belajar sastra. Dalam pembelajaran sastra Indonesia diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang sastra. Pemahaman membaca karya sastra, khususnya cerpen
diharapkan dapat membuat siswa mampu menganalisis tema, penokohan, alur cerita, amanat dan latar yang terdapat dalam cerita.
Pembelajaran sastra Indonesia kaitanya dengan cerpen senyum dan Bayi dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto, siswa dapat mengambil
amanat dan nilai-nilai kemanusiaan yang sangat dominan dalam cerita melalui penokohan dan gaya bahasa yang terdapat dalam cerita. Guru dapat mengajarkan kepada
siswa menilai ciri khas pengarang dan bahasa yang digunakan pengarang melalui gaya bahasa. Jika siswa dapat memahami gaya bahasa yang terdapat dalam karya sastra, maka
siswa dapat membuat karya sastra dengan ciri khas dan gayanya sendiri dengan memperhatikan unsur keindahan.
Sebelum memulai dan menjelaskan materi pelajaran, guru perlu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat bertujuan agar
materi yang diajarkan dapat disampaikan secara sistematis dan terstruktur serta mampu dipahami oleh siswa dengan baik.
Penelitian ini memiliki implikasi terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA, yaitu memberikan gambaran bahwa gaya bahasa tumbuh dan
berkembang sejalan dengan kemajuan jaman. Oleh karena itu, penggunaan gaya bahasa dalam cerpen dapat dioptimalkan dengan baik dan benar sehingga dapat mengetahui
keindahan, makna gaya bahasa serta ciri khas gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang.
104
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
1. Berdasarkan analisis data yang diuraikan dalam pembahasan, diperoleh
sebanyak delapan puluh sembilan data dari dua judul cerita berbeda dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian berupa kalimat yang menyatakan
penggunaan gaya bahasa. Kalimat-kalimat tersebut mencakup delapan jenis gaya bahasa dari lima puluh lima gaya bahasa. Gaya bahasa tersebut
di antaranya a simile berjumlah tiga puluh empat kalimat, b personifikasi berjumlah tiga puluh tiga kalimat, c antitesis berjumlah satu
kalimat, d hiperbola berjumlah delapan kalimat, e metonimia berjumlah sembilan kalimat, f sinekdoke berjumlah dua kalimat, g epizeukis
berjumlah satu kalimat, h anadilopsis berjumlah satu kalimat,. Dari delapan jenis gaya bahasa yang diperoleh, gaya bahasa yang paling
dominan digunakan yaitu simile sebanyak tiga puluh empat kalimat. Hal yang mempengaruhi banyaknya penggunaan gaya bahasa simile karena
gaya penceritaan Nugroho Notosusanto identik dengan membandingkan yang terkesan menyamakan sesuatu dengan hal lain . Hal tersebut juga
menjadi ciri khas Nugroho Notosusanto dalam tiap karyanya. 2.
Gaya bahasa yang digunakan Nugroho Notosusanto maknanya terkesan menekankan dan menguatkan. Hal tersebut yang menjadi ciri khas dari
Nugroho Notosusanto 3.
Implikasi penggunaan gaya bahasa terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dapat diterapkan pada siswa SMA kelas XI
dalam aspek membaca, dengan Standar Kompetensi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen. Kompetensi Dasar
menganalisis keterkaitan gaya bahasa suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Siswa mampu mengidentifikasi gaya bahasa dan mengaitkan
makna gaya bahasa dengan kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Beberapa saran berikut dapat
menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, di antaranya s
aran untuk siswa
. D
alam membaca karya sastra, hendaknya siswa tidak hanya membaca ceritanya saja akan tetapi
perhatikan juga unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra dan mampu menerapkan hal-hal positif yang terdapat dalam karya sastra untuk kehidupan
sehari-hari. Saran untuk guru hendaknya memaksimalkan pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia melalui empat aspek keterampilan yang sangat penting bagi peserta didik.
Saran untuk pembaca sastra hendaknya mampu mengetahui dan menganalisis unsur-unsur dalam karya sastra yang dibaca, khususnya gaya
bahasa, agar dapat membedakan karakteristik dan ciri khas tiap-tiap pengarang. Saran untuk peneliti lain sebaiknya terus meningkatkan penelitian
dalam bidang sastra, khususnya gaya bahasa, secara lebih mendalam, karena pada karya ilmiah ini penulis mempunyai kelemahan dalam penelitian agak
sulit untuk membedakan antara gaya bahasa yang satu dengan yang lain.