5.5. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Kecamatan
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita dan Stratifikasi Daerah Rawan DBD Berdasarkan Kecamatan di Kota Lhokseumawe Tahun 2003-2007
Total No. Kecamatan
2003 2004 2005
2006 2007
f Stratifikasi
1. Banda
Sakti 6 10 159 165 183 523 67 Endemis
2. Muara
Dua 4 8 87 75 64 238 30,5
Endemis 3.
Blang Mangat
0 1 4 10 4 19 2,5 Endemis
Total 10 19 250 250 251 780 100 Endemis
Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihat bahwa proporsi kasus DBD selama 5 tahun terakhir tertinggi dijumpai pada Kecamatan Banda Sakti, dan proporsi terendah
dijumpai pada Kecamatan Blang Mangat. Kriteria penentuan daerah rawan DBD adalah adanya kasus DBD selama 3
tahun terakhir. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat di kota Lhokseumawe terdapat
3 kecamatan yang seluruhnya merupakan daerah endemis.
5.6. Kegiatan Pemberantasan Penyakit DBD
5.6.1. Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi danFogging Fokus
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi dan Fogging Fokus di Kota Lhokseumawe Tahun 2003-2007
Tahun Jumlah Kasus
Jumlah PE
Persentase PE
Jumlah Fogging
Fokus Persentase
Fogging Fokus 2003 10 - -
- -
2004 19 - - -
- 2005 250 162
64,8 134 53,6
2006 250 250 100 145 58
2007 251 190 75,7 61
24,3
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan PE di kota Lhokseumawe dilakukan berdasarkan jumlah kasus yang ada, pada tahun 2003 dan 2004 tidak dapat diketahui ada atau tidaknya kegiatan
PE dan Fogging Fokus dikarenakan sistem pencatatan yang belum baik. Pada tahun
2005-2007 jumlah kegiatan PE dapat diketahui, tetapi hasil PE positif atau negatif tidak dapat diketahui dikarenakan tidak adanya laporan mengenai hasil PE sehingga
kegiatan fogging fokus dilakukan berdasarkan jumlah kasus yang ada. Berdasarkan tabel 5.12. pelaksanaan PE pada tahun 2005 sebanyak 162 kali
64,8, tahun 2006 sebanyak 250 kali100, dan tahun 2007 sebanyak 190 kali 75,7. Pada tahun 2005 fogging fokus yang dilakukan 2 kali dalam interval 1
minggu sebanyak 134 kali 53,6, tahun 2006 sebanyak 145 kali 58 dan tahun 2007 sebanyak 61 kali 24,3.
5.6.2. Kegiatan Pemantauan Jentik Berkala PJB
Pemeriksaan Jentik Berkala PJB merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan setiap 3 bulan sekali pada kelurahan endemis pada 100
rumahbangunan yang dipilih secara acak random sampling. Hasil kegiatan PJB disajikan dalam bentuk Angka Bebas Jentik ABJ, seperti terlihat pada tabel ini :
Tabel 5.13.
House Indeks HI, Angka Bebas Jentik ABJ di Kota Lhokseumawe Tahun 2003-2007
Tahun Rumah Yang
Diperiksa Rumah
Ditemukan Jentik
Rumah Bebas
Jentik House
Indeks HI
Angka Bebas Jentik
ABJ 2003 8.541 2.623 5.918
30,7 69,3 2004 14.043 3.807 10.236
27,1 72,9 2005 9.927 2.668 7.259
26,87 73,13
2006 30.995 24.927 6.068 80,42 19,58
2007 9.555 2.671 6.884 27,95
72,05
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik HI =
x 100 Jumlah Rumah yang Diperiksa
Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan Jentik ABJ =
x 100 Jumlah Rumah yang Diperiksa
Berdasarkan tabel 5.13. dapat diketahui bahwa hasil Pemantauan Jentik Berkala PJB di kota Lhokseumawe angka house indeks setiap tahunnya masih
cukup tinggi sehingga Angka Bebas Jentik rendah. Pada tahun 2003 ABJ 69,3, tahun 2004 ABJ 72,9, tahun 2005 ABJ 73,13, tahun 2006 ABJ 19,58, dan tahun
2007 ABJ 72,05, angka ini masih jauh dari angka bebas jentik nasional yaitu ≥95.
5.7. Analisa Statistik