Kondisi Masyarakat Mata Pencaharian

kecamatan diantara sembilan kecamatan yang berada di Kabupaten Samosir sekarang ini berbatasan wilayah : Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Palipi, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Onan Runggu Sebelah Selatan berbatasan dengan pantai Danau Toba serta Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rumah Hombar Keberadaan Onan Nainggolan terletak di daerah pinggiran pantai Danau Toba yang dapat ditempuh melalui transportasi air yang menjadi salah satu pintu masuk jalur danau menuju Samosir keseluruhan serta melalui transportasi darat juga. Hal ini dapat dilihat dengan keberadaan pelabuhan kapal motor yang selalu dipadati oleh kedatangan para pelaku ekonomi dari luar Samosir setiap hari pekan di Onan Nainggolan.

2.2 Kondisi Masyarakat

Berbicara mengenai kondisi masyarakat maka disini penulis akan menguraikan keadaan masyarakat nainggolan dengan :

a. Mata Pencaharian

Masyarakat Nainggolan pada dasarnya memiliki sumber mata pencaharian dari bertani, beternak, dan mengambil ikan dari danau Toba martoba . Mereka bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Memenuhi kebutuhan hidup keluarga sudah menjadi tujuan paling utama dari setiap kepala keluarga, namun untuk keperluan barang mewah mereka tidak terlalu antusias memikirkannya. Seiring munculnya beragam kebutuhan hidup yang akan dipenuhi dan lebih berbeda dari biasanya maka tidak jarang mereka melakukan sistem barter yaitu menukarkan Universitas Sumatera Utara barang ataupun benda yang mereka inginkan dengan barang yang mereka punya untuk saling melengkapi dan memenuhi barang kebutuhan tadi. Misalkan saja pisang dari petani di tukar dengan ikan hasil tangkapan orang pinggiran danau, jagung ditukar dengan beras ikan di tukar dengan beras dan lain lain. Kampung Nainggolan sangat luas cakupannya karena selain masyarakat yang tinggal di pinggiran Danau Toba masih ada juga penduduknya yang tersebar ke daerah pegunungan hingga akibatnya muncul stigma yang menyatakan orang yang tinggal di pinggiran Danau Toba akan lebih menyatakan dirinya orang pasar dan yang di bagian pegunungan menyatakan dirinya pardolok orang yang tempat tinggal rumahnya jauh dari pinggiran Danau Toba, mereka ini hidup dari bertani tidak jarang anak sekolahan dari gunung akan tinggal di pinggiran Danau Toba dengan menyewa rumah orang lain. Pada masa itu yang menjadi bayaran sewa masih memakai beras. Mereka menyewa tempat karena jarak tempuh dari rumah ke sekolah sangat jauh dimana sekolah pada masa itu berada di pinggiran Danau Toba. Anak sekolah akan pulang ke gunung di saat liburan pada hari sabtu sore dan akan tiba di gunung malam hari. Hal ini membuat mereka tidak sempat membantu orang tua mereka padahal hari minggu besoknya mereka sudah harus kembali lagi ke penyewaan mereka di Pinggiran Danau Toba untuk melanjutkan pendidikan mereka di pagi hari. Masyarakat di Kampung Nainggolan beraktivitas selain petani nelayan dan beternak banyak juga menjadi pekerja harian mengerjakan ladang atau sawah orang. Tidak jarang juga di temui penggarap tanah orang dengan hasil di bagi tiga misalkan saja si penggarap mendapat hasil 90 kaleng padi dari tanah yang di garapnya ,maka untuk pemilik tanah 30 kaleng padi dan untuk si penggarap 60 kalengnya. Universitas Sumatera Utara

b. Kebudayaan Masyarakat Nainggolan