2.4. Epidemiologi Penyakit
DBD 2.4.1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan
kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi
yang lancar, sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan
DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.
18
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun
86-95. Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada
golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984.
5
2.4.2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi
dengan suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna.
17
Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat dari
0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
14
Universitas Sumatera Utara
Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan
terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.
14,19
2.4.3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas 28-32
C dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama.
Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada
umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.
18,19
2.4.4. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit DBD
Penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu agent virus, host pejamu, dan lingkungan, yaitu :
1. Agent penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup atau mati yang
kehadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimuli untuk mengisi dan
memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran DBD adalah virus dengue.
19
2. Karakteristik host pejamu adalah manusia yang kemungkinan terjangkit
penyakit DBD. Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia yaitu :
Universitas Sumatera Utara
i. Mobilitas penduduk akan memudahkan penularan dari suatu tempat ke tempat
yang lainnya. Hasil penelitian Fathi 2004 di kota Mataram mobilitas penduduk tidak ikut berperan dalam terjadinya KLB penyakit DBD di kota
Mataram, hal ini dapat dikaitkan dengan mobilitas penduduk di kota Mataram yang relatif rendah yaitu sebagian besar adalah petani.
20
Hasil penelitian Arsunan dan Wahiduddin 2003 di kota Makassar mobilitas penduduk
berperan dalam penyebaran DBD, hal ini disebabkan mobilitas penduduk di kota Makassar yang relatif tinggi.
21
Hal ini sesuai dengan Sumarmo bahwa penyakit biasanya menjalar dimulai dari suatu pusat sumber penularan kota
besar, kemudian mengikuti lalu-lintas mobilitas penduduk. Semakin tinggi mobilitas makin besar kemungkinan penyebaran penyakit DBD.
13
ii. Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan
dan cara pemberantasan yang dilakukan, hal ini berkaitan dengan pengetahuan. Hasil penelitian Nicolas Duma 2007 di kecamatan Baruga kota
Kendari ada hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan kejadian DBD.
22
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Arsunan dan Wahiduddin 2003 di kota Makassar yang mendapatkan adanya hubungan
yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian DBD.
21
Hasil penelitian Kasnodiharjo 1997 di Subang Jawa Barat menyatakan bahwa seseorang
yang mempunyai latar belakang pendidikan atau buta huruf , pada umumnya akan mengalami kesulitan untuk menyerap ide-ide baru dan membuat mereka
konservatif karena tidak mengenal alternatif yang lebih baik.
22
Universitas Sumatera Utara
iii. Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit
DBD. Hasil penelitian Soegeng Soegijanto 2000 di Jawa Timur dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD terbanyak adalah pada
kelompok umur 5-9 tahun. Tetapi pada tahun 1998 dan 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-44 tahun meningkat, keadaan tersebut perlu
diwaspadai bahwa DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan dewasa.
4
Hal ini sesuai dengan Suroso bahwa di Indonesia pada tahun 1995-1997 proporsi kasus DBD telah bergeser ke usia
≥ 15 tahun.
5
Hasil penelitian Fitri 2005 di Pekanbaru proporsi penderita terbanyak lebih sering
pada kelompok umur ≥ 15 tahun.
24
iv. Jenis kelamin, berdasarkan penelitian Widyana 1998 di Bantul pada tahun
1997 menemukan bahwa proporsi penderita perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu sebesar 52,6 .
23
Hasil serupa juga di peroleh oleh Enny dkk 2003 di Jakarta pada tahun 2000 sebagian besar penderita adalah perempuan
58,2.
25
Namun secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin penderita DBD dan sampai sekarang tidak ada keterangan yang dapat
memberikan jawaban dengan tuntas mengenai perbedaan jenis kelamin pada penderita DBD.
13
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Djelantik di RSCM Jakarta 1998 menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara angka insiden laki-laki dan perempuan.
11
3. Lingkungan, lingkungan yang terkait dalam penularan penyakit DBD adalah :
i. Tempat penampungan air keberadaan kontainer, sebagai tempat perindukan
nyamuk Aedes aegypti. Hasil penelitian Yukresna 2003 dengan desain
Universitas Sumatera Utara
penelitian case control di kota Medan mendapatkan kondisi tempat penampungan air mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan
OR 5,706 CI 95 1,59 – 20,39.
26
ii. Ketinggian tempat suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap
perkembangbiakan nyamuk dan virus DBD. Di wilayah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Aedes
aegypti. iii.
Curah hujan, pada musim hujan curah hujan diatas normal tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak
terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang belum sempat menetas, dalam tempo singkat akan menetas, dan kelembaban udara juga akan meningkat
yang akan berpengaruh bagi kelangsungan hidup nyamuk dewasa dimana selama musim hujan jangka waktu hidup nyamuk lebih lama dan berisiko
penularan virus lebih besar.
11,15,19
Dari hasil pengamatan penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia bahwa musim penularan DBD pada
umumnya terjadi pada musim hujan yaitu awal dan akhir tahun.
4
Hasil penelitian Fitri 2005 kasus penyakit DBD di kota Pekanbaru akan lebih
tinggi pada saat curah hujan tinggi yaitu diatas 300 mm.
24
iv. Kebersihan lingkungan sanitasi lingkungan, dari penelitian Yukresna 2003
di kota Medan dengan desain penelitian case control yang mendapatkan bahwa kebersihan lingkungan mempunyai hubungan dengan kejadian DBD
dengan OR 2,90 CI 95 1,63-5,15.
26
Penelitian tersebut sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
pernyataan Seogeng, S 2004 yang menyatakan bahwa kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
4
2.4.5. Manifestasi Klinis