2. Gejala Pada Waktu Jaga
Dzikir yang tidak sesuai akan mendatangkan sesuatu yang akan mendatangkan Jin. Bacaan yang di baca adalah dengan menggunakan
bacaan dari al-quran dan sebagian dari Asmaul Husna. Namun membacakannya adalah dengan syarat dan ketentuan yang di buat. Jika
sumber dan rujukannya tidak murni dan mengandung syarat yang lain maka akan ada efek yang negatif bagi yang melakukan.
“Guru saya mengatakan minimal seminggu sekali, setelah sholat rawatib dzikirnya Laiilahaillallah, Subhanallah, Alhamdulillah allah 2 Ya
Latif2, kadang Asmaul husna dibacakan juga kayak surat tadi padahal surat dari quran dilakukan tanpa rujukan maka itu bisa mendatangkan
jin”.
Menurut Bayu untuk dzikir cenderung dilakukannya hanya satu kali waktu saja kalau sedang di luar atau bepergian. Namun untuk paket dapat
dilakukan bersamaan saat usai melakukan sholat malam atau qiyamullail. Waktu yang dilakukan untuk sholat malam adalah dari mulai jam satu sampai
dengan jam empat pagi. Sholat yang dilakukannya tidak begitu lama namun zikirnya yang lebih lama di lakukan.
“Untuk dzikir menurut saya lebih cenderung hanya satu kali waktu saja waktu tertentu kalau diluar, kalau waktu paket itu ada qiyamulail bisa
jadi jam satu sampai jam empat tapi sholatnya gak sampai setengah jam hanya dzikirnya yang lama”.
Ada perasaan yang datang dan lain daripada sebelum melakukan zikir yaitu badan dan pikiran terasa seger dan fresh. Dan saat usai zikir berbincang
sebentar kemudian datang kantuk dan langsung tidur akhirnya sholat subuh
sering ketinggalan. Bagi orang yang bertaqwa sholat adalah satu panggilan yang harus dilaksanakan namun menurut Bayu hal tersebut dilewatkan saja
tanpa ada penyesalan padahal hal yang ditinggalkan merupakan kewajiban.
“Setelah lama mengucapakan kalimat zikir lama ngantuk kayak ada yang datang dan terasa seger. Begitu ngobrol tidur dan lewat sholat
subuhnya namun begitu ada gangguan itu kalau ada orang yang bertaqwa kalau telat dia merasa bersalah tapi saya gak wajib aja lewat,
tidak ada perasaan menyesal”.
Mendahulukan hal yang bersifat sunnah adalah lebih di utamakan oleh Bayu karena merasa paling penting namun hal yang bersifat wajib di nomor duakan
sehingga tidak wajar seperti lainnya. Sedekah sebagai salah satu hal yang bersifat sunnah lebih diutamakan oleh Bayu dari yang wajib lainnya. Akhirnya
Bayu meremehkan kewajiban sebagai perintah dari Allah dan semakin berkurang untuk melakukan kewajiban agama.
“Jadi saya meremehkan perintah Allah mendahulukan yang sunnah meninggalkan yang wajib, untuk bersedekah saya sering karena
bersifat sunnah pokoknya yang sunnah-sunnah saya lakukan bertambah tapi yang wajib-wajib sebaliknya malah berkurang”.
Untuk terapi menurut Bayu sangat sering selain ruqyah juga dengan melakukan dialog dan diskusi dengan terapis sampai delapan jam lebih
untuk terapi. Karena sangat kuat dan bahkan sampai mengakar tentang gangguan yang saya alami tapi saya menyatakan optimis pasti akan sembuh.
Suatu saat saya mulai membaik namun godaan setan datang lebih kuat.
Saya di ajak untuk tetap bergabung dengan teman-teman saya untuk belajar ilmu lagi dan mengulang seperti apa yang saya lakukan dulu.
“Kalau kebingungan mungkin karena kemantapan, ketika saya memperbaiki diri saya sampai sehari delapan jam dalam waktu
setahun. Dengan berdiskusi terus berarti itu menandakan sampai keakar dan menyembuhkannya butuh waktu yang lama, Tapi pada
saat saya mulai membaik ada godaan-godaan setan yang mengajak saya misalkan lewat teman saya diajak kembali untuk melakukan ilmu-
ilmu dari keguruan lain”.
Menurut Bayu sering merasakan goncangan jiwa dan sering juga merasa paling benar sehingga mengakibatkan kurang nyaman bagi dirinya. Saat hal
tersebut datang saya langsung ingin mencari guru yang paling benar dalam arti dia benar-benar lurus dari sisi aqidahnya dan tidak diragukan lagi dalam
keislaman. Dan di jadikan sebagi rujukan untuk konsultasi dan membantu untuk proses penyembuhan yang saya alami.
“Sering mengalami goncangan jiwa saya merasa sering ada goncangan jiwa seperti saya merasa benar yang dilakukan tapi kalau
sudah sampai di cabang saya merasa kebingungan karena itu saya harus mencari guru yang Aqidahnya bener-bener shohih lurus”.
Saat ini gangguan yag sering saya alami sudah mulai membaik bahkan hampir tidak ada lagi. Sangat berbeda dengan waktu sebelumnya, dulu saya
serba bisa segalanya dalam melakukan di luar kebiasaan orang lain pada umumnya.
“Kalau sekarang saya Alhamdulilah gangguan-gangguan sudah tidak ada, mulai membaik kadang cobaan-cobaan itu ada berbeda dengan
dulu waktu masih bisa segalanya cobaan itu tidak ada. Hidup itu lurus aja kalau sekarang sudah normal”.
Mengikuti Majelis Taklim memang umum bagi orang untuk hadir di dalamnya, namun hal ini tidak untuk Bayu saat dia mendatangi tempat tersebut timbul
saat salah seorang ustadz sedang menyampaikan materi dan melakukan dialog jantung saya berdenyut lebih kencang. Bahkan dalam satu hari tidak
menentu seringkali muncul gangguan itu, hal ini dialami saat Bayu dulu masih sering mengalami gangguan namun sering di sarankan oleh Gurunya agar
sering keluar Rumah untuk menghilangkan rasa malas.
“Waktu saya masih kena gangguan rasa malas itu ada, timbul ketika saya datang ke majelis-majelis taklim, kajian-kajian aqidah masalah
jihad atau lainnya. Kalau ustadz saya sedang berdialog menyampaikan materi jantung saya terasa berdetak kencang jinnya
takut muncul dalam satu hari tidak bisa ditentukan.Paling malas saat keluar rumah walaupun tidak melakukan aktivitas. Saran guru coba
kamu keluar rumah saja biar kamu hilang rasa malas tersebut”.
Skema 4.4 Kasus Bayu
Bagan Umum Proses Kesurupan Melalui Terapi Ruqyah
Belajar Ilmu
kesurupan Tidak berobat
kemanapun
- Demam - Merasa mampu
mengobati dan meramal orang lain
- Sering keluar malam - Senang menyendiri
- Lebih
mementingkan hal sunnah daripada
wajib
- Mimpi buruk, terkadang bisa
mengatur mimpi yang diinginkan
Mendapat Ruqyah: dialog, komunikasi,
wiridan dan ayat Alquran untuk dibaca,
dan pijatan
- Yakin pada Allah dengan
kemampuan sendiri -
Merasa ikhlas dengan kehidupan yang dijalani
- Berinteraksi dengan orang
lain terutama orang tua.