Ketentuan Sanksi Pidana Bagi Anak Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang

61 b. Menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan danatau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika. 2 Masa menjalani pengobatan danatau perawatan bagi pecandu narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman. 98 Berdasarkan ketentuan diatas, bahwa bagi penyalahguna narkotika yang terbukti telah menggunakan untuk dirinya sendiri sedangkan”penyalahguna narkotika” ini “bukan pecandu narkotika maupun korban penyalahguna narkotika narkotika” kepadanya hakim wajib menjatuhkan pidana, dengan ketentuan Pasal 127 ayat 1 satu, sedangkan untuk “pecandu narkotika” berlaku ketentuan Pasal 103.

B. Ketentuan Sanksi Pidana Bagi Anak Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang

Sitem Peradilan Pidana Anak. Anak yang berkonflik dengan hukum merupakan bagian masyarakat yang tidak berdaya baik secara fisik, mental dan sosial sehingga dalam penanganannya perlu perhatian khusus. Anak-anak yang terlindungi dengan baik menciptakan generasi yang berkualitas, yang dibutuhkan demi masa depan bangsa. Anak berhak memperoleh perlindungan khusus dan memperoleh kesempatan yang dijamin berdasarkan hukum dan sarana lain, untuk tumbuh dan berkembang baik fisik, mental dan sosial. 99 98 Lihat Undang-Undang Nomor 35 Tahu 2009 tentang Narkotia 99 Prof.Dr. Maidin Gultom, SH.,M.Hum., Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2014, hal 78 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak sebagai respon Yuridis terhadap persoalan terhadap persoalan tentang anak merupakan landasan utama dalam penyelesaian terhadap kenakalan anak, namun dalam implementasinya belum terwujud peradilan yang benar-benar menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan hukum sebagai penerus bangsa. 62 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat karena belum secara komprehensif memberikan perlindungan kepada anak yang berhadapan dengan hukum sehingga perlu diganti dengan undang-undang baru; Untuk itu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak agar dapat terwujud peradilan yang benar-benar menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak. 100 Perlindungan anak dapat dibedakan dalam 2 dua bagian, yaitu perlindungan anak yang bersifat yuridis, yang meliputi : perlindungan dalam bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan; Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kegiatan perlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan memerlukan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu sendiri, sehinnga usaha perlindungan yang dilakukan tidak berakibat negatif. Perlindungan anak dilaksanak rasional, bertanggung jawab, dan bermanfaat yang mencerminkan suatu usaha yang efektif dan efisien. Usaha perlindungan anak tidak boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kreatifitas, dan hal-hal lain yang mengakibatkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tak terkendali, sehingga anak tidak memiliki kemampuan dan kemauan menggunakan hak- haknya dan melaksanakan kewajibannya. 100 Prof. Dr. Koesno Adi, SH.,MS., Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak, Op.Cit, hal 13 63 perlindungan anak yang bersifat nonyuridis, meliputi : perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan, bidang pendidikan 101 Perlindungan terhadap anak dilakukan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal ini adalah dalam peradilan pidana anak. Peradilan pidana anak dikhususkan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum, yaitu anak yang melakukan tindak pidana. Peradilan pidana anak menegakkan hak-hak anak, baik sebagi tersangka, terdakwa, maupun sebagai narapidana. Penegakkan hak-hak anak yang diatur dalam perundang-undangan tentang peradilan pidana anak adalah perwujudan perlindungan anak. 102 A DIVERSI Peradilan adalah tiang teras dan landasan negara hukum. Peraturan hukum yang diciptakan memberikan faedah apabila ada peradilan yang berdiri kokohkuat dan bebas dari pengaruh apapun, yang sangat memberikan isi kekuatan kepada kaidah-kaidah hukum yang diletakkan dalam undang-undang dan peraturan hukum lainnya.Peradilan juga merupakan instansi yang merupakan tempat semua orang mencari keadilan dan menyelesaikan persoalan-persoalan tentang hak dan kewajibannya menurut hukum. Adapun proses penyelesaiaan perkara anak yang melakukan tindak pidana, yaitu : Ide Diversi pada mulanya dicanangkan dalam United Nation Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice SM-RJJ atau yang lebih dikenal dengan The Beijing Rules. Prinsip- prinsip Diversi menurut The Beijing Rules 11 adalah sebagai berikut : a. Diversi dilakukan setelah melihat pertimbangan yang layak, yaitu penegak hukum polisi, jaksa,hakim dan lembaga lainnya diberi kewenangan untuk menangani pelanggar-pelanggar hukum berusia muda tanpa menggunakan pengadilan formal. 101 Prof.Dr. Maidin Gultom, SH.,M.Hum., Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2014, hal 41 102 Ibid hal 64 b. Kewewnangan untuk menentukan Diversi diberikan kepada aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim, dan lembaga lain yang menangani kasus anak ini, menurut kebijakan mereka, sesuai dengan criteria yang ditentukan untuk tujuan itu didalam system hukum masing-masing dan juga sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam The Beijing Rules. c. Pelaksanaan Diversi harus dengan persetujuan anak, atau orang tua atau walinya, namun demikian keputusan untuk pelaksanaan Diversi setelah ada kajian oleh pejabat yang berwenang atas permohonan Diversi tersebut. d. Pelaksanaan Diversi memerlukan kerja sama dan peran masyarakat, sehubungan dengan adanya program Diversi seperti : Pengawasan, bimbingan sementara, pemulihan, dang anti rugi kepada korban. Diversi merupakan pemberian kewenangan kepada aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan-tindakan kebijaksanaan dalam menangani atau menyelesaikan masalah pelanggar anak dengan tidak mengambil jalan formal antara lain menghentikan atau tidak meneruskan melepaskan dari proses peradilan pidana atau mengembalikanmenyerahkan kepeda masyarakat dan bentuk-bentuk kegiatan pelayanan social lainnya. Penerapan Diversi dapat diterapkan disemua tingkat pemeriksaan, dimaksudkan untuk mengurangi dampak negative keterlibatan anak dalam proses peradilan tersebut. Di Indonesia, istilah Diversi pertama kali dimunculkan dalam perumusan hasil seminar nasional peradilan anak yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung tanggal 5 oktober 1996. Di dalam rumusan hasil seminar tersebut tentang hal-hal yang disepakati, antara lain “Diversi”, yaitu kemungkinan hakim menghentikan atau mengalihkan tidak meneruskan pemeriksaan perkara dan pemeriksaan terhadap anak selama proses pemeriksaan dimuka sidang. 103 Kebijakan legislatif tentang perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum melalui Diversi dalam system peradilan pidana anak adalah dengan membentuk peraturan perundang- 103 Angger Sigit Pramukti,S.H. Fuady Primaharsya,S.H., Sistem Peradilan Pidana Anak, op. cit,hal 68 65 undangan yang mengatur tentang Diversi dalam sistem peradilan pidana anak. Dengan diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012, maka Indonesia secara sah telah memiliki memiliki suatu peraturan yang member perlindungan hu7kum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dengan salah satu metodenya adalah Diversi. Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak belum menerapkan lembaga Diversi dalam rumusannya. Hal tersebut menyebabkan banyak perkara pidana yang bermuara dari tindak kenakalan anak yang sifatnya Juvenile Deliquency semata, yang seharusnya tidak perlu diproses sampai ke ranah pidana. Namun dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana anak, Diversi sudah merupakan suatu kesatuan dalam proses pidana anak. Hal tersebut diatas menarik karena sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI banyak menangani kasus anak dan sudah menggunakan ide Diversi ini sebagai salah satu cara penyelesaian kasus anak sebelum Undang-Undang No.11 Tahun 2012 berlaku, KPAI menggunakan dasar Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagai dasar untuk melaksanakan Diversi. Aplikasi Diversi sebenarnya untuk memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dalam system peradilan pidana anak Indonesia, dengan mengaplikasikan Diversi di dalam setiap tahap pemeriksaan. Aplikasi Diversi dan pendekatan Keadilan Restoratif dimaksudkan untuk menghindari anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum serta diharapkan anak dapat kembali kedalam lingkungan sosial secara wajar. Keadilan Restoratif atau Restoratif Justice adalah suatu proses dimana semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak tertentu bersama-sama mengatasi masalah serta menciptakan suatu kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan korban,anak, dan masyarakat dalam mencari solusi untuk memperbaiki serta menentramkan hati yang tidak berdasarkan pembalasan. 66 Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012, Diversi dirumuskan dalam Bab II, dimana semua ketentuan mengenai syarat, pelaksanaan, dan apa saja yang harus diperhatikan dalam Diversi, semua tercantum lengkap. 104 a. Mencapai perdamaian antara korban dan anak. Dalam pasal 6 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012, tujuan Diversi adalah sebagai berikut : b. Menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan. c. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan. d. Mendorong masyarakat untuk berpatisipasi. e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak. 105 Dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012, dikemukakan bahwa Diversi wajib dilaksanakan di setiap tingkat pemeriksaan, baik itu penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan negri. Dalam pasal 7 ayat 2 juga disebutkan mengenai syarat Diversi adalah tindak pidana yang dilakukan anak tersebut diancam dengan pidana penjara kurang dari tujuh tahun, serta bukan merupakan pengulangan tindak pidana. Ketentuan pidana penjara kurang dari tujuh tahun tersebut mengacu pada hukum pidana. Sedangkan pengulangan tindak pidana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 adalah tindak pidana yang dilakukan oleh anak, baik sejenis maupun tidak sejenis, termasuk pula tindak pidana yang diselesaikan melalui Diversi. Dalam pasal 8 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 dijelaskan mengenai keterlibatan dan peran sereta pihak selain anak dalam menyelesaikan Diversi. Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan bahwa proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan ornag tua wali anak, Pembimbing kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional selain anak itu sendiri. Tentu 104 Ibid, hal 69 105 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 67 wajib diutamakan pendekatan Keadilan Restoratif Justice dalam setiap tahap proses Diversi. Apabila diperlukan, musyawarah sebagaimana dimaksud tadi dapat melibatkan tenaga Kesejahteraan Sosial. Perlu diperhatikan pula dalam pasal 8 ayat 3 mengenai hal-hal yang harus diselesaika dan menjadi acuan, yaitu : a. Kepentingan korban b. Kesejahteraan dan tanggung jawab anak c. Penghindaran stigma negatif d. Penghindaran pembalasan e. Keharmonisan masayarakat f. Kepatutan, kesusilaan, dan keterlibatan umum Hal tersebut dilakukan demi tercapainya kembali keseimbangan dalam masyarakat, yang sebelumnya telah timpang dikarenakan tindakan yang dilakukan oleh anak, sesuai dengan napas Keadilan Restoreatif Justice. Dalam pelaksanaan Diversi, dimana menjadi susatu kewajiban untuk dilaksanakan disetiap tingkatan pemeriksaan, Penyidikan, Penuntut Umum, serta Hakim harus mempertimbangkan tindak pidana yang dilakukan anak, umur anak pada saat melakukan tindak pidana, hasil penelitian mengenai anak dari Badan Pemasyarakatan, serta dukungan dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Ketentuan tersebut merupakan indicator semakin rendah ancaman pidana maka semakin tinggi prioritas Diversi. Diversi sendiri tidak dimaksudkan untuk dilaksakan terhadap pelaku tindak pidana yang serius, misalnya pembunuhan, pemerkosaan, pengedar narkoba, dan terorisme, yang diancam pidana diatas 7 tahun. Sedangkan umur anak yang dimaksud, adalah untuk menentukan prioritas pemberian Diversi dan semakin muda umurnya maka semakin tinggi prioritas pemberian Diversi. Apabila kesepakatan Diversi sudah tercapai, maka harus ada persetujuan dari korban danatau keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keleuarganya. 68 Namun, persetujuan itu tidak dibutuhkan apabila tidak memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tidak pidana yang dilakukan adalah tindak pidana pelanggaran b. Tindak pidana yang dilakukan adalah tindak pidana ringan c. Tindak pidana yang dilakukan tidak menimbulkan korban, atau d. Nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat Keempat hal diatas merupakan suatu alternative yang berarti apabila sudah ada satu kriteria saja yang terpenuhi maka persetujuan Diversi tersebut tidak membutuhkan persetujuan. Apabila terdapat kesepakatan Diversi dalam hal seperti yang disebutkan diatas, maka kesepakatan tersebut dapat dilakukan oleh Penyidik beserta pelakukeluarganya, Pembimbing Kemansyarakatan, dan dapat pula melibatkan tokoh masyarakat. Kesepakatan mengenai hal tersebut diatas rekomendasi Pembimbing Kemasyarakatan dapat berbentuk : a. Penembalian kerugian dalam hal ada korban b. Rehabilitasi medis dan psikososial c. Penyerahan kembali kepada orang tua wali d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau LPKS paling lama 3 tiga bulan, atau e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 tiga bulan. Hasil kesepakatan Diversi yang dimusyawarahkan oleh kedua belah pihak bersama dengan instansi terkait antara lain : a. Perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian. b. Penyerahan kembali kepada orang tuawali. c. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pandidikan atau LPKS paling lama 3 tiga bulan, atau d. Pelayanan masyarakat. 69 Selanjutnya, apabila sudah ada kesepakatan Diversi antara kedua belah pihak baik anak korban maupun anakyang didampingi oleh orang tuawali anak, Pembimbing kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional, dan dapat pula didampingi oleh tokoh masyarakat, kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk kesepakatan Diversi, dan ditanda tangani oleh para pihak yang bersangkutan. Kemudian, hasil kesepakatan Diversi tersebut disampaikan oleh atasan langsungpejabat yang yang bertanggung jawab disetiap tingkat pemerikasaan kepala kepolisian, kepala kejaksaan, ketua pengadilan kepada pengadilan negri sesuai dengan daerah hukumnya paling lama 3 hari sejak dicapainya kesepakatan Diversi, untuk kemudian di keluarkan penetapan oleh ketua Pengadilan Negri. Penetapan yang dimaksud diatas harus harus dikeluarkan dalam waktu paling lama 3 tiga hari sejak ditetapkan. Setelah menerima Surat Penetapan tersebut, kemudian Penyidik menerbitkan Surat Penetapan penghentian penyidikan atau Penuntut Umum menerbitkan penetapan penghentian penuntutan. Apabila Proses Diversi tidak menghasilkan kesepakatan, atau kesepakatan diversi tidak dilaksanakan, maka proses peradilan pidana Anak tetap dilanjutkan hingga ke tingkat selanjutnya. Pengawasan proses Diversi dan pelaksanaan kesepakatan Diversi merupakan tanggung jawab atasan langsung pejabat disetiap tingkat pemeriksaan. Selama Proses Diversi berlangsung sampai dengan pelaksanaan kesepakatan Diversi, Pembimbing Kemasyarakatan wajib melaksanakan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan. Apabila kesepakatan Diversi tidak dilaksanakan dalam waktu yang sudah ditentukan, Pembimbing kemasyarakatan wajib segera melaporkannya kepada Pejabat yang bertanggung jawab, yaitu atasan langsung pejabat yang melakukan pemeriksaan. Pejabat tersebut harus segera menindaklanjuti laporan tersebut dalam waktu paling lama 7 tujuh hari setelah laporan diterima. 106 106 Angger Sigit Pramukti,S.H. Fuady Primaharsya,S.H., Sistem Peradilan Pidana Anak, op. cit,hal 70-72 70 B Sanksi Pidana dan Ketentuan Pidana Berkaitan dengan ketentuan pidana, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak mengaturnya dalam Bab III mulai pasal 22 sampai dengan pasal 32. Secara umum menurut ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Pengadilan Anak jenis pidana yang dapat dijatuhkan terhadap anak dapat berupa pidana maupun tindakan. 107 Kemudian terhadap tindakan terdiri dari pengembalian kepada orang tua atau orang tua asuh, penyerahan kepada pemerintah, penyerahan kepada seseorang, perawatan dirumah sakit jiwa, perawatan di lembaga., kewajiban mengikuti suatu pendidikan formal danatau latihan yang diadakan oleh pemerintahbadan swasta, pencabutan surat izin mengemudi, perbaikan akibat tindak pidana, danatau pemulihan. Sanksi pidana pokok bagi anak terdiri atas pidana peringatan, pidana dengan syarat pembinaan diluar lembaga, pelayanan mayarakat, atau pengawasan. Kemudian latihan kerja , pembinaan dalam lembaga dan penjara. Sedangkan terhadap pidana tambahan terdiri atas perampasan keuntungan yang diperoleh dan pemenuhan kejiban adat. 108 Pada bagian awal sudah secara tegas dalam pasal 69 ayat 1 disebutkan bahwa anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan tindakan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Disamping itu juga terdapat pembatasan usia anak Adapun dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sitem Peradilan Pidana Anak, Ketentuan Pidana bagi anak telah mengalami penyempurnaan lebih lengkap dibanding Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dan secara tegas diatur dalam Bab V tentang Pidana dan Tindakan pada pasal 69 samapai dengan pasal 83. 107 Prof. Dr. Koesno Adi, SH.,MS., Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak, Op.Cit, hal 13 108 Dr. Lilik Mulyadi, S.H.,M.H., Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia, Bandung, PT.Alumni, 2014, hal 53 71 dalam pemidanaan pada Pasal 69 2 yang menyebutkan bahwa Anak yang belum berusia 14 empat belas tahun hanya dapat dikenai tindakan. Bahkan dalam penjatuhan pidana atau mengenakan tindakan terhadap anak diatur tentang dasar pertimbangan bagi hakim, yang dirumuskan dalam pada Pasal 70, yang menyebutkan “Ringannya perbuatan, keadaan pribadi Anak, atau keadaan pada waktu dialkukan perbuatan atau yang terjadi kemudian dapat dijadikan dasar pertimbangan hakim untuk tidak menjatuhkan pidana atau mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan” 109 Apabila dalam hukum materiil diaancam dengan pidana kumulatif berupa penjara dan denda pidana denda diganti dengan pelatihan kerja. Dalam hal ini pidana yang dijatuhkan kepada anak dilarang melanggar harkat dan martabat. 110 1 Pidana Pokok bagi anak terdiri atas : Untuk jenis-jenis pidana yang dapat dijatuhkan terhadap anak dan tindakan-tindakan yang dapat dikenakan terhadap anak serta mekanismenya diatur dalam Pasal 71-83, sebagai berikut : Pasal 71 a. Pidana Peringatan; b. Pidana dengan Syarat 1 Pembinaan diluar Lembaga; 2 Pelayanan Masyarakat; atau 3 Pengawasan. c. Pelatihan kerja; d. Pembinaan dalam Lembaga; dan e. Penjara 109 Prof. Dr. Koesno Adi, SH.,MS., Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak, Op.Cit, hal 18 110 Angger Sigit Pramukti,S.H. Fuady Primaharsya,S.H., Sistem Peradilan Pidana Anak,Op.Cit, hal 87 72 2 Pidana Tambahan terdiri atas : a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindakan pidana; atau b. Pemenuhan kewajiban adat. 3 Apabila dalam hukum materiil diancam pidana kumulatif berupa penjara dan denda, pidana denda diganti dengan pelatihan kerja. 4 Pidana yang dijatuhkan kepada Anak dilarang melanggar harkat dan martabat Anak. 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pelaksanaan pidana sebagai mana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 72 Pidana peringatan merupakan pidana ringan yang tidak mengakibatkan pembatasan kebebasan anak. Pasal 73 1 Pidana dengan syarat dapat diajtuhakan oleh hakim dalam hal pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 2 dua tahun. 2 Dalam putusan pengadilan mengenai pidana dengan syarat sebagaimana dinaksud pada ayat 1 ditentukan syarat umum dan syarat khusus. 3 Syarat umum sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah Anak tidak akan melakukan tindak pidana lagi selama menjalani masa pidana dengan syarat. 4 Syarat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah untuk melakukan atau tidak melakukan hal tertentu yang ditetapkan dalam putusan hakim dengan tetap memperhatikan kebebasan Anak. 5 Masa pidana dengan syarat khusus lebih lama dari pada masa pidana dengan syarat umum. 6 Jangka waktu masa pidana dengan syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling lama 3 tiga tahun. 73 7 Selama menjalani masa pidana dengan syarat, Penuntut Umum melakukan pengawasan dan Pembimbing Kemasyarakatan melakukan pembimbingan agar Anak menempati persyaratan yang telah ditetapkan. 8 Selama Anak menjalani pidana dengan syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 7, Anak harus mengikuti wajib belajar 9 sembiialn tahun. Pasal 74 Dalam hal Hakim memutuskan bahwa Anak dibina di luar lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 1 huruf b angka 1, lembaga tempat pendidikan dan pembinaan ditentukan dalam putusannya. Pasal 75 1 Pidana pembinaan di luar lembaga dapat berupa keharusan : a. Mengikuti program pembimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh pejabat pembina: b. Mengikutu terapi dirumah sakit jiwa; atau c. Mengikutu terapi akibat penyalahgunaan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zak adiktif lainnya. 2 Jika selama pembinaan anak melanggar syarat khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat 4, pejabat pembinaan dapat mengususlkan kepada hakim pengawas untuk memperpanjang masa pembinaan yang lamanya tidak melampaui maksimum 2 dua kali masa pembinaan yang belum dilaksanakan. Pasal 76 1 Pidana pelayanan masyarakat merupakan pidana yang dimaksudkan untuk mendidik anak dengan meningkatkan kepeduliannya pada kegiatan kemasyarakatan yang positif. 2 Jika anak tidak memenuhi seluruh atau sebagian kewajiban dalam menjalankan kewajiban dalam menjalankan pidana pelayanan masyarakat tanpa alasan yang sah, pejabat pembina dapat 74 mengususlkan kepada hakim pengawas untuk memerintahkan Anak tersebut mengulang seluruh atau sebagian pidana pelayanan masyarakat yang dikenakan terhadapnya. 3 Pidana pelayanan masyarakat untuk Anak dijatuhkan paling singkat 7 tujuh jam dan paling lama 120 seratus dua puluh jam. Pasal 77 1 Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 1 huruf b angka 3 paling singkat 3 tiga bulan dan paling lama 2 dua tahun. 2 Dalam hal Anak dijatuhi pidana pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Anak ditempatkan dibawah pengawasan Penuntut Umum dan dibimbing oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Pasal 78 1 Pidana pelatihan kerja sebagaimana diamksud dalam Pasal 71 ayat 1 huruf c dilaksanakan dilembaga yang melaksanakan pelatihan kerja yang sesuai dengan usia Anak. 2 Pidana pelatihan kerja sebagaimana diamksud pada ayat 1 dikenakan paling singkat 3 tiga bulan dan paling lama 1 satu tahun. Pasal 79 1 Pidana pembatasan kebebasan diberlakukan dalam hal Anak melakukan tindak pidana berat atau tindak pidana yang disertai dengan kekerasan. 2 Pidana pembatasan kebebasan yang diajtuhkan terhadap Anak paling lama ½ satu perdua dari maksimum pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa. 3 Minimum khusus pidana penjara tidak berlaku terhadap Anak. 4 Ketentuan mengenai pidana penjara dalam KUHP berlaku juga terhadap Anak sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini. Pasal 80 1 Pembinaan didalam lembaga dialkukan ditempat pelatihan kerja atau lembaga pembinaan yang diselenggarakan, baik oleh pemerintah maupunswasta. 75 2 Pidana pembinaan didalam lembaga diajtuhkan apabila keadaan dan perbuatan Anak tidak membahayakan masyarakat. 3 Pembinaan dalam lembaga dilaksanakan paling singkat 3 tiga bulan dan paling lama 24dua puluh empat bulan. 4 Anak yang telah menjalani ½ satu perdua dari lamanya pembinaan didalam lembaga dan tidak kurang dari 3 tiga bulan berkelakuan baik berhak mendapatka pemebasan bersyarat. Pasal 81 1 Pihak pembinaan didalam lembaga dilakukan ditempat pelatihan kerja atau lembaga pembinaan yang diselenggarakan, baik oleh pemerintah maupun swasta. 2 Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak paling lama ½ satu perdua dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa, 3 Pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai anak berusia 18 delapan belas tahun. 4 Anak yang telah menjalani ½ satu perdua dari lamanya pembinaan di LPKA dan berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat. 5 Pidana penjara terhadap anak hanya digunakan sebagi upaya terakhir. 6 Jika tindak pidana yang dilakukan Anak merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumue hidup, pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun. Pasal 82 1 Tindakan yang dapat dikenakan kepada Anak meliputi : a. Pengembalian kepada orang tuawali; b. Penyerahan kepada seseorang; c. Perawatan dirumah sakit jiwa; d. Perawatan di LPKS; 76 e. Kewajiban mengikuti pendidikan formal danatau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta; f. Pencabutan surat izin mengemudi; danatau g. Perbaikan akibat tindak pidana. 2 Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d, huruf e, dan huruf f dkenakan paling lama 1 satu tahun. 3 Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 satu dapat diajukan oleh Penuntut Umum dalam tuntutannya, kecuali tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling singkat 7 tujuh tahun. 4 Ktentuan lebih lanjut mengenai tindakan sebagai mana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 83 1 Tindakan penyerahan Anak kepada seseorang dilakukan untuk kepentingan Anak yang bersangkutan. 2 Tindakan perawatan terhadap Anak dimaksudkan untuk membantu orang tuaWali dalam mendidik dan memberikan pembimbingan kepada Anak yang bersangkutan. 111 Beradasakan ketentuan diatas, bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 mengatur anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Sedangkan, anak yang belum berusia 14 tahun hanya dapat dikenakan tindakan. Ringannya perbuatan, keadaan pribadi anak atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian dapat dijadikan dasar pertimbangan hukum untuk dapat menjatuhkan pidana atau mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan. 112 111 Prof. Dr. Koesno Adi, SH.,MS., Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak, Op.Cit, hal 18-22 112 Angger Sigit Pramukti,S.H. Fuady Primaharsya,S.H., Sistem Peradilan Pidana Anak, Op.Cit, hal 87 77 Untuk lebuh jelasnya mengenai jenis-jenis penjatuhan pidana pada persidangan anak, akan dibahas satu persatu : 113

A. Pidana Pokok