BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Gambaran Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD
Gambar 6.1. Diagram Garis Insiden Rate IR Penderita DBD di Kota
Lhokseumawe Tahun 2003-2007
5.98 10.22
143.9 155.54
156.13
20 40
60 80
100 120
140 160
180
2003 2004
2005 2006
2007 IR per 100.000
Dari gambar 6.1. dapat dilihat bahwa angka Insiden Rate penderita DBD di kota Lhokseumawe menunjukkan peningkatan yang sangat tajam. Pada tahun 2003
IR 5,98 per 100.000 penduduk, tahun 2004 IR 10,22 per 100.000 penduduk, tahun 2005 IR 143,9 per 100.000 penduduk, tahun 2006 IR 155,54 per 100.000 penduduk,
dan pada tahun 2007 IR 156,13 per 100.000 penduduk.
Jika dilihat dari angka diatas di kota Lhokseumawe selama 3 tahun terakhir telah mengalami KLB Kejadian Luar Biasa DBD, bila dibandingkan dengan angka
indikator nasional untuk insiden kasus DBD di daerah endemis yaitu sebesar 20 per 100.000 penduduk maka Insiden Rate DBD di kota Lhokseumawe masih sangat
tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Meningkatnya kasus DBD di kota Lhokseumawe disebabkan beberapa kemungkinan, yang pertama kota Lhokseumawe merupakan kota pusat perdagangan,
pendidikan, rujukan rumah sakit dari beberapa daerah lain, dengan mobilitas penduduk yang tinggi dan juga merupakan daerah perlintasan transportasi dengan
kota Medan yang merupakan kota endemis DBD, hal ini memungkinkan orang –orang yang telah terinfeksi virus dengue menyebarkan virus tersebut kepada
orang lain melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Meningkatnya mobilitas penduduk di kota Lhokseumawe dapat juga dikaitkan dengan bencana tsunami yang terjadi pada
akhir tahun 2004 menyebabkan banyak orang-orang yang berasal dari luar daerah datang ke kota tersebut.
Kurangnya peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD PSN-DBD, dan kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan khususnya dalam tindakan pencegahan, yaitu tidak melaksanakan 3M plus secara teratur, didukung dengan banyaknya kontainer tempat peridukan nyamuk
Aedes aegypti, dan masih adanya budaya menyimpan air dapat juga menyebabkan
terjadinya peningkatan kasus DBD di kota Lhokseumawe. Hal ini dapat kita lihat dari tabel 5.11. dimana Angka Bebas Jentik ABJ masih jauh dari angka bebas jentik
nasional yaitu ≥95.
Selain itu keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah kota Lhokseumawe juga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah kasus DBD. Dengan dana yang
terbatas pemerintah tidak dapat melaksanakan sepenuhnya kegiatan pemberantasan vektor dengan menggunakan insektisida fogging fokus dan juga fogging sebelum
Universitas Sumatera Utara
masa penularan untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus dan KLB Kejadian Luar Biasa DBD.
Gambar 6.2. Diagram Garis Case Fatality Rate CFR Penderita DBD di Kota Lhokseumawe Tahun 2003-2007
0.80 2.40
1.59
1 1
2 2
3 3
2003 2004
2005 2006
2007 CFR DBD
Berdasarkan gambar diatas dalam 3 tahun terakhir telah terjadi kematian pada tahun 2005 dengan CFR 0,8, tahun 2006 terjadi peningkatan dengan CFR 2,4,
dan tahun 2007 terjadi penurunan dengan CFR 1,59. Pada tahun 2006 terjadi peningkatan CFR hal ini dapat diasumsikan karena kurangnya manajemen
penanganan DBD, antara lain menegakkan diagnosis, tatalaksana DBD, dan keterlambatan rujukan dari puskesmas ke rumah sakit
Pada tahun 2007 terjadi penurunan CFR, hal ini dapat diasumsikan bahwa penanganan kasus DBD di Kota Lhokseumawe semakin baik. Akan tetapi, walaupun
telah terjadi penurunan angka kematian DBD, namun belum mencapai angka indikator nasional yaitu CFR kurang dari 1. Untuk itu manajemen kasus perlu lebih
Universitas Sumatera Utara
ditingkatkan terutama melalui penatalaksanaan kasus di puskesmas maupun di rumah sakit.
Terjadinya KLB DBD sejak 3 tahun terakhir erat kaitannya dengan 2 tahun sebelum terjadi KLB yaitu tahun 2003 dan 2004, pada tahun tersebut seharusnya
kegiatan kewaspadaan dini mulai dilaksanakan. Pada tabel 5.10. dapat dilihat pencatatan tidak lengkap pada tahun 2003 dan 2004, sehingga tidak dapat diketahui
kegiatan PE dan Fogging Fokus telah dilaksanakan atau belum. Peran serta masyarakat juga sangat diperlukan dalam tindakan antisipasi KLB DBD seperti
melaksanakan 3M Menguras, Menutup dan Mengubur tempat atau wadah yang bisa menampung air, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
6.2. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Orang