commit to user
25
ini bisa di
modifika si
sendiri sesuai kebutuhan ruangan terhadap cahaya. Hal ini senada dengan Lasa 2005:17
men merupakan
gabungan dari cahaya langsung, cahaya tidak langsung dan penerangan diffusi untuk memenuhi penerangan yang
Menurut Poole 1981:29 dalam buku Dasar Perencanaan Gedung Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia,
kekuatan 500 lux dan tidak boleh menimbulkan silau, baik yang langsung dari sumbernya, maupun sebagai pantulan dari
4. Sirkulasi Udara
Suatu ruangan akan terasa nyaman apabila udara di dalam ruangan itu mengandung oksigen O
2
yang cukup. Untuk itu perlu dibangun sistem sirkulasi udara yang baik
karena hal ini berkaitan erat dengan pemeliharaan bahan
pustaka, kesehatan petugas perpustakaan dan pemustaka.
Akan tetapi perpustakaan juga sebaiknya tidak terlalu terbuka karena debu dapat masuk ke dalam ruangan.
Bangunan perpustakaan dapat menerapkan sistem ventilasi alami dan ventilasi buatan. Ruangan yang
memanfaatkan ventilasi alami perlu mempertimbangkan
commit to user
26
kondisi angin lokal dimana perpustakaan tersebut berada. Arah angin, kecepatan angin, area yang terbuka dan jenis
tumbuhan di sekeliling bangunan dan tinggi bangunan akan mempengaruhi ventilasi di dalam bangunan.
Ventilasi alami ini berupa jendela, lubang angin, pintu, dan sebagainya. Ventilasi ini pemanfaatannya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, dan digunakan bila kondisi udara diluar ruangan lebih sejuk dari pada di
dalam, lebih cukup bersih, kecepatan cukup memadai. Selain itu kondisi bangunan masih memungkinkan untuk
dibuatkan ventilasi alamiah Ishar HK,1992:19.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk
perancangan perpustakaan dengan ventilasi alami adalah sebagai berikut:
a. Menempatkan lubang ventilasi jendelalubang angin
pada sisi dinding yang berhadapan; b.
Mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan arah angin lokal;
c. Mengusahakan luas lubang ventilasi sebanding
dengan persyaratan dan fasilitas ruang, yaitu sekurang-kurangnya
10 dari
luas ruang
Depdikbud,1994:120. Selanjutnya ruang yang memanfaatkan ventilasi
buatan dapat menggunakan AC
Air Conditioning
dan kipas angin untuk menjaga kestabilan temperatur dan kelembaban
ruang perpustakaan. Hal ini senada dengan Ishar 1992:19, ventilasi buatan itu terdiri atas
exhause sistem
dan
air Conditioning sistem.
a.
Exhause sistem
adalah cara mengerakkan udara tanpa mengurangi kelembaban. Peralatan lazim digunakan
commit to user
27
adalah kipas angin system ini dimanfaatkan bila mana ventilasi alamiah kurang memenuhi syarat.
b.
Air coitioning sistem
adalah proses pengkondisian udara dengan mendinginkan udara pada kelembaban
tertentu melalui proses mekanik. Sistem ini digunakan bila suhu dalam ruangan meningkat.
Menurut Lasa 2005:168 untuk menjaga kenyamanan ruangan, diperlukan pemasangan alat pengatur suhu,
misalnya: a.
Memasang AC
Air Conditioning
untuk mengatur udara di dalamruangan;
b. Mengusahakan agar peredaran udara dalam
ruangan itu cukup baik, misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka
jendela pada saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung;
c. Memasang kipas angin untuk mempercepat
pertukaran udara dalam ruangan. Kecepatan pertukaran ini mempengaruhi kenyamanan udara.
Adapun kecepatan udara yang ideal adalah berkisar antara 0,5-1 mdetik.
Adapun tingkat pengkondisian ruang yang baik berdasarkan
Buku Petunjuk
mengenai Perpustakaan
Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut: a.
Temperatur 22
o
-24
o
C untuk ruang koleksi buku, ruang baca, dan ruang kerja
b. Temperatur 20
o
C untuk ruang komputer c.
Kelembaban antara 40-50 Depdikbud,1994:121.
5. Sistem Tata Suara Akustik