Pengecualian dalam Undang-undang No 5. Tahun 1999 tentang Larangan

27

D. Pengecualian dalam Undang-undang No 5. Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Hukum persaingan usaha adalah element esensial sehingga dibutuhkan adanya Undang-undan g sebagai “code of conduct” bagi pelaku usaha untuk bersaing di pasar sesuai dengan peraturan Undang-undang yang berlaku. 36 Sehingga ada kepastian hukum bagi para pelaku usaha, dengan kapastian yang adil dan keadilan yang pasti dan kebergunaan hukum itulah dapat menjamin kebebasan yang teratur dalam dinamika perekonomian. Sehingga pada gilirirannya dapat membawa kesejahteraan bersama dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini negara berkepentingan membuat kebijakan persaingan yang bertujuan menjaga proses keberlangsungan proses kebebasan persaingan itu sendiri yang di selaraskan dengan freedom of trade kebebasan berusaha, freedom of choice kebebasan untuk memilih, dan access to market akses untuk memasuki pasar. Di samping tujuan tersebut sesuai dengan pancasila dan UUD 1945 secara ekplisit UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menegaskan bahwa ada kebijakan persaingan yang berorientasi pada jaminan kesempatan berusaha yang sama bagi para pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Oleh sebab itu kebijakan persaingan suatu negara dalam penegakan hukum persaingan akan 36 Jimly Ashiddiqie. Konstitusi Ekonomi, Jakarta:Kompas,2010.h. 12 28 sangat menentukan efektif atau tidaknya suatu Undang-undang hukum persaingan. 37 Hukum persaingan usaha mengenal adanya pengecualian exception untuk menegaskan bahwa aturan hukum persaingan dinyatakan tidak berlaku bagi jenis pelaku ataupun prilakukegiatan tertentu. Pada umumnya status pengecualian ini diberikan kepada industri yang dianggap strategis dan lebih baik pengelolaannya diserahkan kepada negara. Pasal 33 UUD 1945 menghendaki adanya monopoli negara untuk menguasai bumi dan air berikut kekayaan alam yang terkandung didalamnya, serta cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. 38 Oleh sebab itu perlu adanya suatu acuan yang dipergunakan untuk pengecualian apakah suatu kegiatan, industrybadan, pelaku usaha yang bagaimanakah yang dikecualikan dari pengaturan hukum persaingan usaha. Dalam hal yang dikecualikan dalam hukum persaingan umumnya di dasarkan kepada beberapa pertimbangan antara lain: 1. Adanya instruksi atau perintah dari UUD Tahun 1945. 2. Adanya instruksi atau perintah dari UU atau peraturan Perundang-undangan lainnya. 37 Andi Fahmi Lubis et.al. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks.h. 218 38 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha “Filosofi, Teori dan Implikasi Penerapannya di Indonesia”. Malang:Bayumedia Publishing,2007.h. 40 29 3. Instruksi atau pengaturan berdasarkan regulasi dalam suatu badan administrasi. 39 Dalam Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menggenai pengecualian ini di tentukan dalam Pasal 50 dan ketentuan Pasal 51 yang menyatakan Pasal 50 Yang dikecualikan dari ketentuan Undang-undang ini adalah: a. perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan Perundang-undangan yang berlaku; b. perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba; c. perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak mengekang dan atau menghalangi persaingan; d. perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan; e. perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar hidup masyarakat luas; f. perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia; g. perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak mengganggu kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri; h. pelaku usaha yang tergolong dalam Usaha Kecil; ataukegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani anggotanya. Dalam Pasal 51 ini diatur menggenai ketentuan monopoli oleh negara: “Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang 39 Andi Fahmi Lubis et.al. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks. Mengutip Thomas jorde et.al. Gilberl Law Summaries – Anti Trust, 9 th Ed Harcourt Brece Legal And Professional Publications.Inc, 1996.h. 219 30 banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan Undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah.” Khusus menggenai pemberian status pengecualian yang berkaitan dengan negara dalam hukum persaingan di kenal dengan adanya “state action doktrin” dimana perbuatan atau tindakan yang dilakukan pemerintah atau yang diberikan kewenang dari atau yang mewakili pemerintah akan dikecualikan dari ketentuan peraturan undang-undang hukum persaingan. Doktirn ini banyak memberikan keuntungan kepada pemerintah sepanjang status ini dipergunakan sesuai tujuannya terutama efisiensi pada level nasional. 40 Disamping dampak positif, perlu diingatkan bahwa adanya dampak negatif bila pengawasan tidak dijalankan dengan baik sesuai dengan kebijakan persaingan akan berdampak terhadap ekonomi secara nasional. Oleh sebab kebijakan harus dibatasi agar pemerintah tidak bertindak oportunis misalnya dengan memastikan apakah kegiatan tersebut benar-benar bertujuan untuk kepentingsan umum, kepentingan hajat orang banyak atau memang di perintah oleh konstitusi active supervision. Dalam implementasinya pengawasan juga penting untuk menghindari terjadinya prilaku anti persaingan yang bersifat privat bukan negara tetapi dengan melaksanakan doktrin ini. 41 40 Ibid.h 221 41 Ibid.h 222 31

BAB III PROFIL ASURANSI SOSIAL DI INDONESIA