Kebudayaan Masyarakat Nainggolan Agama

b. Kebudayaan Masyarakat Nainggolan

Masyarakat Nainggolan sangat berbudaya. Bagi mereka adat adalah nomor satu sehingga mereka ini sangat rajin menghadiri upacara yang berkaitan dengan adat. Diantaranya pesta adat dalam pernikahan suku Batak, Upacara adat bagi keluarga yang meninggal dunia dan lain lain. Di Masyarakat Nainggolan masih terkenal apabila seseorang keturunan dari Keluarga Raja Adat karena Raja Adat ini penting dalam pengambilan keputusan musyawarah yang berhubungan dengan adat yang akan menjadi tanggungjawabnya, adalagi sebutan lain Raja Bius, adalagi sebutan Raja Hampung ini akan menjadi sangat di hargai masyarakat karena mereka ini adalah tokoh yang dianggap penting dalam setiap upacara adat 6 Banyaknya hal yang tidak memungkinkan di tengah masyarakat membuat mereka berpikir untuk mengubah beberapa pekerjaan ke pekerjaan lain bahkan melakukan kegiatan dagang yang pada dasarnya mereka mungkin belum menyadari bahwa yang mereka lakukan adalah aktivitas perdagangan walaupun dengan sistem barter di tempat terbuka. Sebelum berdirinya Onan Naninggolan masyarakat melakukan aktifitas perdagangan ke desa Silaban. Barulah sesudah berdirinya Onan Nainggolan itu mereka berdagang di lingkungannya sendiri walaupun dengan kondisi yang masih belum layak dikatakan sebuah Onan. . Masyarakat Nainggolan tidak jarang menikah dengan sesama satu marga yang tidak jauh. Pernikahan banyak yang terjadi antara perempuan kampung yang tidak 6 Raja Bius : adalah Jabatan seseorang dalam struktur masyarakat Batak yang dianggap sebagai orang yang paling mengerti akan hukum adat, sedangkan Raja Hampung : gelar bagi seseorang yang pertama sekali melakukan pembukaan hunian dalam masyarakat Batak Toba. Hasil wawancara dengan Bapak Ajumarar Parhusip tanggal 02 Agustus 2013. Universitas Sumatera Utara jauh jaraknya dengan kampung laki-laki, seiring munculnya Onan Nainggolan dan itu semua membawa dampak yang besar terhadap mata pencaharian, pernikahan dan antusias akan barang-barang mewah.

c. Agama

Masyarakat Nainggolan adalah masyarakat dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun itu tidaklah dengan mudah membuat mereka menjadi lebih bertahan dan taat pada agama yang mereka anut. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya sekitar dua puluh persen masyarakat Nainggolan pada masa ini masih percaya akan mitos, masih seringnya terlihat upacara mamele, yaitu menganggap sebuah tempat yang dihuni oleh nenek moyang mereka sebagai tempat yang sakral dan keramat, bahkan mereka sering menyebutkan kata-kata Mulajadi Nabolon dalam upacara – upacara adat mereka. Melakukan Upacara mangongkal holi mengambil dan mengumpulkan tulang-tulang nenek moyang hingga membuat tulang tersebut ke satu peti dan di semen dalam batu kubur yang cantik sudah menjadi tradisi dan untuk melakukan ini dan menghabiskan biaya besar, bagian masyarakat yang sudah melakukan ini akan dianggap masyur, kaya, dan terhormat.

d. Pendidikan