proses pembuatan kebijakan tersebut terdapat hubungan-hubungan kerja baik bersifat politis maupun lainnya antara Pemerintah Daerah dan DPRD.

Konsekuensi dari otonomi ini daerah tidak semata-mata pelimpahan kekuasaan saja, melainkan juga adanya perubahan pola hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang kemudian diatur dalam UU No 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang kemudian direvisi dalam UU No.33 tahun 2004. Dimana pada awalnya pola hubungan keuangan antara pusat dan daerah


(19)

merupakan sentralistik; apa yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat digunakan seutuhnya oleh Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah saat ini, salah satu aspek yang harus diperhatikan dengan seksama adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi Pemerintah Daerah, yang mempunyai posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pelaksanaan pelayanan publik oleh Pemerintah Daerah.

APBD yang merupakan pondasi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijkan-kebijakan dan pedoman dalam jalannya pemerintahan daerah maka penetapan dan pengesahan APBD yang tepat waktu merupakan hal penting. Hal ini tidak terlepas membantu terutama untuk mempercepat proses pembangunan di daerah melalui pelaksanaan program-program pemerintah dalam tahun anggaran tersebut. Selain itu penetapan APBD yang tepat waktu juga akan menghindari suhu politik yang memanas di daerah sehingga akan menggundang investor untuk berinvestasi di daerah tersebut karena iklim investasi yang kondusif.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 27 Tahun 2013 tentang teknis penyusunan APBD 2014, Pemerintah Daerah dan DPRD dalam Penetapan APBD harus tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31 Desember 2013. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah harus memenuhi jadwal proses penyusunan APBD, mulai dari penyusunan dan penyampaian rancangan


(20)

Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) diberikan kepada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran (RKA)- SKPD sebelum diberikan kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati.

Mulai penyusunan dan penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPAS oleh pemerintah daerah kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati bersama paling lambat akhir bulan Juli 2013 Selanjutnya KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menyusun, menyampaikan dan membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran 2014 antara pemerintah daerah dengan DPRD sampai dengan tercapainya persetujuan bersama antara kepala daerah dengan DPRD terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, paling lambat tanggal 30 Nopember 2013.

Sumatera Utara sebagai sebuah provinsi yang memiliki jumlah APBD terbesar di Pulau Sumatera dan salah satu yang terbesar di Indonesia yang pada tahun 2014 memiliki APBD Rp8,488 triliun dengan alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp 5,059 triliun atau (59,61%). Sedangkan alokasi belanja langsung dalam APBD 2014 sebesar Rp3,428 triliun atau (40,39 %)2

2http://www.waspada.co.id/ apbd-sumut-2014 Diakses 02 April 2014 Pukul 10.00

. Lambatnya proses penetapan APBD Sumatera Utara (Sumut) yang dimana seharusnya daerah menyampaikan APBD pada setiap 3 November setiap tahunnya sesuai dengan


(21)

peraturan, kemudian membuat Mendagri menyampaikan Surat Teguran tertulis tertanggal 31 Desember 2013 dengan Nomor 903/8974/SJ yang memperingatkan gubernur-gubernur untuk segera menyelesaikan APBD 3

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Utara diasumsikan sebagai rencana keuangan baik dari sisi pendapatan yang akan diperoleh maupun belanja yang akan digunakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam rangka melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab daerah dalam

. Keterlambatan pengesahannya APBD Sumut hingga tanggal 20 Januari 2014 tentu memunculkan berbagai macam asumsi-asumsi dari berbagai pihak tentang alasan keterlambatan tersebut.

Terlambatnya proses penetapan APBD Sumut tahun 2014 pertama kali terjadi sejak lima tahun belakangan ini. Lambatnya proses penetapan ini tidak terlepas dari penolakan fraksi-fraksi DPRD Sumut terhadap R-APBD yang disampaikan. Hal cukup mengejutkan dan cukup berbeda dari provinsi-provinsi lain yang mengalami penundaan yakni dari sepuluh fraksi yang ada di DPRD Sumut, seluruh fraksi meminta penundaan penetapan APBD Sumut termasuk fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dimana Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho merupakan kader partai tersebut. Penolakan tersebut dengan berbagai alasan terutama menyangkut masalah belanja daerah dan bantuan sosial masyarakat yang tidak sesuai dengan permendagri no 27 tahun 2014.


(22)

rangka mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah, implementasi otonomi dan pelayanan umum selama periode waktu tertentu.

Pokok permasalahan yang ingin diangkat oleh peneliti adalah pola hubungan antara eksekutif dan legislataif terutama dalam penetapan anggaran sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang, dalam kenyataannya diwarnai oleh pola-pola hubungan kerja yang kurang harmonis sehingga menimbulkan kecenderungan terjadinya dominasi antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. Fakta yang dapat dilihat masyarakat terkait hubungan yang tidak harmonis antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam penerapan peraturan daerah, terutama terlambatnya penyusunan dan Penetapan anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Provinsi yang tertunda.

Lambatnya proses penyusunan dan penetapan APBD Provinsi Sumatera Utara tentu menimbulkan adanya tarik-menarik kepentingan antara Pemerintah Daerah dan DPRD Sumut dalam RAPBD tersebut . Hal ini cukup wajar menginggat besarnya jumlah APBD Provinsi Sumatera Utara yang pada tahun ini saja sekitar 8,4 triliun rupiah yang tentunya menarik untuk mencari tahu pihak-pihak yang turut serta dalam proses penyusunan draft Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) yang selanjutnya akan dibahas bersama-sama antara pemerintah daerah dan DPRD yang kemudian disahkan menjadi Peraturan Daerah ( Perda).


(23)

Sinergisitas antara pemerintahan provinsi dan DPRD tidak terlaksana dengan baik sebagaimana yang diamanatkan undang-undang. Hal ini dapat dilihat dimana Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berperan lebih besar dalam isi dan ide Pengajuan draft Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (R-APBD), dilain pihak DPRD Provinsi yang terdiri dari beberapa fraksi menunjukkan sikap arogansinya sebagai pemegang kekuasaan pemegang anggaran dengan begitu saja menolak usulan draft R-APBD dari pemerintah provinsi dengan berbagai alasan tanpa memberikan solusi sehingga proses pembahasan dan penetapan R-APBD tertunda.

Relasi kekuasaan seperti diatas menunjukkan adanya suatu hubungan komunikasi politik yang salah antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara yang tidak sejalan dengan yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Hal ini lah yang kemudian memunculkan anggapan bahwa Pemerintah dominan dari DPRD terhadap pengajuan draft APBD, tetapi dilain pihak DPRD terlalu berkuasa dalam keputusan penetapan anggaran

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut diatas, Peneliti memiliki ketertarikan untuk membahas relasi kekuasaan dalam penetapan anggaran. Maka dalam hal ini peneliti mengangkat judul penelitian Politik anggaran ( Studi analisis : Hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Penetapan APBD Tahun 2014)


(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam penetapan APBD di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Menganalisis pola penetapan anggaran dan mendeskripsikan dinamika hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Penetapan APBD di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.”

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik bagi peneliti maupun orang lain. Terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan yang baru bagi peneliti serta manfaat dalam mengembangkan kemampuan berfikir peneliti untuk menulis suatu karya ilmiah.


(25)

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan tentang hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Sumatera Utara dalam Penetapan APBD

3. Penelitian ini kiranya dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta menjadi referensi bagi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

E. Kerangka Teori

E.1. Teori Desentralisasi Fiskal

Menurut UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 ayat 7 dan UU No 33 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 8, “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Pengertian desentralisasi berbeda dengan otonomi. Dalam desentralisasi harus ada pendistribusian wewenang atau kekuasaan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah. Sedangkan otonomi berarti adanya kebebasan menjalankan atau melaksanakan sesuatu oleh sebuah


(26)

unit politik atau bagian wilayah/teritori dalam kaitannya dalam masyarakat politik atau negara.

Jika dikaitkan dengan sistem hubungan keuangan pusat dan daerah, maka pengertian otonomi dan desentralisasi saling berkaitan dan tampak lebih jelas. Oleh sebab itu, di dalam setiap pendistribusian fungsi dan kewenangan (power) dari tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah harus disertai dan diikuti dengan distribusi pembiayaan dan keuangan yang memadai.

Desentralisasi fiskal adalah suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik, sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan4

Desentralisasi fiskal merupakan salah satu bentuk dan komponen utama dalam desentralisasi. Kebijakan desentralisasi fiskal banyak dipergunakan negara-negara sedang berkembang untuk menghindari ketidakefektifan dan ketidak-. Distribusi anggaran yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dialokasikan kepada daerah-daerah dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membiayai kebutuhan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

4

Juli Panglima, Saragih., Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta : 2003 Ghalia Indonesia Hal 83


(27)

efisienan pemerintahan, ketidak-stabilan ekonomi makro, dan ketidak-cukupan pertumbuhan ekonomi

Bahl mengemukakan bahwa dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip (rules) money should follow function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Artinya, setiap pelimpahan wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut.5

Ebel menjelaskan bahwa desentralisasi fiskal terkait dengan masalah:6 1. pembagian peran dan tanggung jawab antar jenjang pemerintahan

2. transfer antar jenjang pemerintahan

3. penguatan sistem pendapatan daerah atau perumusan sistem pelayanan publik di daerah

4. swastanisasi perusahaan milik pemerintah (terkadang menyangkut tanggung jawab pemerintah daerah)

5.penyediaan jaring pengaman sosial.

5Bahl, Roy W. Implementation Rules for Fiscal Decentralization. Public Budgeting and Finance

1999 Hal 95

6Ebel, Robert. The Economic of Fiscal Decentralization. World Bank Paper. World Bank. New


(28)

E.2 Teori Pembagian kekuasaan

Pembagian kekuasaan dalam suatu negara tidak terlepas dari sistem politik yang ada dianut negara tersebut. Dalam negara yang menganut sistem politik tirani kekuasaan hanya berpusat pada satu tangan, sedangkan negara yang menganut sistem politik Demokrasi kekuasaan dibagi kedalam beberapa lembaga negara.

Pemikiran tentang pembagian kekuasaan ini dikemukakan pertama kali oleh filosof Inggris, John Locke (1623-1704) melalui bukunya yang berjudul “ Two Treatises on Civil Goverment” yang memberikan penjelasan nyata tentang bagaimana kekuasaan didalam negara itu harus dibagi untuk mencegah

absolutisme. Pada dasarnya didalam perspektif pembagian kekuasaan (distribution of power) ini John Locke mengiginkan pembagian kekuasaan tersebut dalam

artian sebagai sebuah konsistensi dalam perlindungan terhadap hak-hak rakyat dari kesewenang-wenangan penguasa.7

7

Samsul Wahidin, Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2007 Hal 16

Pemikiran pembagian kekuasaan John Locke dikembangkan oleh filosof Perancis Montesquieu (1685-1755) melalui bukunya “L’Espirit de Lois” (The

Spirit of La. Montesquieu tidak hanya berbicara dalam pembagian kekuasaan

(distribution power) melainkan spesifik pemisahan kekuasaan (saparation of


(29)

Konsep trias politica yang dicetuskan Montesquieu dimaksudkan agar tidak ada kekuasaan yang satu tumpang tindih dengan kekuasaan lainnya. Kekuasaan yang dimaksud8

8 Anthonius Sitepu, Teori-Teori Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu 2012 Hal 69

;

1. Kekuasaan Legislatif, sebagai pembuat Undang-Undang (UU) yang nantinya dijadikan sebagai patokan untuk berinteraksi baik secara kelembagaan ataupun individual di dalam negara.

2. Kekuasaan Eksekutif, sebagai pelaksana Undang-Undang (UU) yang memiliki kekuasaanuntuk melaksanakan penerapan Undang-Undang (UU) tersebut kepada pihak-pihak yang harus melaksanakannya

3. Kekuasaan Yudikatif, sebagai lembaga peradilan yang menjadi pilar yang menegakkan Undang-Undang (UU) serta mengadili yang melanggar Undang- Undang (UU) dengansegala konsekuensinya.

E.3 Teori Anggaran

Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis; yang meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

Unsur-Unsur yang terdapat yang terdapat dalam anggaran, meliputi ; 1. Rencana, suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang.


(30)

dilakukan oleh semua bagian yang ada dilembaga tersebut.

3. Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai berbagai kegiatan lembaga yang beraneka ragam.

4. Jangka waktu yang akan datang, yang menunjukkan bahwa berlakunya anggaran untuk masa yang akan datang.

Beberapa alasan pentingnya anggaran ;

1. Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

2. Anggaran diperlukan karena adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang senantiasa berkembang sedangkan ketersediaan sumber daya sangat terbatas. 3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.

Berdasarkan pentingnya anggaran diatas dengan demikian fungsi anggaran yaitu9

9 Hadriyanus Suharyanto. Anggaran Berbasis Kinerja. Pop up design : Yogyakarta. 2005 Hal 5-7

;

a. Alat perencanaan

Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan untuk mencapai tujuan negara, yang berisikan rencan-rencana kegiatan ataupun program yang akan dilaksanakan, rencana biaya yang akan dilkeluarkan dan hasil yang akan dicapai.


(31)

b. Alat pengendalian

Anggaran berfungsi sebagai media yang penting untuk menghubungkan antara proses pelaksanaan dan perencanaan. Anggaran memberikan rambu-rambu sekaligus kerangka yang mengendalikan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan pemerintah agar dapat dipertanggung-jawabkan kepada publik.

c. Alat Kebijakan fiskal

Anggaran digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk menstabilkan perekonomian dan menstabilkan ekonomi. anggaran pemerintah yang memuat arah kebijakan fiskal pemerintah, dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi yang digunakan untuk mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan ke ekonomi masyarakat.

d. Alat politik

Anggaran merupakan salah satu betuk komitmen lembaga eksekutif dan kesepakatan lembaga legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, penyusunan anggaran membutuhkan kemampuan politik, maupun koalisi, keahlian bernegosiasi dan pemahaman tertentu mengelola keuangan publik. Hal ini didasarkan pada logika dan kenyataan bahwa kegagalan pelaksanaan anggaran dapat menjatuhkan kredibilitas peemerintah.

e. Alat koordinasi dan komunikasi

Anggaran tidak hanya memuat kegiatan atau program dari suatu instansi atau departemen, melainkan melibatkan seluruh departemen bahkan hingga unit kerja (pelaksana) pada level terbawah dalam struktur pemerintahan, Sehingga


(32)

anggaran berfungsi sebagai alat untuk koordinasi dan berkomunikasi antar bagian lembaga eksekutif dalam pelaksanaan kegiatan.

f. Alat motivasi

Anggaran sebagai alat motivasi bagi pelaksananya agar bekerja secara ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai target atau tujua yang ditetapkan. Untuk itu, anggaran hendaknya bersifat menantang tetapi dapat dicapai.

g. Alat Penilai kerja

Anggaran merupakan wujud komitmen antara lembaga eksekutif dan lembaga legislatif, Sehingga kinerja lembaga eksekutif akan dinilai oleh lembaga legislatif berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.

E.3.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang keuangan negara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pada proses penyusunannya memperhatikan adanya keterkaitan antara program kerja dengan kemampuan keuangan oleh pemerintah daerah sera sinkronisasi dengan berbagai kebijakan pemerintah pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 27 Tahun 2013 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana


(33)

keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Fungsi APBD adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Otorisasi : Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. 2. Fungsi Perencanaan : Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen

dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan : Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi : Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian 5. Fungsi Distribusi : Anggaran daerah harus mengandung arti/

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan

6. Fungsi Stabilisasi : Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan


(34)

Struktur APBD merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari : a. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Yang termasuk dalam hal ini Pendapatan Asli Daera (PAD), Dana Perimbangan, Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

b. Belanja Daerah

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Yang termasuk dalam hal ini Belanja Langsung dan Belanja tidak langsung

c. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Termasuk dalam hal ini penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan dan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) tahun berjalan


(35)

F. Metodologi Penelitian

F.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data yang ada Penelitian ini memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.10 Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.11

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif. Dengan Penelitian kualitatif, selain untuk mengungkap dan memahami sesuatu hal yang baru dan sedikit diketahui, metode kualitatif juga akan memberi rincian tentang suatu fenomena yang sulit diungkap oleh penelitian kuantitatif

F.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara.

F.3 Jenis penelitian

12

10 Bambang Prasetyo dkk, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo

Persada 1995 Hal 20

11 Sanafiah Faisal, Format Penelitian Sosial dasar-dasar aplikasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1995 Hal 20

12 Amsem Strauss dan Juliet Corbin, dasar-dasar penelitian kualitatif, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar 2004 Hal 5

. Penelitian jenis ini dalam analisis relasi kekuasaan dalam penetapan anggaran pemerintahan


(36)

provinsi, berkepentingan untuk mendeskripsikan hubungan yang terjadi antara Pemerintah Provinsi dan DPRD dalam penetapan anggaran daerah .

F.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini, Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan;

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dilakukan dengan metode wawancara mendalam yang menggunakan pedoman wawancara. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. Informan yang dimaksud terdiri dari Informan kunci (key informan) seperti anggota Badan anggaran DPRD Provinsi Sumatera Utara, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kepala Biro Keuangan dan Pokja APBD Sumut 2014 . Serta didukung informan lainnya. tujuannya agar informasi yang diperoleh terjamin tingkat akurasinya sehingga keseimbangan informasi dapat diperoleh.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, jurnal, artikel, koran, majalah, makalah, undang-undang, peraturan-peraturan, internet serta sumber-sumber lain yang dapat memberikan informasi mengenai judul penelitian.


(37)

F.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan data-data yang diperoleh melalui analisis mendalam dan dituliskan dengan bahasa-bahasa yang terstruktur dan bersifat naratif.13

13

Burhan Bungin, Metode penelitian Sosial :format-format kuantitatif dan kualitatif. Surabaya: Airlangga Universitr press 2003 Hal 137

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki. Teori-teori dan pendapat para ahli akan digunakan sebagai referensi dan pisau analisis dalam memperkuat hasil penelitian.


(38)

Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : PROFIL PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DAN DPRD PROVINSI SUMATERA UTARA

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara

BAB III : POLITIK ANGGARAN

Dalam bab ini akan menyajikan analisis terhadap hasil penelitian tentang hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam penetapan APBD Tahun 2014 serta pola relasi kekuasaan di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta implikasi teoritis.


(39)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

A.1 Letak Geografis

Propinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan Nangroe Aceh Darusalam di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudra Hindia di sebelah Barat dan Selat Malaka di sebelah Timur.

Iklim di Provinsi Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Passat dan Angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78% - 91%, Curah hujan 800 – 4000 mm/tahun dan penyinaran matahari 43%.

Wilayah Propinsi Sumatera Utara memiliki luas daratan 72.981,23 km2 terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara sampai ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas 65,51%, kemiringan 12 – 40% seluas 8,64% dan diatas 40% seluas 24,28%. Sedangkan luas Danau Toba seluas 119.920 Ha atau 1,57%

Provinsi Sumatera Utara memiliki sebanyak 419 pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari sebanyak 237 pulau yang telah memiliki nama


(40)

dan sebanyak 182 pulau yang belumn memiliki nama. Adapun jumlah sungai yang terdapat di wilayah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 229 sungai dengan panjang 549,56 km14

Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 sebesar 13.215.401 jiwa dengan kepadatan penduduk 184 jiwa per kilometer persegi yang terdiri dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6.591.686 jiwa dan perempuan sebanyak 6.623.715 jiwa.Penyebaran penduduk di Provinsi Sumatera Utaramasih bertumpu di Kota Medan yakni sebesar 16,2 persen dan Kabupaten Deli Serdangsebesar 13,8persen sedangkan kabupaten yang lainnya dibawah 10 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Medanyakni sebanyak 8.008 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Pakpak Baratdengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 34 jiwa per Km2

A.2 Penduduk

15

Jumlah partisipasi sekolah di Provinsi Sumatera Utara mulai dai Tingkat TK sampai dengan Perguruan tinggi pada tahun ajaran 2010/2011 adalah sebanyak 4.586.795 atau 35,33 % dari jumlah penduduk. Perkembangan kondisi pendidikan menurut indicator Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama

A.3 Pendidikan

14

www.dephut.go.id Diakses, 19 April 2014 Pukul 09.00 WIB 15


(41)

Sekolah (RLS), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), secara umum kondisi pendidikan di Provinsi Sumatera Utaramenunjukkan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2011). Perkembangan AMH tahun 2011 mencapai 97,46 persen lebih tinggi dari AMH nasional (92,99%), dengan AMH tertinggi di Kabupaten Tapanuli Selatan (99,83%) dan terendah di Kabupaten Nias Barat (84,46%).16

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara padaFebruari 2012 sebanyak 6,56 juta orang, terdiri dari 6,14 jutaorang bekerja, dan 0,41 juta orang penganggur sedangkan Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2012 sebesar 74,55 persen dan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2012 sebesar 6,31 persen. Angkatan Kerja di Provinsi Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD kebawah. Persentase Angkatan Kerja golongan ini mencapai 3,31%, angkatan kerja yang berpendidikan tingkat SLTP dan SLTA masing-masing sekitar 24,13% dan 32,26%, sedangkan sisanya 7,32% berpendidikan diatas SLTA. Jika dilihat daristatus pekerjaannya, hampir sepertiga Perkembangan RLS Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2005-2011 membaik, RLS tahun 2011 mencapai 8,91 tahun dan berada diatas RLS nasional. Sementara untuk perbandingan RLS antar kabupaten/kota, RLS tertinggi terdapat di Kota Pematang Siantar (10,89 tahun) dan terendah Kabupaten Nias Barat (5,88 tahun)

A.4 Ketenagakerjaan

16


(42)

(28,43%) penduduk yang bekerja adalah buruh dan karyawan. Penduduk yang berusaha sendiri sekitar 20,24%, sedangkan penduduk yang bekerja sebagai pekerja keluarga mencapai 20,63%. Hanya 3,05 % penduduk Sumatera Utara yang menjadi pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap/bukan anggota keluarganya. 17

17

www.bps.go.id Diakses tanggal 16 April 2014 Pukul 11.00 WIB

A. 5 Ekonomi

Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan.

Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.


(43)

Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah Pembangunan.

Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara tahun 2013 yang diukur berdasarkan kenaikan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 6,01 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 8,31 persen. Tiga sektor yang memberi kontribusi terhadap perekonomian (PDRB) Sumatera Utara tahun 2013 cukup besar, yaitu: sektor industri sebesar 21,58 persen, sektor pertanian sebesar 21,32 persen serta sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 19,29 persen.18

Provinsi Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, tradisi, kesenian, dan bahasa. Masyarakat Sumetera Utara terdiri atas berbagai suku antara lain penduduk asli (Suku Melayu, Suku Batak Karo, Suku Batak Toba, Suku Batak Mandailing, Suku Batak Angkola, Suku Batak Simalungun, Suku Batak Pakpak, Suku Nias)

A.5 Sosial dan Budaya

18


(44)

dan pendatang (Suku Minangkabau, Suku Aceh, Suku Jawa, dan Suku Tionghoa) yang masing-masing memiliki kebudayaan dan adat istiadatnya masing-masing. Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli.

B. Pemerintah Provinsi Sumatera

B.1 Sejarah

Pada jaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera yang meliputi seluruh Sumatera yang di kepalai oleh seorang Gubernur berkedudukan di Medan. Sumatera Utara terdiri dari daerah-daerah administratif yang dinamakan keresidenan. Pada Sidang I Komite Nasional Daerah (KND) Provinsi Sumatera diputuskan untuk dibagi menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara (yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur dan Keresidenan Tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah dan sub Provinsi Sumatera Selatan.

Melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948 pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu Sumatera Utara, Sumatera


(45)

Tengah dan Provinsi Sumatera Selatan dan pada tanggal 15 selanjutnya ditetapkan menjadi hari jadi Provinsi Sumatera Utara. Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Dengan keputusan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Mei 1949 Nomor 22/Pem/PDRI jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan, selanjutnya dengan ketetapan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Desember 1949 dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur yang kemudian dengan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk Provinsi Sumatera Utara.

Tanggal 7 Desember 1956 diundangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi Aceh.

B.2 Struktur Pemerintahan

Pemerintahan Provinsi Sumatera utara berkedudukan di ibukota provinsi kota Medan. Administrasi Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juni 2012 terdiri atas 25 Kabupaten dan 8 Kota. Selanjutnya Kabupaten/Kota tersebut terdiri atas 422 kecamatan. Pada administrasi yang paling bawah, kecamatan terdiri atas kelurahan untuk daerah perkotaan (rural) dan desa untuk daerah pedesaan (rural). Secara keseluruhan ProvinsiSumatera Utara


(46)

mempunyai 5.876 desa/kelurahan. Jumlah PNS daerah (otonomi di Sumatera Utara pada keadaan Januari 2012 ada sebanyak 185.713. orang19

19

www.bps.go.id Diakses tanggal 15 April 2014 Pukul 12.00 WIB

Pemerintahan Provinsi Sumetara Utara dipimpin oleh Gubernur dan Wakil Gubernur yang dipilih oleh rakyat yang menjabat lima tahun setiap periode nya. Gubernur dan Wakil Gubernur merupakan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah tahun 2014 dimana Gubernur dijabat Oleh H Gatot Pujo Nugroho, ST, Msi dan Wakilnya Ir. H Tengku Erry Nuradi, Msi.

Gubernur dan Wakil Gubernur dibantu oleh seorang Sekretaris Daerah yang memimpin sekretariat daerah bertugas untuk menkoordinasikan dan mengatur birokrasi pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Gubernur juga dibantu olehbeberapa Asisten seperti asisten administrasi umum dan aset, asisten kesejahteraan sosial, asisten pemerintahan dan asisten perekonomian dan pembangunan.

Sekretariat daerah terdiri dari sebelas biro seperti biro administrasi pembangunan, keuangan, perekonomian, hukum, organisasi, umum, pengelolaan aset dan perlengkapan, pemberdayaan perempuan, anak dan KB, otonomi daerah dan kerjasama, bina kemasyarakatan dan sosial, hukum serta satu sekretariat DPRD yang bertugas di DPRD Provinsi Sumatera Utara.


(47)

Ruang lingkup tugas yang cukup luas membuat Gubernur harus mempunyai staf ahli yang terdiri dari staf ahli Sumber Daya Alam (SDA) dan Keuangan, staf ahli hukum dan pemerintahan, staf ahli pendidikan dan kesehatan, staf ahli pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, staf ahli pertanahan dan asset yang akan memberikan pertimbangan kepada Gubernur dalam membuat kebijakan dan menjalankan tugas-tugasnya

Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 21 dinas yang membidangi bidang pemerintahan tertentu seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pariwisata, Dinas Pendapatan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Dinas Kehutanan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perkebunan, Dinas Pertamanan dan lainnya yang dipimpin oleh seorang kepala dinas.

Dalam rangka memperkuat bidang-bidang pemerintahannya, Provinsi Sumatera Utara juga terdiri dari 19 lembaga teknis dan lembaga lainnya seperti Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Ketahanan Pangan, Badan Lingkungan Hidup, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, Badan Penanaman modal dan Promosi, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Badan Penilitian dan Pengembangan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa dan


(48)

lain sebagainya serta yang dipimpin oleh seorang kepala setingkat eselon II.

C. Gambaran Umum DPRD Provinsi Sumatera Utara

C.1 Fungsi DPRD Provinsi Sumatera Utara

DPRD Provinsi mempunyai Fungsi :

1) Fungsi Legislasi, membentuk Peraturan Daerah (Perda) bersama Gubernur; 2) Fungsi Anggaran, merencanakan, menyususn, dan menetapkan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bersama pemerintah

3) Fungsi Pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan Undang- undang, Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Kebijakan yang ditetapkan Pemerintahan Daerah.

C.2 Tugas dan Wewenang DPRD Provinsi Sumatera Utara

DPRD mempunyai tugas dan wewenang :

1. Membentuk Perda bersama Gubernur

2. Membahas dan memberikan persetujuan Ranperda mengenai APBD yang diajukan oleh Gubernur


(49)

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan, Perda, APBD, Peraturan Gubernur dan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur dan/atau Wakil Gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan pemberhentian

5. Memilih Wakil Gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Gubernur

6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap rencana perjanjian Internasional di daerah

7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama Internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

8. Meminta Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

9. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah

10.Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan


(50)

11.Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

12.Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan. 20

C.3 Hak dan Kewajiban DPRD Provinsi Sumatera Utara

Secara Kelembagaan DPRD mempunyai beberapa hak, yaitu;

1. Hak interpelasi adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Gubernur mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2. Hak angket adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan Gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

20


(51)

Berdasarkan Tatib DPRD Provinsi Sumatera Utara pasal 10 tentang hak dan pasal 30 tentang kewajiban Anggota DPRD secara personal Merekamempunyai hak :

1. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah

2. Mengajukan pertanyaan

3. Menyampaikan usul dan pendapat

4. Memilih dan dipilih

5. Membela diri

6. Imunitas

7. Mengikuti orientasi dan pendalaman tugas

8. Protokoler


(52)

Secara Personal, Anggota DPRD mempunyai kewajiban:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila.

b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dan menaati Peraturan Perundang-undangan.

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan Nasional dan keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan

golongan.

e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat.

f. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

g. Menaati Tata Tertib dan Kode Etik.

h. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

i. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja


(53)

j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat.

k. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen

di Daerah Pemilihannya.

D. Struktur Organisasi DPRD Provinsi Sumatera Utara

D.1 Alat kelengkapan DPRD Provinsi Sumatera Utara

Alat Kelengkapan DPRD terdiri atas : a. Pimpinan

b. Badan Musyawarah c. Komisi

d. Badan Legislasi Daerah e. Badan Anggaran

f. Badan Kehormatan

g. Alat Kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh Rapat Paripurna DPRD

D.1.1 Pimpinan DPRD Provinsi Sumatera Utara

Pimpinan DPRD Provinsi Sumatera Utara terdiri atas 1 (satu) orang Ketua yaitu H. Saleh Bangun dan 4 (empat) orang wakil ketua yakni Ir. H. Chaidir


(54)

Ritonga, MM ; H. Muhammad Haffan, SS ; Sigit Pramono Asri, SE dan Ir. H. Kamaluddin Harahap, MSi

Tugas Pimpinan DPRD yaitu :

a. Memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan

b. Menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan Wakil Ketua.

c. Melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari Alat Kelengkapan DPRD.

d. Menjadi juru bicara DPRD terkait dengan kebijakan-kebijakan yang telah diputuskan dalam Rapat Paripurna DPRD.

e. Melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD.

f. Mewakili DPRD dalam berhubungan dengan Lembaga/Instansi lainnya.

g. Mengadakan konsultasi dengan Gubernur dan Pimpinan Lembaga/Instansi lainnya sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang DPRD.


(55)

i. Melaksanakan Keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

j. Menyusun rencana Anggaran DPRD bersama Sekretariat DPRD yang pengesahannya dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD.

k. Menyampaikan laporan kinerja Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD yang khusus diadakan untuk itu.21

b. Memberikan pendapat kepada Pimpinan DPRD dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD

D.1.2 Badan Musyawarah

Badan Musyawarah terdiri atas unsur-unsur Fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan paling banyak 1/2 (setengah) dari jumlah anggota DPRD

Badan Musyawarah mempunyai tugas :

a. Menetapkan agenda DPRD untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu) masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian Rancangan Peraturan Daerah, dengan tidak mengurangi kewenangan Rapat Paripurna DPRD untuk mengubahnya ;

21


(56)

c. Meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada Alat Kelengkapan DPRDyang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai pelaksanaantugas masing-masing

d. Menetapkan jadwal acara rapat DPRD

e. Memberi saran/pendapat untuk memperlancar kegiatan

f. Merekomendasikan pembentukan panitia khusus

g. Melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh Rapat Paripurna DPRD kepadaBadan Musyawarah.

h. Menyampaikan hasil kerjanya selama Tahun Anggaran kepada Pimpinan Dewan dan Fraksi-fraksi

D.1. 3 Komisi

Komisi merupakan Alat Kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Setiap Anggota DPRD kecuali Pimpinan DPRD, wajib menjadi anggota salah satu Komisi

Jumlah komisi di DPRD Sumatera Utara terdiri dari 5 (lima) komisi yaitu;22

22


(57)

1. Komisi A ( BidangPemerintahan )

MeliputibidangtugasPemerintahan, KetentramandanKetertiban, Kependudukan, Penerangan / Pers, Hukum,

Perundang-undangandanHakAzasiManusia, Kepegawaian, Aparaturdanpenanganan KKN, Perijinan, SosialPolitikdanOrganisasiKemasyarakatan, Pertanahandan Tata RuangPropinsi/Peruntukan Tanah, Wilayah Kelautan Daerah, PerlindunganKonsumen.

2. Komisi B ( BidangPerekonomian )

MeliputibidangtugasPerekonomian, PerindustriandanPerdagangan, Perbankan, Pertanian, Perikanan, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, PengadaanPangandanLogistik, Koperasi, Pengusaha Kecil danMenengah, Pariwisata, PertambangandanEnergi (Eksploitasi/ProduksidanDistribusi) Pengelolaanpotensiwilayahlaut Daerah.

3. Komisi C ( BidangKeuangan )

MeliputibidangtugasKeuangan, PerpajakandanRetribusi, PemegangKas Daerah/Perusahaan Daerah, Perusahaan Patungan, Badan Usaha danpenanaman Modal, PengawasanKeuangandan Pembangunan Daerah.


(58)

Meliputibidangtugas Pembangunan, PekerjaanUmum, PengendalianlingkunganHidup, Perhubungan, PertambangandanEnergi

(Ekplorasidan Pembangunan), Perumahan Rakyat.

5. Komisi E ( BidangKesejahteraan Rakyat )

MeliputibidangtugasKetenagakerjaan, PendidikandanKebudayaan, IlmuPengetahuandanTeknologi, PemudadanOlah Raga, Agama, Sosial, Kesehatan, KeluargaBerencana, PengembanganPerananPerempuan, MobilisasiPenduduk.

Komisi mempunyai tugas:

a. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

b. Melakukan pembahasan terhadapRancangan Peraturan Daerah dan rancangan keputusan DPRD.

c. Memberikan saran dan pendapat terhadap Rancangan Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara serta usul Rencana Program Kerja dan Anggaran para SKPD mitra kerja terkait kepada Badan Anggaran.

d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD sesuai dengan ruang lingkup tugas Komisi.


(59)

e. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan, pemerintahan,dan kemasyarakatan sesuai dengan bidang Komisi masing-masing.

f. Membantu Pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yangdisampaikan oleh Gubernur dan/atau masyarakat kepada DPRD.

g. Menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

h. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.

i. Melakukan kunjungan kerja Komisi yang bersangkutan atas persetujuan Pimpinan DPRD.

j. Mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat.

k. Mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugas masing-masing komisi.

l. Ruang lingkup tugas dan Mitra Kerja Komisi ditetapkan dengan KeputusanPimpinan DPRD.

m. Memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan tugas Komisi.


(60)

n. Menyusun rencana kerja Komisi setiap bulannya sebelum disahkan oleh RapatBadan Musyawarah, setelah disetujui oleh Pimpinan DPRD.

o. Menyampaikan hasil kerjanya selama tahun Anggaran Kepada Pimpinan Dewan dan Fraksi-Fraksi.

D.1.4Badan Legislasi

Badan Legislasi Daerah merupakan Alat Kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yang dibentuk pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan Tahun Sidang dalam Rapat Paripurna DPRD. Jumlah anggota Badan Legislasi Daerah setara dengan jumlah anggota satu Komisi.

Susunan Badan Legislasi DPRD Provinsi Sumatera Utara terdiri dari seorang ketua dan seorang wakil ketua beserta 16 anggota yang berasal dari seluruh fraksi dan komisi-komisi yang ada di DPRD Sumatera Utara.

Badan Legislasi Daerah bertugas:

a. Menyusun rancangan program legislasi daerah yang memuat daftar urutan prioritas Rancangan Peraturan Daerah beserta alasannya untuk setiap Tahun Anggaran di lingkungan DPRD DPRD dengan mempertimbangkan masukandari Pemerintah Daerah dan masyarakat.

b. Koordinasi untuk penyusunan program Legislasi Daerah antara DPRD dan Pemerintah Daerah.


(61)

c. Menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah usul prakarsa DPRD berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan.

d. Melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan Anggota, Komisi dan/atau gabungan Komisi sebelum Ranperda tersebut disampaikan kepada Pimpinan DPRD.

e. Memberikan pertimbangan terhadap Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan oleh Anggota, Komisi dan/atau gabungan Komisi, di luar prioritasRanperda tahun berjalan atau di luar Rancangan Peraturan Daerah yang terdaftar dalam program Legislasi Daerah.

f. Melakukan pembahasan, perubahan, dan/atau penyempurnaan Rancangan Perda yang secara khusus ditugaskan kepada Badan Legislasi.

g. Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisidan/atau panitia khusus untuk disesuaikan dengna perkembangan masyarakat.

h. Memberikan masukan kepada pimpinan DPRD atas rancangan peraturan daerah usul Pemerintah Daerah yang ditugaskan oleh Badan Musyawarah.


(62)

i. Memberikan rekomendasi dan pertimbangan untuk membentuk Panitia Khususpembahasan Peraturan Daerah atau Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan ke DPRD.

j. Melakukan penyelarasan terhadap Ranperda yang akan disahkan menjadi Perda.

k. Menyampaikan hasil kerjanya selama Tahun Anggaran Kepada Pimpinan Dewan dan Fraksi-fraksi.

l. Membuat laporan kinerja dan inventarisasi pada masa akhir keanggotaanDPRD baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh Komisi pada masa keanggotaan berikutnya.

D.1.5 Badan anggaran

Badan Anggaran merupakan Alat Kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Anggota Badan Anggaran diusulkan setiap tahun oleh masing-masing Fraksi dengan mempertimbangkan keanggotaannya dalam tiap-tiap Komisi dan paling banyak 1/2 (setengah) dari jumlah anggota DPRD

Susunan Badan Anggaran DPRD Provinsi Sumatera Utara terdiri dari seorang ketua dan empat orang wakil ketua yang merupakan pimpinan DPRD


(63)

Provinsi Sumatera Utara. Beserta 40 anggota yang berasal dari fraksi dan komisi-komisi yang ada di DPRD Sumatera Utara.

Badan Anggaran mempunyai tugas:

a. Memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada Gubernur dalam mempersiapkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya APBD.

b. Melakukan kordinasi kepada Komisi-komisi dalam rangka Pembahasan Rancangan Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara serta usul Rencana Program Kerja dan Anggaran para SKPD mitrakerja Komisi-komisi;

c. Memberikan saran dan pendapat kepada Gubernur dalam mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan Daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD ;

d. Melakukan penyempurnaan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri bersama Tim AnggaranPemerintah Daerah ;


(64)

e. Melakukan pembahasan bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah terhadap rancangan Kebijakan Umum APBD serta rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang disampaikan oleh Gubernur untuk dijadikan acuan dalam menyusun Rancangan APBD ;

f. Memberikan saran kepada Pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran belanja DPRD ;

g. Memberikan saran dan pendapat kepada DPRD mengenai pra Rancangan APBD, Rancangan APBD baik penetapan, perubahan dan perhitungan APBDyang telah disampaikan oleh Gubernur ;

h. Melakukan pembahasan bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah terhadapDraft Rancangan APBD ;

i Membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan APBD ;

j. Membahas dan mengevaluasi laporan triwulan Gubernur ;

k. Menyampaikan hasil kerjanya selama Tahun Anggaran Kepada Pimpinan Dewan dan Fraksi-fraksi

D.1.6 Badan Kehormatan

Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan Alat Kelengkapan DPRD yang bersifat tetap. Anggota Badan Kehormatan dipilih dan


(65)

ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD berdasarkan usul dari masing-masing Fraksi dengan jumlah adalah sebanyak 7 (tujuh) orang.

Susunan Badan Kehormatan DPRD Provinsi Sumatera Utara terdiri dari seorang ketua dan wakil ketua beserta lima orang anggota yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan dari setiap fraksi dan bukan mewakili setiap komisi di DPRD Provinsi Sumatera Utara.

Badan Kehormatan DPRD mempunyai tugas :

a. Memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap moral, Kode Etik, dan/atau Tata Tertib DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD ;

b. Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan Anggota DPRD terhadap TataTertib dan/atau Kode Etik DPRD.

c. Melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan PimpinanDPRD, Anggota DPRD, dan/atau masyarakat.

d. Melaporkan Keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c kepada Rapat Paripurna DPRD.


(66)

D.2 Fraksi – Fraksi di DPRD Provinsi Sumatera Utara

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD serta hak dan kewajiban Anggota DPRD, dibentuk Fraksi sebagai wadah berhimpun Anggota DPRD. Setiap Anggota DPRD wajib menjadi anggota salah satu Fraksi. Setiap Fraksi di DPRD beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah Komisi di DPRD. Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud diatas dapat membentuk 1 (satu) Fraksi gabungan dimana jumlah fraksi paling banyak 2 (dua) Fraksi.

Fraksi mempunyai tugas :

1. Menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi masing-masing anggota Fraksinya.

2. Menentukan dan mengatur segala sesuatu yang menyangkut urusan Fraksi . 3. Meningkatkan kualitas, kemampuan, efisiensi dan efektifitas kerja para

Anggota.

4. Memberikan pertimbangan kepada Pimpinan DPRD mengenai hal-hal yang dianggap perlu berkenaan dengan bidang tugas DPRD, baik diminta atau tidak diminta.

Pada periode saat ini (2009-2014) terdapat 10 (sepuluh) fraksi yang ada di DPRD Provinsi Sumatera Utara, yaitu ;


(67)

2. Fraksi Partai Golongan Karya ( GOLKAR ) : 13 Kursi

3. Fraksi Partai PDI-Perjuangan : 12 Kursi

4. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) : 11 Kursi

5. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan : 8 Kursi

6. Fraksi Partai Amanat Nasional ( PAN ) : 7 Kursi

7. Fraksi Pelopor Peduli Rakyat Nasional ( Gabungan ) : 7 Kursi

8. Fraksi Partai Damai Sejahtera : 5 Kursi

9. Fraksi Partai Hanura : 5 Kursi


(68)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam menyusun APBD tahun anggaran 2014, pemerintah daerah dan DPRD sebagai mitra dan bertanggung jawab penuh dalam pembuatan dan pelaksanaan APBD harus memperhatikan hal yang bersifat kebijakan dan teknis penyusunan APBD. Disamping hal-hal khusus lainnya.

Pengambilan keputusan dalam setiap tahapan penyusunan APBD mulai dari tahapan RKPD hingga pembahasan dan penetapan APBD haruslah mengikuti teknis dan waktu penyusunan APBD sebagaimana mana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.27 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 dimana berisi agar setiap pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota menyusun jadwal, tahapan serta agenda kerja mengikuti teknis dan waktu penyusunan APBD yang telah ditetapkan pemerintah pusat sehingga program kerja pemerintah pusat dan daerah dapat berjalan sinkron dan tepat waktu.

Sebagai tindak lanjut dari Permendagri No. 27 Tahun 2013 tentang pedoman penyusunan APBD 2014, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara membuat Agenda kerja penyusunan RKPD, Rencana Kerja (Renja) SKPD dan APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014. Agenda kerja tersebut dijadikan dasar


(69)

pedoman bagi perangkat pemerintah daerah dalam pengambilan keputusan dan kebijakan agar tepat waktu.

Dalam Agenda Kerja APBD 2014 Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tersebut dijelaskan tahapan dan jadwal Penyusunan dan Pengesahan APBD sebagai berikut;

Tabel 1.1 :

Jadwal Penyusunan APBD

No. URAIAN WAKTU LAMA

1. Penyusunan RKPD 29-01-2013 s/d 22-05-2013

4 Bulan

2. Penyampaian Rancangan KUA dan Rancangan PPAS oleh Ketua TAPD kepada kepala daerah

03-06-2013 s/d 07-06-2013

1minggu

3. Penyampaian Rancangan KUA dan Rancangan PPAS oleh kepala daerah kepada DPRD

10-06-2013 s/d 14-06-2013

1 minggu

4. Kesepakatan antara kepala daerah dan DPRDatas Rancangan KUA


(70)

dan Rancangan PPAS

5. Penerbitan Surat Edaran kepala daerah perihal Pedoman penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD

23-07-2013 s/d 30 07-2013

1 minggu

2 Bulan 6. Penyusunan dan pembahasan

RKA-SKPD dan RKA-PPKD serta penyusunan Rancangan Perda tentang APBD

01-08-2013 s/d 30-09-2013

7. Penyampaian Rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD

01-10-2013

1 Bulan 8. Pengambilan persetujuan bersama

DPRD dan kepala daerah

02-10-2013 s/d 30-10-2013

9. Menyampaikan Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD kepada MDN/Gub untuk dievaluasi

04-11-2013 s/d 15-11-2013


(71)

10. Hasil evaluasi Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD

15-11-2013 s/d 18-11-2013

11. Penyempurnaan Rancangan Perda tentang APBD sesuai hasil evaluasi yang ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD

tentang penyempurnaan Rancangan Perda tentang APBD

18-11-2013 s/d 30-11-2013

12. Penyampaian keputusan DPRD tentang penyempurnaan Rancangan Perda tentang APBD

kepada MDN/Gub

01-12-2013

13. Penetapan Perda tentang APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD sesuai dengan hasil evaluasi

02-12-2013

14. Penyampaian Perda tentang APBD dan Perkada tentang


(72)

Penjabaran APBD kepada MDN/Gub


(73)

Agenda kerja Pemerintah provinsi Sumatera Utara tersebut telah menunjukkan tahapan secara umum tentang penyusunan APBD Sumut 2014 mulai dari awal penyusunan, penetapan APBD serta penjabaran dan pengevaluasian oleh Mendagri untuk Provinsi dan Gubernur untuk Kabupaten/ Kota .

Pembahasan Tahapan-Tahapan Penyusunan dan pengambilan kebijakan APBD secara lebih mendalam terkait keterlibatan Pemerintahan Provinsi dan DPRD dibagi kedalam empat tahapan yaitu ;

III.1. Penyusunan dan Penetapan RKPD serta Rencana Kerja

SKPD

Pada Tahapan proses ini penyusunan dan pembuatan APBD hanya sampai melibatkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tetapi belum pada tingkat DPRD sebagai mitra dalam anggaran.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode satu (1) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP Nasional, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.


(74)

Proses penyusunan RKPD dan Rencana Kerja (Renja) SKPD Provinsi Sumatera Utara dimulai dengan pembentukan team penyusun RKPD/ Renja SKPD. Team yang telah terbentuk berada pada tanggung jawab Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagaimana yang terdapat pada Permendagri No. 54 tentang 2010 yang berisi tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) tentang pelaksanaan tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan dan perencanaan pembangunan daerah.

Team penyusun selanjutnya akan menyusun orientasi, tujuan serta arah penyusunan rancangan awal RKPD dan Renja SKPD. Penyusunan dilengkapi bahan untuk melaksanakan konsultasi publik. Konsultasi publik terhadap rancangan awal RKPD Provinsi dimulai pada tingkat pertama yakni Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) desa atau kelurahan. Pada tingkat ini musyawarah dilaksanakan oleh Kepala Desa ataupun Lurah bersama tokoh-tokoh masyarakat untuk memberikan masukkan ataupun aspirasi agar dapat diperjuangkan pada tingkat selanjutnya yaitu Musrenbang Kecamatan.

Hasil pelaksanaan Musrenbang yang dilakukan dari setiap kecamatan selanjutnnya akan dibawa kedalam Musrenbang Kabupaten/Kota tetapi terlebih dahulu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten/Kota melakukan forum komunikasi dan pertemuan untuk menentukan topik dan rencana yang dianggap prioritas dan penting untuk dibahas dalam Musrenbang tersebut.


(75)

Setelah selesai pada tingkat Kabupaten/Kota para kepala daerah akan membawa usulan dan rencana pembangunan dari setiap daerah untuk dibahas pada Musrenbang pada tingkat Provinsi. Sebelum pelaksanaan Musrenbang tersebut terlebih dahulu diadakan pertemuan SKPD Provinsi untuk membahas penyusunan rancangan dan persiapan Musrenbang Provinsi.

Perumusan Rancangan Akhir RKPD dan Renja SKPD Provinsi Sumatera Utara harus menunggu pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional 2013 dalam rangka menyamakan arah pembangunan pemerintah pusat dan daerah. Rangkaian pelaksanaan Musrenbangnas ini sekitar hampir tiga bulan dengan tahapan ;

1. Triwulanan- I

2. Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 3. Triwulanan- II

4. Trilateral Meeting

5. Persiapan Pra Musrenbangnas 6. Pra Musrenbangnas

7. Penutupan Pra Musrenbangnas 8. Musrenbangnas


(76)

Program – program perncanaan pembangunan yang disepakati oleh Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Musrenbangnas selanjutnya akan digunakan oleh Team penyusun RKPD dan Renja SKPD untuk melakukan perubahan-perubahan yang dinggapkan penting sebelum menetapkan Peraturan Kepala Daerah RKPD dan Renja SKPD Provinsi Sumatera Utara.

Prioritas program dari masing-masing SKPD provinsi disesuaikan dengan urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telah disinkronisasikan dengan prioritas program nasional yang tercantum dalam RKP Tahun 2014, sedangkan prioritas program dari masing-masing SKPD kabupaten/kota selain disesuaikan dengan urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telah disinkronisasikan dengan prioritas program nasional yang tercantum dalam RKP Tahun 2014 juga telah disinkronisasikan dengan prioritas program provinsi yang tercantum dalam RKPD provinsi Tahun 2014. Proses seperti ini menunjukkan penyusunan RKPD dan Renja SKPD bersifat paralel dan saling terkait dan memberikan pengaruh satu dengan yang lain.


(77)

Gambar 1.2

Skema Penyusunan RKPD dan Renja SKPD

Sumber : Lampiran – V Permendagri No 54 Tahun 2010

Pembentukan Team penyusun RKPD dan Renja SKPD Orientasi dan Rancangan awal

RKPD dan Renja SKPD

Musrenbang Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan

Musrenbang Kab/Kota

Penyusunan Rancangan RKPD dan Renja SKPD Provinsi

Musrenbang Provinsi Musrenbang Nasional

Perumusan Rancangan Akhir RKPD dan Renja SKPD

Penetapan RKPD dan Renja SKPD Provinsi


(1)

BAB IV

KESIMPULAN

Proses penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas dari hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Sumatera Utara sebagai penanggung jawab pembuat dan pelaksanaan anggaran. Hubungan antara kedua intitusi ini dapat terlihat jelas terutama dalam tahapan pembahasan dan nota kesepakatan KUA dan PPAS serta Pembahasan dan persetujuan bersama RAPBD

Penyusunan, pembahasan dan penetapan tentang RAPBD tentunya melibatkan pihak-pihak baik dari pemerintah provinsi maupun DPRD. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang bertanggung jawab dan berperan dalam penyusunan dan penetapan RKPD dan Rencana Kerja (Renja) SKPD. Tugas biro keuangan selanjutnya untuk penyusunan dan penyampaian rancangan KUA dan PPAS.

Pembahasan KUA dan PPAS melibatkan Badan Anggaran (Banggar), komisi-komisi, seluruh SKPD dan Team Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Dinamika hubungan antara pihak-pihak diatas dapat Kita lihat dalam komplikasi pertanyaan, saran dan usul yang disampaikan pada rapat dikomisi-komisi maupun rapat di badan anggaran yang selanjutnya di sampaikan jawaban oleh Team


(2)

Aggaran Pemerintah Daerah serta kepala SKPD menanggapi pertanyaan, saran dan usul yang disampaikan hingga pada penandatangan nota kesepahaman.

Dinamika hubungan dalam pembahasan akan terasa dimana pada lain pihak fraksi-fraksi yang merupakan perwakilan partai politik di DPRD ikut serta dalam pembahasan dan pengambilang kebijakan di DPRD.Anggota DPRD dari setiap Fraksi yang ada di DPRD Provinsi Sumatera Utara tentunya akan memperjuangkan aspirasi konstituen partainya yang ada di daerah dalam pembahasan dan pembuatan kebijakan APBD.

Fraksi-Fraksi yang ada di DPRD memiliki peran yang besar terhadap Pembahasan dan Penetapan APBD karena pada akhir isi dan persetujuan tentang APBD sangat ditentukan oleh pemandangan umum anggota dewan atas nama fraksi dan pandangan akhir fraksi-fraksi. Berbicara tentang fraksi tentu tidak terlepas pada masing-masing jumlah kursi di DPRD dalam rangka mendapat dukungan mayoritas di DPRD. Fraksi yang memiliki jumlah kursi yang besar tentu mempunyai daya tawar yang tinggi tentang pandangan umum dan akhir fraksi karena mempunyai pengaruh yang besar untuk pengambilan keputusan berbeda dengan fraksi yang mempunyai jumlah kursi minoritas di DPRD.

Hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam penetapan anggaran tentunya tidak terlepas dari mekanisme


(3)

bahwa dalam pelaksanaan dapat sewaktu-waktu berubah karena adanya kepentingan, cara pandang dan pemikiran-pemikiran yang berbeda antara pihak yang terlibat langsung seperti komisi, fraksi, badan anggaran, TAPD dan pejabat-pejabat lainnya sehingga isi substansi APBD dapat berkembang dan berubah-ubah dari rancangan awal melalui pendekatan-pendekatan antara satu pihak dengan pihak yang lain telah ada.

Pada akhirnya ketepatan dan kecepatan dalam penyusunan APBD sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi dan intensitas pertemuan disamping mekanisme hubungan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menyatukan pemikiran-pemikiran, pandangan, aspirasi serta kepentingan antara-antara pihak yang berperan dan bertanggung jawab dalam penyelesaian APBD guna mencapai kesepakatan bersama.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2003, Metode penelitian Sosial :format-format kuantitatif dan

kualitatif. Surabaya: Airlangga Universitr press

Faisal, Sanafiah. 1995, Format Penelitian Sosial dasar-dasar aplikasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

Prasetyo, Bambang dkk. 1995, Metode Penelitian Kualitatif:Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Robert, Ebel. 2000. The Economic of Fiscal Decentralization. World Bank Paper. World Bank. New York.

Roy W, Bahl. 1999. Implementation Rules for Fiscal Decentralization. Public Budgeting and Finance

Saragih, Juli Panglima. 2003, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam

Otonomi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sitepu, Anthonius. 2012, Teori-Teori Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Strauss, Amsem dan Juliet Corbin, 2004, dasar-dasar penelitian kualitatif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(5)

Surhayatno, Hadriyanus. 2005, Anggaran Berbasis Kinerja. Yogyakarta :Pop up design

Wahidin, Samsul. 2007 ,Dimensi kekuasaan negara Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Undang- Undang :

Undang-Undang No.22 Tahun 1999 Tentang pemerintahan daerah

Undang- Undang No.32 Tahun 2004 Tentang pemerintahan daerah

Undang- Undang No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang- Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Perundang-Undangan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun 2014


(6)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun2010 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana

pembangunan daerah

Internet

http://www.waspada.co.id/:apbd-sumut-2014 Diakses 02 April 2014 Pukul 10.00 Wib

http://kpkpos.com/apbd-sumut-2014-bakal-digugat/ Diakses 02 April 2014 pukul 10.00 Wib

www.dephut.go.id Diakses, 19 April 2014 Pukul 09.00 WIB

www.bps.go.id Diakses, 19 April 2014 Pukul 10.00 WIB

www.disdik.sumutprov.go.id Diakses, 17 April Pukul 10.00 WIB

www.bps.go.id Diakses, tanggal 16 April 2014 Pukul 11.00 WIB

www.bps.go.id Diakses tanggal 15 April 2014 Pukul 12.00 WIB


Dokumen yang terkait

Pengaruh Elit Politik Dalam Proses Pemekaran Daerah (Studi Analisis : Pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara)

15 133 95

Pengaruh Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan Dalam Penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Sumatera Utara

2 71 81

Peran DPRD Dalam Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah (Studi pada DPRD Provinsi Sumatera Utara Priode 2010 – 2011)Kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara

1 40 115

Tingkat Efisiensi Dan Efektivitas Sistem Pengelolaan Pendapatan Daerah Dan Belanja Daerah Di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

0 33 55

Pengaru Pendapatan Hasil Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara

10 74 127

Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan Transparansi Kebijakan Publik sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara)

0 3 80

Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 9 74

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 3 29

POLITIK ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TAHUN 2013 (Perda Nomor 6 Tahun 2012 tentang APBD TA 2013).

2 8 16

ANALISIS PROSES POLITIK PEMBAHASAN DAN PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2016

0 1 23