Ruang Desain Interior Perpustakaan

commit to user 15 Menurut Ching 1996:160 elemen-elemen desain interior terdiri dari lima elemen, yaitu: ruang, warna, pencahayaan, sirkulasi udara, sistem tata suara atau akustik. Elemen-elemen tersebut membutuhkan pengembangan dengan cara memanipulasi elemen-elemen tersebut menjadi pola spasial, visual dan sensori sehingga memperindah suatu ruang dan membuatnya cocok untuk dihuni. Hal yang sama juga diungkapkan Lasa 2005:161 bahwa, dalam mencapai kondisi lingkungan yang nyaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti temperatur dan sirkulasi udara, warna, pencahayaan, Elemen-elemen desain interior tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Ruang

Menurut Ching 1996: ruang adalah bahan terpenting dimata seorang perancang dan unsur utama dalam desain interior. Dalam melakukan penataan ruang, pihak perpustakaan perlu memperhatikan hal-hal berikut: a. Kebutuhan Ruang Gedung dan ruangan di perpustakaan sepenuhnya digunakan untuk aktivitas perpustakaan, maka dari itu ruangan merupakan hal yang mendasar dalam commit to user 16 pembangunan perpustakaan. Depdikbud dalam Lasa 2005:157 menyatakan bahwa : Pada dasarnya kebutuhan ruang perpustakaan dialokasikan untuk koleksi, pemakai, staf dan keperluan lain. Alokasi kebutuhan ruang perlu mempertimbangkan system pinjam yang akan dianut oleh suatu perpustakaan, dengan system pinjam terbuka open a ccess atau sistem tertutup closed a ccess . Apabila perpustakaan itu menganut sistem pinjam terbuka, maka alokasinya diatur dengan pembagian 70 untuk koleksi dan pengguna, 20 untuk staf, dan yang 10 untuk keperluan lain. b. Perabot Perabot yang dimaksud adalah sejumlah alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan perpustakaan yang tidak habis pakai, seperti kursi, meja, rak, lemari, bangku dan lainnya. Perabot perpustakaan tidak perlu yang mewah tapi harus mempertimbangkan kesederhanaan, keluwesan, fungsional, faktor ergonomi dan faktor estetika. Perabot harus dirancang agar sesuai dengan ukuran pemakai, memperhatikan jarak bebas yang diperlukan oleh pola aktivitas pemakai dan sifat aktivitas yang dijalani. Ruangan perpustakaan bukan sekedar sekat yang memisahkan ruang satu dengan ruang yang lainnya. Penataan ruang perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspeknya. Untuk dapat memikat perhatian pemustaka agar berminat datang ke commit to user 17 perpustakaan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui penataan ruangan yang menarik dan fungsional. Menurut Lasa 2005:150-160 dalam penataan ruang baca, ruang koleksi dan ruang sirkulasi dapat dipilih dari sistem tata sekat, tata parak dan tata baur. 1 Sistem tata sekat Dalam sistem ini pengunjung tidak diperkenankan masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan mengambilkan dan mengembalikan koleksi yang dipinjam atau dibaca di tempat itu. istem tata sekat merupakan cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. 2 Sistem tata parak Dalam sistem ini, pembaca dimungkinkan untuk mengambil koleksi sendiri, lalu dicatat dan dibaca di ruang lain yang tersedia. Cara ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menganut sistem pinjam terbuka. sistem tata parak merupakan suatu sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. 3 Sistem tata baur Sistem tata baur lebih banyak digunakan perpustakaan, karena sistem ini dirasa lebih efisien, rak koleksi dicampur commit to user 18 sistem tata baur merupakan suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri. Sistem ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menggunakan sistem pinjam terbuka. Menurut Soedibyo 1987:148-149 luas ruangan perpustakaan dapat ditentukan dari rasio jumlah mahasiswa, pernyataan tersebut dikemukakan sebagai berikut : Persyaratan minimal untuk sarana ruangan atau gedung perpustakaan di Indonesia telah pernah ditetapkan dengan surat keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No. 162 tahun 1967 yaitu 1 m 2 per- mahasiswa khususnya perguruan tinggi pembina. Akan tetapi mengingat dan kemampuan perguruan tinggi pada masa sekarang ini, pedoman ini berpendapat agar pernyataan itu dijadikan pedoman untuk dicapai secara bertahap. Alternatif yang dikemukakan adalah sebagai berikut : Table 2.1 Pedoman Luas Ruangan No Populasi Luas ruangan orang Pembagian ruangan 1. 1 sd 1000 orang 0,5 m 2 Koleksi 25 Pembaca 50 Ruang kerja 50 Koleksi 25 2. 1001 sd 5000 orang 0,75 m 2 Pembaca 50 Ruang kerja 25 Koleksi 25 3. 5001 orang ke atas 1 m 2 Pembaca 50 Ruang kerja 50 Sumber : Soedibyo 1987:149 commit to user 19 Untuk semua ruangan perlu dipertimbangkan : 1. Jumlah staf pengajar 2. Program pendidikan 3. Program riset 4. Kemampuan melaksanakan program-program lain 5. Besarnya koleksi direncanakan Rasio 0,50 m 2 : 0,75 m 2 : 1 m 2 tersebut diatas berdasarkan kepada pertimbangan bahwa perguruan tinggi yang populasi mahasiswanya besar biasanya memiliki jenis atau variasi program yang lebih banyak dan jenjang program yang lebih lengkap, sehingga alokasi ruangan perpustakaan rasionya lebih besar pula.

2. Warna