B. Pengolahan Asam Glugur
Pengolahan Asam Glugur maksudnya buah dipotong-potong menjadi lempeng- lempeng tipis, kemudian dijemur sampai kering. Buah dipotong-potong secara
melintang dengan alat potong seperti pisau. Selesai dipotong dibawa ketempat penjemuran, kebanyakan dijemur dipanas matahari. Menjemur lempeng ini boleh kering
dalam 2 hari kalau cuaca panas, bisa juga 3-5 hari jika cuaca kurang panas atau mendung.
Setelah kering, lempeng-lempeng itu dimasukkan kedalam goni. Goni-goni ini jangan sampai kena hujan, tidak kena percikan air, tidak kena udara lembab. Kalau
dibuah tidak ada kelas kualitas, di lempeng ini sangat tinggi peranan kualitas, terutama warna, tingkat kekeringan, ada jamur atau tidak, bersih atau kotor, dan banyak lagi
penentu kualitas lempeng ini. Terutama untuk diekspor, cukup banyak persyaratan yang harus dipenuhi Tarigan, 2006.
2.2 Landasan Teori
Kemampuan berkomunikasi seorang penyuluh seperti yang telah dikemukakan dibagian sebelumnya menjadi semakin penting manakala dikaitkan dengan fungsinya
sebagai agen perubahan. Penyuluh datang ketengah suatu masyarakat membawa sejumlah ide dan gagasan. Usaha perubahan tersebut termasuk kedalam apa yang
dikenal sebagai perubahan sosial social change. Sedangkan orang-orang yang mempelopori perubahan sosial seperti yang dilakukan oleh para pwnyuluh, disebut
sebagai agen perubahan change agent Nasution,Z. 1990.
Universitas Sumatera Utara
Penyuluhan merupakan kegiatan yang melakukan proses perubahan perilaku manusia dalam hal ini adalah petani yang dilakukan melalui sistem pendidikan.
Perubahan perilaku ini dapat kita ambil pada : 1.
Perubahan-perubahan pelaksanaan kegiatan bertani yang mencakup jenis dan jumlah sarana produksi serta peralatanmesin yang digunakan, maupun cara-cara
atau tekhnik bertaninya. 2.
Perubahan-perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya. 3.
Perubahan-perubahan dalam pengelolaan usahatani perorangan, kelompok, koperasi serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari usahataninya.
Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu dari sekian banyaknya variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku pada petani dan perubahan-
perubahan yang terjadi yang menjadi tujuan akhir dari penyuluhan pertanian Mardikanto. T, 1993.
Dalam kegiatan usahatani petugas penyuluhan sering sekali hanya memiliki setengah dari pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil keputusan, sedangkan
petani dan keluarganya melengkapi kekurangan tersebut. Para petanilah yang mengetahui tujuan mereka, jumlah modal yang dimiliki, hubungan yang dimiliki dengan
petani lain, kualitas lahan, serta hal-hal yang tidak diketahui oleh petugas penyuluh. Oleh sebab itu, pengetahuan terpadu antara petani dan keluarganya dengan petugas
penyuluh harus disatukan untuk mengembangkan sistem usahatani yang paling produktif bagi keluarga petani Van den Ban dan Hawkins, 1999.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Pemikiran