2 53-67
0 0 10 50
0 0 10 50
3 68-83
0 0 3 15
0 0 3 15
Jumlah 13 65
7 35 20 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 5
Tabel 14 menunjukkan bahwa kelompok umur 38-52 tahun terdapat 7 orang 35 yang nilainya tinggi, sedangkan pada tingkat kehadiran yang sedang dan rendah
tidak ada orang, yang mempengaruhi tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Kelompok umur 53-67 tahun terdapat 10 orang 50 yang nilainya sedang, sedangkan
pada tingkat kehadiran yang tinggi dan rendah tidak ada orang, yang mempengaruhi tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Sementara pada kelompok umur 68-83
tahun terdapat 3 orang 15 yang nilainya sedang, sedangkan pada tingkat kehadiran yang tinggi dan rendah tidak ada orang, yang mempengaruhi tingkat kehadiran petani
mengikuti penyuluhan.
Erat tidaknya hubungan umur petani dengan kehadiran petani mengikuti
penyuluhan di daerah penelitian dapat dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank
Spearman pada Lampiran 5, diperoleh koefisien korelasi rs = 0.1548 dan nilai
t
hitung
=0.6648. Oleh karena t
hitung
=0.6648 t
α0.05 =
2.101, berarti Ho diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara umur petani dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah sampel. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan
terdapat hubungan antara umur petani dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah sampel ditolak. Hal ini disebabkan karena dalam penerimaan informasi yang
berperan hanyalah cara penyampaian yang dapat meyakinkan petani, sehingga yang berpengaruh adalah daya nalar petani bukan umur.
5.2.2. Hubungan Lama Pendidikan Petani Sampel dengan Kehadiran Petani
Universitas Sumatera Utara
Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian Lama pendidikan formal yang dimiliki oleh petani akan menunjukkan
tingkat pengetahuan serta wawasan dalam mengambil suatu keputusan. Hasil analisis hubungan antara lama pendidikan dengan kehadiran petani mengikuti
penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini :
Tabel 15. Hubungan Lama Pendidikan Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian
No Lama
Pendidikan Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti
Penyuluhan Jumlah
Rendah Sedang
Tinggi
1 SD 1-6
0 0 10 50
3 15 13 65
2 SLTP 7-9
0 0 1 5
0 0 1 5
3 SMU 10-12
0 0 2 10
3 15 5 25
4 S1 13- 17
0 0 1 5
0 0 1 5
Jumlah 14 70
6 30 20 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 6
Tabel 15 menunjukkan bahwa kelompok tingkat pendidikan SD 1-6 tahun, terdapat 3 orang 15 yang nilainya tinggi, 10 orang 50 yang nilainya sedang dan
tidak ada orang 0 yang nilainya rendah terhadap tingkat kehadiran petani dalam mengikuti penyuluhan. Kelompok tingkat pendidikan SLTP 7-9 tahun, terdapat 1
orang 5 yang nilainya sedang, sedangkan pada kelompok yang nilainya tinggi dan rendah tidak terdapat seorangpun yang berhubungan terhadap tingkat kehadiran petani
mengikuti penyuluhan. Pada kelompok tingkat pendidikan SMU 10-12 tahun, terdapat 3 orang 15 yang nilainya tinggi, 2 orang 10 yang nilainya sedang dan tidak ada
orang 0 yang nilainya rendah terhadap tigkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Sementara pada kelompok tingkat pendidikan S1 13-17 terdapat 1 orang
Universitas Sumatera Utara
5yang nilainya sedang dan tidak ada orang 0 yang nilainya tinggi maupun rendah pada tinkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan.
Erat tidaknya hubungan lama pendidikan petani dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah penelitian dapat dianalisis dengan menggunakan
Korelasi Rank Spearman pada Lampiran 6, diperoleh koefisien korelasi rs = 0.0307
dan nilai t
hitung
= 0.1303. Oleh karena t
hitung
=0.1303 t
α0.05 =
2.101, berarti Ho diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara lama pendidikan petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah penelitian. Oleh
karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara lama pendidikan petani dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah sampel ditolak.
Hal ini disebabkan karena sampainya informasi yang diberikan hingga sampai pada taraf mempercayai yang berpengaruh adalah proses penyampaian atau metode
penyampaian sehingga taraf pendidikan tidak mempengaruhi terhadap proses penerimaan informasi.
5.2.3. Hubungan Lama Bertani Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Sampel
Pengalaman bertani seorang petani dapat dilihat dari penguasaannya terhadap teknik-teknik bertani yang baik atau dapat dikatakan mampu mrngelola usahataninya denan baik dan mampu mengatasi setiap masalah atau kendala yang dihadapi dalam
usahataninya. Hasil analisis hubungan antara pengalaman bertani dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah sampel dapat diuraikan pada Tabel 16 Berikut:
Tabel 16. Hubungan Lama Bertani Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian
No Lama
Bertani tahun
Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan
Jumlah Rendah
Sedang Tinggi
Universitas Sumatera Utara
1 7 - 24
0 0 9 45
6 30 15 75
2 25 - 42
0 0 3 15
0 0 3 15
3 43 - 60
0 0 2 10
0 0 2 10
Jumlah 14 70
6 30 20 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 7
Tabel 16 menunjukkan bahwa kelompok lama bertani 7-24 tahun terdapat 6 orang 30yang nilainya tinggi, 9 orang 45 yang nilainya sedang dan tidak ada orang 0 yang nilainya rendah terhadap kehadiran petani mengikuti penyuluhan.
Kelompok lama bertani 25-42 tahun, terdapat 3 orang 15 yang nilainya sedang dan tidak ada orang pada kelompok yang bernilai tinggi dan rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Pada kelompok umur 43-60 tahun, terdapat 2 orang
10 yang nilainya sedang dan tidak ada orang pada kelompok yang bernilai tinggi dan rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan.
Erat tidaknya hubungan lama bertani petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah penelitian dapat dianalisis dengan menggunakan
Korelasi Rank Spearman pada Lampiran 7, diperoleh koefisien korelasi rs = 0.2865
dan nilai t
hitung
= 1.2683. Oleh karena t
hitung
= 1.2683 t
α0.05 =
2.101, berarti Ho diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara lama bertani petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah penelitian. Oleh
karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara lama bertani petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah sampel ditolak.
5.3.4. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Sampel
Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu diperhatikan dalam menentukan tingkat keberhasilan asam glugur sebagai
komoditi unggulan. Hasil analisis hubungan antara jumlah tanggungan dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah sampel dapat dilihat ada Tabel
17 Berikut.
Tabel 17. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian
Universitas Sumatera Utara
No Jumlah
Tanggungan jiwa
Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan
Jumlah Rendah
Sedang Tinggi
1 1- 5
0 0 8 40
5 25 13 65
2 6-10
0 0 6 30
1 5 7 35
Jumlah 14 70
6 30 20 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 8
Tabel 17 menunjukkan bahwa pada kelompok jumlah tanggungan 1-5 jiwa, terdapat 5 orang 25 yang nilainya tinggi, 8 orang 40 yang nilainya sedang dan
tidak ada orang 0 yang nilainya rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Sementara pada kelompok jumlah tanggungan jiwa antara 6-10 orang,
terdapat 1 orang 5 yang nilainya tinggi, 6 orang yang nilainya sedang dan dan tidak ada orang 0 yang nilainya rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti
penyuluhan. Erat tidaknya hubungan jumlah tanggungan keluarga petani sampel dengan
kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah penelitian dapat dianalisis dengan
menggunakan Korelasi Rank Spearman pada Lampiran 8, diperoleh koefisien korelasi
rs = 0.4009 dan nilai t
hitung
= 1.856. Oleh karena t
hitung
= 1.856 t
α0.05 =
2.101, berarti Ho diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah
penelitian. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan
didaerah sampel ditolak.
Universitas Sumatera Utara
5.3.5. Hubungan Total Pendapatan Keluarga Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Sampel
Total pendapatan keluarga petani berasal dari pendapatan petani baik dari usahatani maupun non usahatani dihitung dalam satuan rupiah. Total pendapatan keluara
dalam penelitian ini berkisar antara Rp 672.000 – Rp 19.200.000. Hasil analisis hubungan antara total pendapatan keluarga dengan tingkat kehadiran petani mengikuti
penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 18 Berikut : Tabel 18. Hubungan Total Pendapatan Keluarga Petani Sampel dengan Kehadiran
Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian No
Total Pendapatan Keluarga Rp
Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan
Jumlah Rendah
Sedang Tinggi
1 672.000-4.320.000
0 0 12 60
6 30 18 90
2 4.321.000-
19.200.000 0 0
2 10 0 0
2 10
Jumlah 14 70
6 30 20 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 9
Tabel 18 menunjukkan bahwa pada kelompok total pendapatan keluarga Rp 672.000 – Rp 4.320.000, terdapat 6 orang 30 yang nilainya tinggi, 12 orang
60 yang nilainya sedang dan tidak ada orang 0 yang nilainya rendah terhadap kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Sementara pada kelompok total
pendapatan keluarga Rp 4.321.000 – Rp 19.200.000, terdapat 2 orang 10 yang nilainya sedang, dan tidak ada orang 0 yang nilainya tinggi maupun rendah
pada tingkat kehadiran petani mangikuti penyuluhan.
Erat tidaknya hubungan total pendapatan keluarga petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah penelitian dapat dianalisis dengan
menggunakan Korelasi Rank Spearman pada Lampiran 9, diperoleh koefisien korelasi
Universitas Sumatera Utara
rs = 0.2327 dan nilai t
hitung
= 1.0153. Oleh karena t
hitung
= 1.0153 t
α0.05 =
2.101, berarti Ho diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara total pendapatan keluarga petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di
daerah penelitian. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara total pendapatan keluarga petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti
penyuluhan didaerah sampel ditolak.
5.3.6. Hubungan Luas Lahan Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Sampel
Luas lahan yang dimiliki petani merupakan salah satu faktor dalam menentukan tingkat pendapatan petani dengan tingkat keberhasilannya dalam mengelola
usahataninya. Semakin luas lahannya dan semakin besar produksinya, maka pendapatan juga akan meningkat. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 19
Berikut. Tabel 19. Hubungan Luas Lahan Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti
Penyuluhan di Daerah Penelitian No
Luas Lahan batang
Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan
Jumlah Rendah
Sedang Tinggi
1 1 - 12
0 0 9 45
6 30 15 75
2 13 – 26
0 0 4 20
0 0 4 20
3 27 – 40
0 0 1 5
0 0 1 5
Jumlah 14 70
6 30 20 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 10
Tabel 19 menunjukkan bahwa pada kelompok luas lahan 1-12 batang, terdapat 6 orang 30 yang nilainya tinggi, 9 orang 45 yang nilainya sedang
Universitas Sumatera Utara
dan tidak ada orang 0 yang nilainya rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Sementara pada kelompok luas lahan 13-26 batang,
terdapat 4 orang 20 yang nilainya sedang, dan tidak ada orang 0 yang nilainya tinggi ataupun rendah pada tingkat kehadiran petani mengikuti
penyuluhan. Sedangkan pada kelompok luas lahan 27-40 batang terdapat 1 orang 5 yang nilainya sedang, dan tidak ada orang 0 yang nilainya tinggi ataupun
rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan.
Erat tidaknya hubungan luas lahan yang dimiliki petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah penelitian dapat dianalisis dengan
menggunakan Korelasi Rank Spearman pada Lampiran 10, diperoleh koefisien korelasi
rs = 0.3067 dan nilai t
hitung
= 1.3669. Oleh karena t
hitung
= 1.3669 t
α0.05 =
2.101, berarti Ho diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak terdapat hubungan luas lahan petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah penelitian. Oleh
karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara luas lahan petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah sampel ditolak.
5.3 Pelaksanaan Program Penyuluhan Terhadap Petani Asam Glugur