Perumusan Masalah Lokasi Penelitian Tinjauan Pustaka

4 nilai kreatifitas yang tinggi pada masa yang akan datang. Seiring perjalanan waktu menyusul kemudian munculnya event organizer lainnya seperti Procomm, X-7 Organizer , Srigala Bisnis dan CSP yang bergerak di berbagai bidang jasa.

1.2. Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk melihat keberadaan event organizer di Kota Medan dan cara yang digunakan agar menarik minat klien dalam hal ini warga Kota Medan sendiri. Rumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah agar penelitian ini tidak meluas kepada hal-hal yang tidak berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Pembahasan dilakukan dengan cara memasukkan suatu informasi maupun data yang didapat di lapangan maupun studi kepustakaan yang memiliki kaitan dengan masalah ini. Dari rumusan tersebut akan dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.Bagaimana deskripsi tentang event organizer ? 2.Bagaimana cara kerja event organizer ? 3.Apa saja jenis dan contoh event organizer di Kota Medan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian merupakan aspek penting dalam suatu penelitian, manfaat penelitian merupakan hasil yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung yang nantinya dari penelitian yang akan dilakukan.

1.3.1. Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara 5 Tujuan Penelitian adalah hasil akhir yang akan diperoleh dalam penelitian ini, tujuan penelitian penting untuk diketahui agar penelitian yang nantinya akan dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan awal, sehingga pemahaman terhadap tujuan perlu ditekankan agar penelitian sesuai dengan maksud awal penelitian. Adapun tujuan penelitian adalah:  Menggambarkan cara kerja dan prosedur dasar event organizer dalam memberikan solusi pada calon klien  Menggambarkan potensi kreatifitas yang dimiliki oleh event organizer  Memberikan pemahaman sebagai rujukan dalam bidang antopologi dan kaitannya dengan event organizer.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Secara garis besar terdapat dua manfaat yang hendak dicapai, adapun manfaat bagi peneliti adalah mengembangkan pemahaman mengenai pola kerja dan prosedur yang diterapkan event organizer. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat bagi penulis sebagai salah satu usaha untuk mengapresiasi ilmu antropologi dalam konteks perkembangan dunia kreatif.

1.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah bagian penting dalam suatu prses penelitian. Penelitian ini dilakukan nantinya pada beberapa event organizer yang terdapat di Kota Medan, dengan dasar pemilihan lokasi penelitian, yaitu : event organizer yang bergerak dalam lintas bidang kreatifitas penyelenggaraan acara Universitas Sumatera Utara 6 event organizer memiliki brand image yang kuat  tersebar pada beberapa lokasi yang terdapat di Kota Medan Berdasarkan dasar pemilihan lokasi penelitian tersebut, dari beberapa event organizer yang tersebar di Kota Medan, penulis memilih CSP Production yang berada di Kecamatan Medan Johor. CSP Production beralamat di Jalan Karya Kasih No. 52 Titi Kuning Kecamatan Medan Johor, Medan.

1.5. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka diperlukan untuk menentukan arah dari penelitian tersebut, maka dengan adanya tinjauan pustaka diharapkan penelitian nantinya akan berjalan sesuai dengan apa yang telah digariskan sebelumnya. Dalan tinjauan pustaka ini akan dijelaskan secara sistematis mengenai hal-hal bersifat teorotik serta dapat membantu menjelaskan penelitian ini, adapun hal-hal bersifat teoritik yang akan dijelaskan secara sistematis adalah: 1. kebudayaan, konsepsi mengenai kebudayaan yang sesuai dengan arah dan tujuan penelitian ini, 2. gaya hidup, sebagai penjelasan adanya kecendrungan masyarakat semakin membutuhkan jasa event organizer untuk mengeksekusi sebuah acar, dalam hal ini masyarakat sebagai konsumen atau yang biasa disebut klien. 3. Etnografi organisasi, yang timbul dengan semakin dibutuhkannya jasa event organizer untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 7 1. Konsepsi Kebudayaan Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, rasa dan karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar Koentjaraningrat, 1980:193. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kegiatan berbudaya, karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasakannya dengan belajar yaitu naluri, refleks atau tindakan-tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun tindakan membabi buta, sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan naluri makan, minum, berjalan juga telah banyak dirombak oleh manusia sendiri, sehingga menjadi tindakan kebudayaan Koentjaraningrat, 1996:72-73. Dari defenisi kebudayaan di atas, event organizer dapat dikatakan sebagai hasil karya manusia, dalam usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Malinowski Sairin, 2002 kebutuhan hidup manusia dibagi 3 kategori besar, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan biologis, sosial dan psikologis. Kebutuhan biologis berupa makan, minum, seks, tidur dan pengeluaran cairan dari tubuh. Kebutuhan sosial terkait dengan pertemanan, berkeluarga dan bertetangga. Sedangkan kebutuhan psikologis berupa keinginan untuk diterima di lingkungan, rasa aman dan keselamatan, serta rasa harga diri dan pengakuan dari orang lain. Menguatkan pendapat mengenai kebudayaan, mengutip pendapat Peacock 1986:7 yang mengatakan bahwa ketika kebudayaan dihubungkan dengan suatu pekerjaan antropologi, maka seorang antropolog berusaha menjelaskan mengenai budaya, maka menjadi konsekuensi penting bagi dirinya untuk dapat memisahkan diri dari persepsi yang berlaku dimasyarakat, mengingat posisinya yang akan Universitas Sumatera Utara 8 memberikan gambaran detail mengenai masyarakat, secara lengkap hal ini dijelaskan oleh Peacock 1989:7 sebagai : “Culture, then, is a name anthropologists give to take-for-granted but powerfully influential understandings and codes that are learned and shared by members of a group … A major mission and contribution of anthropology has long been, and continues to be, to enhance our awareness of the power and reality of culture in our existence.” 2. Gaya Hidup Salah satu faktor utama yang mendorong munculnya gaya hidup adalah pola konsumsi pola konsumsi masyarakat perkotaan telah menjadi barang-barang arau pun jasa sebagai identitas mereka, barang dan jasa dikonsumsi bukan karena kebutuhan mereka melainkan hanya sebatas memenuhi keinginan dan petunjuk identitas sosial mereka Chaney, 1996. Pola konsumsi seperti ini telah merubah nilai suatu produk yang awalnya memiliki nilai fungsional menjadi nilai simbolis. Perubahan nilai-nilai suatu barang dan jasa ini kemudian memunculkan gaya hidup masyarakat perkotaan. Permintaan jasa event organizer yang semakin meningtkat memperlihatkan gaya hidup masyarakat yang lebih memikirkan pertimbangan praktis, dengan menjadi klien dari event organizer tersebut. Banyak defenisi yang disodorkan mengenai gaya hidup. Gaya hidup adalah frame of reference yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Pada prinsipnya, gaya hidup adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Gaya hirup dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang Chaney, 1996:53-55. 3. Etnografi Organisasi Universitas Sumatera Utara 9 Etnografi organisasi dalam konteks penelitian ini bertujuan untuk melihat event organizer bergerak sebagai unit organisatoris yang berhubungan antara pihak event organizer dan pihak klien dalam menjalankan suatu penyelenggaraan acara. Mengutip Ybema 2012:3 yang mengatakan bahwa etnografi organisasi adalah : Ethnographers can seek to discover ‘how things are really done’ or ‘what really happened’ in a particular organizational situation, in an ontologically realist fashion, seeing themselves as objective observers and sense makers. Or they can proceed from the perspective that social realities are intersubjectively constructed, seeing themselves as co-constructors and co-interpreters of the meanings of organizational events along with situational members, reflecting on their own roles in shaping those interpretations. “Etnografer dapat berusaha untuk menemukan bagaimana hal tersebut benar-benar dilakukan atau apa yang sebenarnya terjadi dalam situasi organisasi tertentu, dalam ontologis realis fashion, melihat diri mereka sebagai pengamat obyektif dan pembuat rasa. Atau mereka dapat melanjutkan dari perspektif bahwa realitas sosial intersubjektif dibangun, melihat diri mereka sebagai co- konstruktor dan co-penafsir makna-makna dari peristiwa organisasi bersama dengan anggota situasional, merefleksikan peran mereka sendiri dalam membentuk mereka interpretasi.” Secara lebih lanjut, Ybema 2012:6 juga menyatakan bahwa dalam konteks etnografi organisasi terdapat dua penting, yakni : sensivitas terhadap agenda yang terdapat dalam organisasi dan juga sebagai hubungan antara aktor dan konteks. Mengenai sensivitas terhadap agenda fenomena, Ybema 2012:6 secara jelas menyatakan bahwa : Universitas Sumatera Utara 10 Sensitivity to hidden dimensions of organizational life. In drawing close to subjects and situations, organizational ethnographers can potentially make explicit often overlooked, tacitly known andor concealed dimensions of meaning฀making, among them emotional and political aspects. In noting the relative power of organizational actors, their interests and their strategies, ethnographies can have a direct, critical, even shocking quality, laying bare otherwise hidden and even harsh social realities and exposing the entanglements of culture with power. Sensitivitas terhadap dimensi tersembunyi kehidupan organisasi. Dalam menggambar dekat dengan subyek dan situasi, etnografer organisasi berpotensi dapat membuat eksplisit sering diabaikan, secara diam-diam dikenal dan atau tersembunyi dimensi makna keputusan, di antaranya aspek emosional dan politik. Dalam mencatat kekuatan relatif dari aktor organisasi, kepentingan dan strategi mereka, etnografi dapat memiliki langsung, kritis, kualitas yang lebih mengejutkan, meletakkan realitas sosial telanjang dinyatakan tersembunyi dan bahkan keras dan mengekspos keterlibatan budaya dengan kekuasaan. Sedangkan dalam bentuk hubungan antara aktor dan konteks, Ybema 2012:6 menyatakan bahwa : “organizational ethnography can contribute to current structure- agency debates in the social sciences that continue to carve up organizational studies Reed 2006, as it combines an orientation toward subjective experience and individual agency with sensitivity to the broader social settings and the historical and institutional dynamics in which these are embedded.” “etnografi organisasi dapat berkontribusi untuk saat ini perdebatan struktur-lembaga dalam ilmu sosial yang terus mengukir studi organisasi Reed 2006, karena menggabungkan orientasi ke arah pengalaman subyektif dan badan individu dengan kepekaan terhadap lingkungan sosial yang lebih luas dan dinamika historis dan institusional di mana ini tertanam.” Universitas Sumatera Utara 11 1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Tipe Penelitian