34
yang telah ditetapkan sebelumnya.
46
Berdasarkan pengertian di atas asuransi sosial mempunyai sifat wajib dan besarnya santunan benefit pada umumnya di
tetapkan pemerihtah. Golongan asuransi ini tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan, tetapi lebih banyak ditekankan kepada kepantasan masyarakat sosial
adequacy. Penyelenggaraan biasanya diselengarakan oleh pemerintah sehinnga sering pula disebut Social Government Insurance.
47
Oleh karena itu Asuransi Sosial memiliki ciri-ciri khusus, yaitu 1.
Penanggung Biasanya organisasi di bawah wewenang pemerintah 2.
Tertanggung Biasanya masyarakat luar anggotagolongan masyarakat tertentu
3. Risiko Suatu kerugian yang sudah di atur dan di tentukan terlebih dahulu
4. Wajib Berdasarka suatu ketentuan Undang-undang atau ketentuan lain.
48
C. Pelaksanaan Asuransi Sosial di Indonesia
1. Pra BPJS
a. Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil
Sejak tahun 1963 bagi pegawai negeri telah berlaku suatu jenis asuransi sosial yaitu tabungan dan asuransi sosial pegawai negeri sipil
Taspen. Setelah mengalami beberapa perubahan, setelah tahun 1981 dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1981 Taspen perubah menjadi
Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil. Dengan penyelenggaraan Persero
46
Djoko Prakoso. Hukum Asuransi Indonesia.Jakarta:PT.Rineka Cipta,2004.h. 339
47
Man Suparman Sastrawidjaja. Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga. Bandung: P.T Alumni,2003.h. 89-90
48
Sri Rejeki Hartono. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi.h. 146-147
35
Taspen dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1981 yang merubah Perusahaan Umum Taspen menjadi Perusahaan Perseroan Persero.
49
Perserta Asuransi Pegawai Negeri Sipil adalah semua Pegawai Negeri Sipil, kecuali Pegawai Negeri Sipil yang berada di lingkungan
Departemen Pertahanan dan Keamanan. Untuk pegawai lain termasuk Badan Usaha Miliki Negara dapat ditetapkan sebagai perserta Asuransi
Sosial dengan Peraturan Pemerintah tersendiri. Pada prekteknya dana taspen bersumber dari pembayaran premi oleh peserta asuransi sosial ini
sebesar 4,75 dari penghasilan sebulan gaji pokok+tunjangan keluarga berdasarka Kepres No. 8 Tahun 1977.
Program yang dikelola oleh Taspen: 1
Program tabungan hari tua. 2
Program asuransi sosial tenaga kerja. 3
Program pensiun.
50
b. Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang
Jenis asuransi sosial diatas diatur dalam Undang-undang No. 33 Tahun 1964 jo Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1965. Asuransi ini
diselengarakan untuk menanggung orang-orang yang menerima ganti rugi akibat dari suatu kecelakaan atau ongeval yang menggenai tubuh pihak
49
Djoko Prakoso. Hukum Asuransi Indonesia.h.340
50
Man Suparman Sastrawidjaja. Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga.h. 118
36
tertanggung.
51
Adapun yang ditunjuk sebagai penyelenggaranya adalah PT. Persero Asuransi kerugian Jasa Raharja.
Menurut ketentuan diatas, setiap penumpang kendaraan umum baik darat dan udara diwajibkan membayar iuran wajib kepada PT. Persero
Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja disatukan dengan harga tiket. Apabila terjadi kecelakaan yang menimpa kendaraan tersebut, maka penumpang
atau ahli warisnya akan mendapat satunan dari PT. Persero Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja yang jumlahnya ditetapkan dengan keputusan
Mentri Keuangan.
52
c. Dana Kecelakaan Lalu Lintas
Asuransi yang dimaksud untuk memberikan santunan bagi korban kecelakaan lalu lintas jalan ini diatur didalam Undang-undang No. 34
Tahun 1964 jo Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1965 ditetapkan bahwa setiap pengusaha atau pemilik alat angkutan lalu lintas jalan
diwajibkan memberi sumbangan setiap tahunnya untuk dana kecelakaan lalu lintas jalan. Pada prakteknya pemungutan sembangan disatukan
dengan pembayaran pajak untuk memperoleh memperpanjang Surat Tanda Nomor Kendaraan bermotor STNK setiap tahunnya. Adapun
51
Djoko Prakoso. Hukum Asuransi Indonesia, h. 270
52
Man Suparman Sastrawidjaja. Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga.h. 119
37
yang mendapat santunan adalah korban diluar kendaraan yang mendapat musibah sebagai pengguna kendaraan tersebut.
53
d. Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun
Program pemeliharaan kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan Peneriman Pensiun atau yang lebih dikenal dengan ASKES diatur dalam
Peraturan Pemerinta No. 22 tahun 1984. Untuk memperoleh jaminan kesehatan dengan sistem asuransi ini, setiap pegawai negeri sipil wajib
membayar iuran setiap bulannya sebesar 2 dari penghasilannya setiap bulan.
54
Pada perkembangannya sejak 23 Desember 1991 Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1984 dinyatakan tidak berlaku lagi oleh
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991 Tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Pejuang
Kemerdekan. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 1 PP No. 69 Tahun 1991 yang menjadi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Pejuang
Kemerdekan serta keluargannya, selain itu pegawai dan penerima pensiun badan usaha dan badan lainnya dapat menjadi peserta penyelenggara dapat
menjadi peserta penyelenggaraan yang diselenggarakan oleh askes.
55
53
Ibid, h. 118
54
Ibid, h. 199
55
Abdulkadir Muhammad,Hukum Asuransi Indonesia, Bandung:PT.Citra Aditnya Bakti,2011, h.250
38
e. Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ASABRI
ASABRI dibentuk tahun 1963, seperti halnya pegawai negeri sipil anggota ABRI termasuk dalam peserta Taspen yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1963. Dengan beberapa pertimbangan kemudian anggota ABRI dibentuk asuransi sosial sendiri, yaitu ASABRI
dengan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1971.
56
Sejak tanggal 17 Desember 1991 Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1971 diganti dengan Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1991 yang
mengatur tentang ASABRI. Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerinta No. 67 tahun 1991 program ASABRI terdiri dari satuan asuransi, santunan resiko
kematian, santunan nilai tunai asuransi dan biaya pemakaman.
57
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 ini dimaksudkan Pegawai Negeri adalah Pegawai Negeri Sipil dan anggota ABRI, dimana
anggota ABRI terdiri dari prajuritTNI dan anggota Polri. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 ini ditindaklanjuti dengan Keppres Nomor 56 Tahun
1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-iuran yang dipungut dari 4 sebagaimana tercantum
dalam pasal 1 Keppres tersebut dan diubah menjadi 4,75 pada Keppres
56
Man Suparman Sastrawidjaja. Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,h.120
57
Ibid, h.121
39
Nomor 8 Tahun 1977, untuk Tunjangan Hari Tua dan Perumahan sebesar 3,25 dan Dana Kesehatan sebesar 2 dari gaji.
58
f. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Menggenai asuransi tenaga kerja pengaturannya terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977 dan Peraturan Pemerintah No.
34 tahun 1977. Kemudian sejak tanggal 17 Februari 1992, ASTEK di ubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 1992 menjadi Jaminan Sosial
tenaga Kerja mengenai kewajiban pembayaran premi berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat 2 dan ayat 3 PP No. 14 Tahun tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, pengusaha menanggung penuh iuran Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan dan untuk iuran jaminan Hari Tua 3,70 ditanggung oleh pengusaha dan 2 ditanggung oleh tenaga kerja. yang ruang lingkupnya
meliputi: 1
Jaminan kecelakaan kerja 2
Jaminan hari tua 3
Jaminan kematian 4
Jaminan pemeliharaan kesehatan.
59
2. Pasca BPJS
58
http:www.asabri.co.idindex.phpinfo_syaratinfo_pensiun diunduh pada 5 April 2015,
Pada pukul 14:30
59
Ibid,h.121
40
Usaha memajukan kesejahteraan rakyat, berarti suatu usaha untuk mewujudkan suatu tingkat kehidupan masyarakat yang optimal berupa
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin dengan kualitas kehidupan yang dapat memenuhi unsur-unsur kebutuhan dasar manusia diantaranya kesehatan.
Bidang pelayanan kesehatan sebagai salah satu unsur perbekalan kesehatan merupakan faktor yang paling dominan dalam memenuhi kebutuhan untuk
mewujudkan derajat kesehatan tersebut.
60
Status hukum Persero Jamsostek, Taspen, Asabri dan Askes pasca putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 31 Agustus 2005 terhadap perkara Nomor
007PUU-III2005 dalam posisi transisi. Karena Pasal 5 ayat 2 dan ayat 3 nnUU SJSN yang menyatakan ke-4 Persero tersebut sebagai BPJS menurut
UU SJSN dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara R.I. Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Mahkamah
Konstitusi dalam pertimbangan hukumnya menyatakan antara lain: “seandainya pembentuk undang-undang bermaksud menyatakan bahwa
selama ini belum terbentuk BPJS sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 badan-badan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diatas diberi hak untuk
bertindak sebagai BPJS, maka hal itu sudah cukup tertampung dalam Ketentuan Pasal 52 UU SJSN.
61
Selanjutnya Mahkamah Konstitusi
60
Muhammad Djumhana. Hukum Ekonomi Sosial Indonesia.Bandung:PT.Citra Aditya Bakti,1994.h 51
61
Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap perkara Nomor 007PUU-III2005, h. 198
41
berpendapat bahwa ketentuan Pasal 52 UU SJSN justru dibutuhkan untuk mengisi kekosongan hukum rechstsvacuum dan menjamin kepastian hukum
rechtszckerheid karena belum adanya badan penyelenggara jaminan sosial yang memenuhi persyaratan agar UU SJSN dapat dilaksanakan.
62
Bertitik tolak dari uraian diatas dapat dikemukakan beberapa alasan yang dijadikan pertimbangan mengapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosiasl harus
segera di buat: a.
Sebagai pelaksanaan UU SJSN pasca putusan Mahkamah Konstitusi terhadap perkara Nomor 007PUU-III2005.
b. Untuk memberikan kepastian hukum bagi badan penyelenggara jaminan
sosial dalam melaksanakan program jaminan sosial berdasarkan UU SJSN.
63
Untuk itu sebagaimana diaut di dalam amanat Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 5 ayat 1 dan
Pasal 51 maka Tranformasi keempat Badan Usaha Milik Negara BUMN PT. Askes PT. Jaminan Sosial tenaga kerja, PT. Asuransi Sosial Angkatan
bersenjata Asabri, dan PT. Taspen menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
a. BPJS Kesehatan
62
Ibid, h,199
63
Ibid, h.200
42
Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 enam bulan di Indonesia, yang telah
membayar iuran.
64
meliputi : 1
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan PBI : fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. 2
Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Non PBI, terdiri dari :
a Peneriman upah dan anggota keluarganya.
b Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya.
c Bukan pekerja dan anggota keluarganya.
65
Anggota Keluarga yang ditanggung 1
Pekerja Penerima upah : Keluarga inti meliputi istrisuami dan anak yang sah anak kandung,
anak tiri, danatau anak angkat, sebanyak banyaknya 5 lima orang. 2
Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja: peserta dapat mengikut sertakan anggota keluarga yang diinginkan tidak terbatas
64
http:bpjs-kesehatan.go.idm di unduh pada 23 Desember 2013 pukul 19.35
65
Ibid, http:bpjs-kesehatan.go.idm.
Dalam penjelasan UU No.24 Tahun 2011 yang dimaksud dengan : a
Yang dimaksud penerima upah adalah pegawai yang memliki gaji pokok baik pegawai negeri sipil maupun pegawai swasta seperti: Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat
Negara, Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri, Pegawai swasta dan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima upah termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
singkat selama 6 bulan.
b Yang dimakud bukan peneriman upah adalah pekerja di luar hubungan atau pekerja mandiri dan
Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang tidak meneriman upah termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat selama 6 bulan.
c Yang dimaksud bukan pekerja adalah Investor, Pemberi Kerja, Penerima Pensiun, Veteran, perintis
kemerdekaan, Janda duda anak yatim piatudari Veteran atau Perintis Kemerdekaan dan bukan pekerja yang tidal termasuk huruf a sd yang mampu membayar iuran
43
3 Peserta yang dapat mengikut sertakan anggota tambahan, yang
meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua 4
Peserta dapat mengikut sertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi kerabat lain seperti saudara kandungipar, sisten ruah tangga,
dll.
66
b. BPJS Ketenagakerjaan
1 Program Jaminan Hari Tua
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau
hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan
penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
Iuran program jaminan hari tua: a
Ditanggung perusahaan 3,7 b
Ditanggung pekerja 2 .
67
Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya. Jaminan Hari Tua akan
dikembalikandibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya.
68
2 Program Jaminan Kecelakaan Kerja :
66
http:www.bpjsketenagakerjaan.go.id di unduh pada 23 Desember 2014 pukul 21.15
67
Ibid, http:www.bpjsketenagakerjaan.go.id
.
68
Ibid, http:www.bpjsketenagakerjaan.go.id
44
. Jaminan Kecelakaan Kerja JKK memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat
dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja seperti kematian atau cacat
karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja
yang berkisar antara 0,24 - 1,74 sesuai kelompok jenis usaha. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan.
Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.
69
3 Program Jaminan Kematian
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena
kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman
maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3 dengan jaminan kematian
yang diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,-
69
http:www.bpjsketenagakerjaan.go.id di unduh pada 23 Desember 2014 pukul 21.30
45
santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan Santunan Berkala: Rp 200.000,- bulan selama 24 bulan
4 Sektor Informal
Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja LHK adalah orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya
bekerja pada usaha-usaha ekonomi informal. Yang bertujuan memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan diluar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai
akibat terjadinya risiko-risiko antara lain kecelakaan kerja, hari tua dan meninggal dunia dan memperluas cakupan kepesertaan program BPJS
Ketenagakerjaan. Iuran ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu berdasarkan upah sekurang-kurangnya setara dengan Upah Minimum
ProvinsiKabupatenKota. Besar iuran jaminan kecelakaan kerja 1, jaminan hari tua 2 Minimal, jaminan Kematian 0,3, iuran
ditanggung sepenuhnya oleh peserta.
70
Jenis Program dan Manfaat sesuai PP 141993: a
Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan
medis, biaya rehabilitasi, penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja STMB, santunan cacat tetap sebagian, santunan
cacat total tetap, santunan kematian sesuai label, biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan
cacat total tetap.
70
http:www.bpjsketenagakerjaan.go.id di unduh pada 23 Desember 2014 pukul 21.47
46
b Jaminan Kematian JK, terdiri dari biaya pemakaman dan
santunan berkala. c
Jaminan Hari Tua JHT, terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta hasil pengembangannya.
5 Sektor Kontruksi
Adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa
Konstruksi yang diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196MEN1999 Tanggal 29 September 1999 Tahap
Kepesertaan Setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa Konstruksi dan pekerjaan borongan
lainnya wajib
mempertanggungkan semua
tenaga kerja
boronganharian lepas dan musiman yang bekerja pada proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK dan
Jaminan Kematian JKM. Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
ditanggung sepenuhnya oleh kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut:
1. Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp.100.000.000,- seratus
juta rupiah sebesar 0,24 dari nilai kontrak kerja konstruksi 2.
Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah sampai dengan Rp 500.000.000,- lima ratus juta rupiah sebesar
penetapan angka 1 ditambah 0,19 dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 100.000.000,-
seratus juta rupiah
3. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 500.000.000,- lima ratus juta
rupiah sampai dengan Rp 1.000.000.000,- satu miliar rupiah sebesar penetapan angka 2 ditambah 0,15 dari selisih nilai, yakni
47
dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 500.000.000,- lima ratus juta rupiah
4. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,- satu miliar
rupiah sampai dengan Rp 5.000.000.000,- lima miliar rupiah sebesar penetapan angka 3 ditambah 0,12 dari selisih nilai, yakni
dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 1.000.000.000,- satu miliar rupiah
5. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,- lima miliar
rupiah sebesar penetapan huruf d ditambah 0,10 dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp
5.000.000.000,- lima miliar rupiah
Nilai Kontrak Kerja Konstruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan iuran tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai PPN
sebesar 10. Adapun proyek - proyek tersebut meliputi :
71
a Proyek-proyek APBD.
b Proyek-proyek atas Dana Internasional.
c Proyek-proyek APBN.
d Proyek-proyek swasta, dll
71
http:www.bpjsketenagakerjaan.go.id di unduh pada 23 Desember 2014 pukul 22.04
48
BAB IV PENYELENGGARAAN BPJS