Pihak Yang Berwenang Melakukan Penyidikan Terhadap Penggunaan

Mei Rini : Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239Pid.B2007PN-Binjai, 2007. USU Repository © 2009 BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNAAN SENJATA API YANG TIDAK SESUAI DENGAN PROSEDUR

A. Pihak Yang Berwenang Melakukan Penyidikan Terhadap Penggunaan

Senjata Api Yang Tidak Sesuai Dengan Prosedur Sebelum suatu penyidikan dimulai dengan konsekuensi penggunaan upaya paksa, terlebih dahulu perlu ditentukan secara cermat berdasarkan segala data dan fakta yang diperoleh dari hasil penyelidikan bahwa suatu peristiwa yang semula diduga sebagai suatu tindak pidana adalah merupakan suatu tindak pidana. Terhadap tindak pidana yang telah terjadi itu dapat dilakukan penyidikan. Dengan demikian penyidikan merupakan tindak lanjut dari suatu penyelidikan. Menurut pasal I angka 2 KUHAP, penyidikan adalah: “Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”. Berbicara mengenai penyidikan, tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pejabat yang berwenang melakukan penyidikan atau yang disebut dengan penyidik. Menurut pasal I angka I KUHAP, penyidik adalah: “Pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan”. Dalam pasal 6 KUHAP telah ditetapkan bahwa penyidik adalah: Mei Rini : Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239Pid.B2007PN-Binjai, 2007. USU Repository © 2009 a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. c. Pelaksanaan tugas-tugas penyidikan ditangani oleh pejabat penyidik atau penyidik pembantu, sesuai dengan kewenangannya masing-masing sebagaimana diatur dalam pasal 7 dan pasal 11 KUHAP. Dalam pelaksanaannya lebih lanjut, pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 menetapkan syarat kepangkatan dan pengangkatan penyidikan sebagai berikut: 66 a. Polisi negara Republik Indonesia yang berpangkat sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua Polisi b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dengan pangkat sekurang-kurangnya Pengatur Muda Tingkat I golongan IIb atau yang disamakan dengan itu c. Apabila di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik maka Komandan Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik d. Penyidik Polisi negara ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia, wewenang penunjukkan tersebut dapat dilimpahkan kepada pejabat kepolisian lain e. Penyidik Pegawai Negeri Sipil ditunjuk oleh Menteri Kehakiman dengan pertimbangan dari Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Disamping pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pasal 6 KUHAP, dalam pasal 10 KUHAP ditentukan pula tentang pejabat penyidik pembantu. Sesuai 66 Harun M. Husein, Penyidikan Dan Penuntutan Dalam Proses Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 1991, Hal.88 Mei Rini : Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239Pid.B2007PN-Binjai, 2007. USU Repository © 2009 dengan ketentuan pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 ditentukan bahwa penyidik pembantu adalah: a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat sersan dua polisi b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Kepolisian Negara Republik yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda golongan IIa c. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 1 huruf a dan b diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atas usul Komandan atau Pimpinan kesatuan masing-masing. Kewenangan Pejabat penyidik ditetapkan dalam pasal 7 KUHAP, kewenangan tersebut terdiri atas: a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian c. Menyuruh berhenti seoranga tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara i. Mengadakan penghentian penyidikan j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Mei Rini : Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239Pid.B2007PN-Binjai, 2007. USU Repository © 2009 Kewenangan penyidik pembantu adalah sama dengan kewenangan penyidik sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat 1 KUHAP, dengan pembatasan atau pengecualian mengenai penahanan yang wajib diberikan dengan pelimpahan wewenang dari penyidik. Pengetahuan dan pengertian penyidikan perlu dinyatakan dengan pasti dan jelas, karena hal itu langsung menyinggung dan membatasi hak-hak asasi manusia, sekalipun penyidikan tersebut dilakukan terhadap seorang pelaku kejahatan yang sangat berbahaya, dan hal ini juga berlaku terhadap seorang anggota kepolisian republik indonesia yang menjadi pelaku tindak pidana. Dalam pelaksanaan penyidikan dikalangan kepolisian dilakukan oleh polisi sendiri yang dilaksanakan oleh Provoost yang dikhawatirkan memiliki hambatan kultur dan struktur sehingga kasusnya tidak dapat diungkapkan secara optimal. 67 Pada lingkungan Polri selain Provoost terdapat lembaga lain yang menangani kasus pelanggaran anggota polisi yaitu Internal Security Pengamanan ke dalam yang dulunya menjadi tugas intelijen Polri, yang sekarang dikenal dengan istilah pengamanan internal disingkat Paminal dan lembaga Inspektorat Jendral, sekarang dikenal dengan istilah Inspektorat Pengawasan Umum Irwasum. 68 Kegiatan penyidikan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anggota Prinsip nomor 22 tentang Prinsip-prinsip Dasar Penggunaan Kekerasan dan Senjata api menyatakan bahwa: “Tindakan yang dilakukan oleh Pejabat Penegak Hukum harus terbuka bagi pemeriksaan yang benar-benar dilakukan oleh pihak umum”. 67 Bibit Samad Rianto, Op.cit, Hal.81 68 Ibid Mei Rini : Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239Pid.B2007PN-Binjai, 2007. USU Repository © 2009 kepolisian atau yang dikenal dengan istilah investigasi adalah langkah awal yang sangat menentukan dalam proses peradilan pidana, karena penyidikaninvestigasi merupakan prasyarat penting untuk menentukan apakah ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam kasus yang sedang ditangani sebelum dibawa ke pengadilan. 69 Investigasi kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh Penegak Hukum adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk mencari kebenaran, informasi atau pengetahuan tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Penegak Hukum. Prinsip-prinsip pokok yang harus dilaksanakan dalam investigasi pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah: 70 a. Prinsip akuntabilitas Tanggung jawab petugas penegak hukum terhadap masyarakat melalui proses politik yang demokratis, sekaligus juga tanggung jawab individu petugas penegak hukum menurut hukum. b.Investigasi harus lengkap dan tuntas, tepatcepat dan netral. Investigasi pelanggaran Hak Asasi Manusia perlu mempertimbangkan secara spesifik keluhan, tinjauan ulang dan investigasi. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang pelaksanaan teknis institusional peradilan umum bagi anggota kepolisian negara Republik Indonesia, pada pasal 4 menyebutkan penyidikan terhadap anggota kepolisian Republik Indonesia yang melakukan tindak pidana dilakukan oleh penyidik sebagaimana diatur menurut hukum acara pidana yang berlaku di lingkungan peradilan umum. Dan pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa penyidikan terhadap anggota kepolisian negara Republik Indonesia yang melakukan tindak 69 Op cit. hal.59 70 Ibid, Hal. 164 Mei Rini : Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239Pid.B2007PN-Binjai, 2007. USU Repository © 2009 pidana tertentu dilakukan oleh penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, kecuali dalam hal: a. Penyidik kepolisian negara Republik Indonesia menganggap perlu untuk melimpahkan kepada penyidik tindak pidana tertentu. b. Ditentukan secara khusus dalam peraturan perundang-undangan Ayat 2 menyebutkan, dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam ayat I huruf a, penyidikan dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil. Berdasarkan pasal 5 peraturan pemerintah ini, pemeriksaan terhadap anggota Kepolisian negara Republik Indonesia dalam rangka penyidikan dilakukan dengan memperhatikan kepangkatan sebagai berikut: a. Tamtama diperiksa oleh anggota kepolisian negara Republik Indonesia berpangkat serendah-rendahnya Bintara. b. Bintara diperiksa oleh anggota kepolisan negara Republik Indonesia berpangkat serendah-rendahnya Bintara. c. Perwira Pertama diperiksa oleh anggota kepolisan negara Republik Indonesia berpangkat serendah-rendahnya Bintara. d. Perwira Menengah diperiksa oleh anggota kepolisian Negara Republik Indonesia berpangkat serendah-rendahnya Perwira Pertama. e. Perwira Tinggi diperiksa oleh anggota kepolisian negara Republik Indonesia berpangkat serendah-rendahnya Perwira Menengah. Dalam melakukan penyidikan terhadap anggota kepolisian Republik Indonesia yang melakukan tindak pidana, terdapat beberapa kendala, yaitu: a. Penyidikan terhadap aparat kepolisian yang bersalah masih dilakukan oleh Mei Rini : Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239Pid.B2007PN-Binjai, 2007. USU Repository © 2009 pihak kepolisian sendiri, walaupun sudah tunduk kepada hukum sipil. 71 b. Dikalangan polisi masih ada keengganan menyidik sesamanya, dan hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadi praktik kolusi di tengah proses penyidikan kasus yang menyebabkan penyidikan berakhir dengan kesimpulan bahwa aparat atau anggota kepolisian tersebut tidak terbukti salah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa polisi akan bertindak sewenang- wenang dalam melakukan penyidikan, tidak berdasarkan hukum yang berlaku, dimana lembaga kepolisian berusaha melindungi anggotanya sehingga di dalam melakukan penyidikan tidak lagi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sehingga anggota kepolisian yang telah terbukti melakukan tindak pidana, dapat bebas begitu saja karena tidak ditindak sebagaimana mestinya. 72 c. Menghadapi kendala struktural, dimana aparat kepolisian yang bertugas melakukan penyidikan berhadapan dengan aparat kepolisian yang lebih tinggi pangkatnya, sehingga kasusnya tidak dapat diungkapkan secara optimal. d. Pimpinan Polri tidak tegas menindak segelintir oknum polisi yang melakukan penyimpangan dan perbuatan nista lainnya dan terkesan menutupi serta berkelit dengan mencari berbagai alasan pembenar terhadap penyimpangan yang dilakukan dengan dalih melaksanakan tugas. Untuk kendala ini, ada dua solusi yang dapat dilakukan oleh pihak kepolisian republik indonesia, yaitu: a. Adanya pejabat Kapolri yang berkarakter kuat dan bertekad serius memberantas segala bentuk penyalahgunaan wewenang yang terdapat ditubuh Polri, tidak berusaha melindungi anggotanya yang bersalah dari tindakan 71 Bibit Samad Rianto, Op.cit, Hal. 22 72 Ibid, Hal.57 Mei Rini : Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239Pid.B2007PN-Binjai, 2007. USU Repository © 2009 hukum. b.Adanya lembaga independen yang berwenang kuat, yang diberi hak oleh pemerintah untuk mengawasi kinerja kepolisian republik indonesia. Polisi harus dikontrol atau diawasi, karena polisi merupakan manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan. Pengawasan ini bertujuan untuk mewujudkan akuntabilitas publik bagi polisi. Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh Badan pengawasan Internal Polri, Badan pengawasan pemeritah dan masyarakat yang secara perorangan atau tergabung dalam LSM-LSM baik di dalam maupun luar negeri. Langkah pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan pemantauan keluhanlaporan masyarakat baik secara langsung public complain maupun secara tersembunyi, kemudian dianalisis, selanjutnya diambil langkah-langkah penanganannya secara transparan. Informasi yang masuk dijadikan bahan penilaian yang dimasukkan dalam kerangka SWOT analisis dalam menilai suatu Satuan Kerja. c. Menindak dengan tegas anggota kepolisian yang diberi wewenang untuk melakukan penyidikan, akan tetapi melakukan tindakan kolusi ditengah penyidikan kasus, yang membuat penyidikan berakhir dengan kesimpulan bahwa anggota polisi tersebut tidak terbukti melakukan tindak pidana. Lebih baik mengorbankan beberapa polisi nakal guna mempertahankan citra institusu polisi daripada melindungi mereka tetapi harus dibayar mahal dengan rusaknya citra institusi Polri di mata masyarakat. d.Seharusnya penyidikan terhadap aparat kepolisian yang bersalah tidak lagi dilakukan oleh pihak kepolisian sendiri, agar pelaksanaan penyidikan dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku dan mencegah terjadinya Mei Rini : Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239Pid.B2007PN-Binjai, 2007. USU Repository © 2009 penyimpangan dalam proses penyidikan.

B. Pertanggungjawaban Pidana Dan Sanksi Pidana Penggunaan Senjata