Macam-Macam Wali Dalam Penikahan

22 dengan adil itu adalah cerdas. 17 Cerdas yang dimaksud adalah dapat atau mampu menggunakan akal pikirannya dengan sebaik-baiknya atau seadil-adilnya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : ﻦ ﺔ ﺋﺎ ﻟﺎ : لﺎ ر ﻮ ل ﷲا ﻰ ﷲا ﻴ و ﻢ : حﺎﻜ ﻟﻮﺑ إ ىﺪهﺎ و لﺪ اور ﻰ راﺪﻟا 18 “Dari Aisyah, dari Nabi SAW bersabda : “Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil”.H.R. Ad-Daaruquthni Berdasarkan hadist tersebut, maka orang yang tidak cerdas atau tidak mampu berbuat adil tidak boleh dijadikan wali dalam pernikahan. Ini berarti jika wali ingin berbuat fasik, maka wali itu harus digantikan oleh orang lain yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Pernyataan tersebut di atas memberikan pengertian bahwa syarat utama yang harus ada pada wali dalam pernikahan adalah Islam, dewasa, dan laki-laki. Tentang persyaratan lain seperti berakal dan adil dapat diambil pengertian baligh karena balig menunjukan bahwa orang itu telah berakal dan muslim atau beragama Islam menunjukkan bahwa orang tersebut pasti dapat berbuat adil. Dengan demikian tiga persyaratan tersebut pada dasarnya telah mencakup lima persyaratan yang banyak dibahas dalam berbagai buku fikih atau Hukum Islam.

C. Macam-Macam Wali Dalam Penikahan

17 Kamal Mukhtar, Azaz-Azaz Dalam Hukum Islam Tentang Perkawinan. h.92. 18 Daaruquthni, Sunan Daaruquthni, Beirut: Dar Al-Fikr, 1994, Jilid III, h. 139. 23 Secara umum wali dalam perkawinan digolongkan menjadi dua macam, yaitu Wali Nasab dan Wali Hakim. 19 Kedua macam wali tersebut akan diuraikan lebih lanjut di bawah ini. 1. Wali Nasab Nasab artinya bangsa. Wali Nasab adalah Wali Nikah karena ada hubungan nasab dengan wanita yang akan melangsungkan pernikahan. 20 Wali ditunjuk berdasarkan skala prioritas secara tertib mulai dari orang yang paling berhak, yaitu orang yang paling dekat aqrab, lebih kuat hubungan darahnya. Jumhur Ulama mengatakan bahwa wali itu adalah ahli waris dan diambil dari garis ayah, bukan ibu. 21 Urutan Wali Nasab yang ditetapkan dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 21 dan 22, adalah sebagai berikut : Pasal 21 : a Wali Nasab terdiri dari empat kelompok dalam urutan kedudukan, kelompok yang satu didahulukan dari kelompok yang lain sesuai dengan erat tidaknya susunan kekerabatan dengan calon mempelai wanita. Pertama, kelompok kerabat laki-laki garis lurus keatas yakni ayah, kakek dari pihak ayah, dan seterusnya. Kedua, kelompok kerabat saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah, dan keturunan laki-laki mereka. Ketiga, Kelompok kerabat paman, yakni saudara laki-laki kandung ayah, saudara seayah dan keturunan laki-laki mereka. Keempat, kelompok saudara laki-laki kandung kakek, saudara laki-laki seayah kakek dan keturunan laki-laki mereka. 19 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Cet ke-4, h. 80. 20 Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqih Munakahat, h. 89. 21 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2000 Cet ke-1. h 63. 24 b Apabila dalam satu kelompok wali nikah terdapat beberapa orang yang sama-sama berhak menjadi wali, maka yang paling berhak menjadi wali adalah yang lebih dekat derajat kekerabatannya dengan calon mempelai wanita. c Apabila dalam satu kelompok sama derajat kekerabatannya maka yang paling berhak menjadi wali nikah adalah kerabat kandung dari kerabat yang hanya seayah. d Apabila dalam satu kelompok derajat kekerabatannya sama, yakni sama- sama derajat kandung atau sama-sama derajat seayah, mereka sama-sama berhak menjadi wali nikah, dengan mengutamakan yang lebih tua dan memenuhi syarat-syarat wali. 22 Apabila diuraikan lebih rinci lagi susunan wali adalah sebagai berikut: a. Ayah kandung; b. Kakek dari garis ayah seterusnya ke atas dalam garis laki-laki; c. Saudara laki-laki sekandung; d. Saudara laki-laki seayah; e. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung; f. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah; g. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki sekandung; h. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki seayah. i. Saudara laki-laki ayah sekandung paman: j. Saudara laki-laki ayah seayah paman ayah; k. Anak laki-laki paman sekandung; l. Anak laki-laki paman seayah; m. Saudara laki-laki kakek sekandung; n. Anak laki-laki saudara laki-laki kakek sekandung; 22 Departemen Agama R.I., Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, h 135-136. 25 o. Anak laki-laki saudara laki-laki kakek seayah. 23 Wali yang paling berhak dan paling utama menjadi Wali Nikah adalah ayah, karena sangat dekat kekerabatannya dengan mempelai wanita dan ayah adalah orang yang mempunyai keutamaan dibandingkan dengan Wali Nikah yang lain. Oleh karena itu ayah disebut wali yang dekat atau Wali Aqrab, dan wali lain disebut wali yang jauh atau wali ab’ad Saudara terdekat atau yang agak jauh. Pasal 22 KHI menjelaskan bahwa apabila Wali Nikah yang paling berhak urutannya tidak memenuhi syarat sebagai wali nikah, atau oleh karena Wali Nikah rungu atau sudah udzur, maka yang menjadi wali bergeser kepada Wali Nikah yang lain menurut derajat berikutnya. 24 Mengenai perpindahan wali dari yang dekat kepada yang lebih jauh urutannya yaitu apabila wali yang dekat ada atau karena sesuatu hal dianggap tidak ada, yaitu: 1. Wali aqrab-nya tidak ada sama sekali; 2. Wali aqrab ada, tetapi belum baligh; 3. Wali aqrab ada, tetapi menderita sakit gila; 4. Wali aqrab ada, tetapi pikun karena tua; 5. Wali aqrab ada, tetapi bisu dan tidak dapat dimengerti isyaratnya; 23 Selamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat, h. 90-91. Lihat juga, Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, h. 87. 24 Departemen Agama R.I., Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, h. 135-136. 26 6. Wali aqrab ada, tetapi tidak beragama Islam. 25 Wali Nasab terbagi menjadi dua, yaitu Pertama Wali Nasab yang berhak memaksa menentukan perkawinan dan dengan siapa seorang perempuan mesti kawin. Wali Nasab yang berhak memaksa ini disebut Wali Nasab yang mujbir dipendekan dengan sebutan Wali Mujbir. Wali Mujbir terdiri dari bapak, kakek dan ayah dari kakek seterusnya ke atas. Mujbir artinya orang yang memaksa. 26 Walaupun Wali Mujbir dapat memaksa tetapi ia harus memenuhi persyaratan : 1. Tidak ada permusuhan antara wali mujbir dengan anak gadis; 2. Sekufu antara perempuan dengan laki-laki calon suaminya; 3. Calon suami itu mampu membayar mas kawin; 4. Calon suami tidak cacat yang membahayakan pergaulan dengan dia. 27 Apabila keempat syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi oleh wali yang memaksa menikahkan anaknya Wali Mujbir maka wanita yang dipaksa menikah dapat meminta fasakh ke pengadilan. Kedua Wali Nasab yang tidak mempunyai kekuasaan memaksa atau Wali Nasab biasa, yaitu saudara laki-laki kandung atau sebapa, paman yaitu saudara laki-laki kandung atau sebapa, dari bapa dan seterusnya anggota keluarga laki-laki menurut garis keturunan patrilinear. 25 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, h. 88. 26 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, 1974, Cet ke-1 h. 69. 27 Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam Menurut Empat Mazhab, Jakarta Hudakarya Agung , 1996, Cet ke-15, h 55 27 2. Wali Hakim Wali Hakim adalah penguasa atau wakil penguasa yang berwenang dalam bidang perkawinan. Biasanya Penghulu atau petugas lain dari Departemen Agama. Dalam hal ini ditemui kesulitan untuk hadirnya Wali Nasab atau ada halangan-halangan dari Wali Nasab atas suatu perkawinan, maka seorang calon pengantin perempuan dapat menggunakan bantuan Wali Hakim baik melalui Pengadilan Agama atau tidak, tergantung pada prosedur yang dapat ditempuh. 28 Rasulullah S.A.W. bersabda : ﻦ ﺮ و ة، ﻦ ﺎﺋ ﺔ : ﺎﻟ : ﺎ ل ر ﻮ ل ﷲا ﷲا ﻰ ﻴ و ﻢ .... ﻓ ﺴﻟﺎ نﺎ وﻟ ﻦ وﻟ ﻟ اور ﻦﺑا ﺎ 29 “....Maka Hakimlah yang bertindak menjadi wali bagi seseorang yang tidak ada walinya.” H.R. Ibnu Majah. Dalam prakteknya Wali Hakim yang diangkat oleh Pemerintah pada saat ini adalah Pegawai Pencatat Pernikahan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan. Ketentuan tentang Wali Hakim diatur dalam Peraturan Menteri Agama PMA Nomor 2 Tahun 1987 tentang Wali Hakim khususnya pada Bab III pasal 4 dan pasal 5 mengenai Wali Hakim yang berbunyi : Pasal 4 1 Kepala Kantor Urusan Agama selaku Pegawai Pencatat Nikah ditunjuk menjadi Wali Hakim dalam wilayahnya untuk menikahkan mempelai wanita sebagai dimaksud pasal 2 ayat 1 peraturan ini. 28 Ibid., 29 Abi Abdullah Muhammad Ibni Yaziida Quzwiini, Sunan Ibnu Majah, Beirut : Dar Al-Fikr, Jilid I, h. 605. 28 2 Apabila si wilayah kecamatan, kantor Urusan Agama Kecamatan berhalangan atau tidak ada, maka Kepala Kantor Departeman Agama kabupatenkotamadya diberi kuasa untuk atas nama Menteri Agama menunjuk WakilPembantu Pegawai Pencatat Nikah untuk sementara menjadi Wali Hakim dalam wilayahnya. Pasal 5 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji diberi kewenangan untuk atas nama Menteri Agama menunjuk Pegawai yang memenuhi syarat menjadi Wali Hakim pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 1 peraturan ini. Untuk dapat menggunakan Wali Hakim, diperlukan alasan-alasan kuat bagi calon pengantin perempuan, yaitu : 1. Tidak ada Wali Nasab; 2. Tidak cukup syarat-syarat pada wali aqrab atau wali ab’ad. 3. Wali aqrab gaib atau pergi dalam perjalanan sejauh ±92.5 km atau dua hari perjalanan; 4. Wali aqrab-nya dipenjara dan tidak bisa ditemui; 5. Wali aqrab-nya ‘adhal; 6. Wali aqrab-nya berbelit-belit; 7. Wali aqrab-nya sedang ihram; 8. Wali aqrab-nya sendiri yang akan menikah; 9. Wanita yang akan dinikahkan gila, tetapi sudah dewasa dan Wali Mujbir tidak ada. 30 Wali Hakim tidak berhak menikahkan: 1. Wanita yang belum balig; 30 Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqih Munakahat, h. 92. 29 2. Kedua belah pihak calon wanita dan pria tidak sekufu; 3. Tanpa seizin wali yang akan menikahkan; 4. Di luar daerah kekuasaannya. 31

D. Wali ‘Adhal