ANALISA KASUS PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK YANG SEBAGAI PELAKU

105

5. Putusan

Majelis hakim dalam amar putusannya memberikan vonis terhadap terdakwa sebagai berikut : 1 Menyatakan terdakwa I. NANDITO PARTOLOGI LUMBAN BATU dan Terdakwa II ANDREANTO GIOVANO SIHOMBING, tersebut tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Primer ; 2 Membebaskan Terdakwa-Terdakwa dari dakwaan Primer tersebut; 3 Menyatakan Terdakwa I. NANDITO PARTOLOGI LUMBAN BATU dan Terdakwa II ANDREANTO GIOVANO SIHOMBING telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana,”Bersama-sama Menyalahgunakan Narkotika Golongan I Dalam Bentuk Bukan Tanaman Bagi Diri Sendiri”; 4 Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa-Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara masing- masing selama 6 enam bulan; 5 Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa-Terdakwa di kurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 6 Menetapkan agar Terdakwa-Terdakwa tetap ditahan ; 7 Menetapkan barang bukti berupa : 1 satu buah mancis, 1 satu buah pipa kaca, 1 satu buah topi warna hitam bertuliskan OBEY dan 1 satu plastic klip kecil yang bertuliskan sabu-sabu seberat 0,08 nol koma nol delapan gram, seluruhnya dirampas untuk dimusnahkan ; 8 Membebankan kepada Terdakwa-Terdakwa untuk membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp. 1000,-seribu rupiah ;

B. ANALISA KASUS

Sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa tindak pidana tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 106 a. Perbuatan b. Yang dilarang oleh aturan hukum c. Ancaman Pidana bagi yang melanggar Dari uraian unsur tindak pidana di atas, maka yang dilarang adalah perbuatan manusia, yang melarang adalah aturan hukum. Berdasarkan uraian kata perbuatan pidana, maka pokok pengertian adalah pada perbuatan itu, tetapi tidak dipisahkan dengan orangnya. Ancaman diancam dengan pidana menggambarkan bahwa seseorang itu dipidana karena melakukan perbuatan yang dilarang dalam hukum. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 KUHP seseorang yang melakukan tindak pidana dapat dihukum apabila memenuhi hal-hal berikut : a. Ada norma pidana tertentu b. Norma pidana tersebut berdasarkan undang-undang c. Norma pidana itu harus telah berlaku sebelum perbuatan terjadi Dengan perkataan lain, bahwa tidak seseorangpun karena suatu perbuatan tertentu, bagaimanapun bentuk perbuatan tersebut dapat dihukum kecuali telah ditentukan suatu hukum berdasarkan undang- undang terhadap perbuatan itu. Jadi syarat utama dari adanya “perbuatan pidana” adalah kenyataan bahwa ada aturan hukum yang melarang dan mengancam dengan pidana barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Apabila uraian tersebut diatas dikaitkan dengan kasus dalam penelitian ini, maka tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh terdakwa-terdakwa telah memenuhi syarat-syarat materil maupun syarat formil, sebab tindak pidana tersebut memenuhi rumusan perundang-undangan di dalam peraturan Undang-Undang Narkotika. Hakim menjatuhkan pidana terhadap para terdakwa yang bernama NANDITO PARTOLOGI LUMBAN BATU dan ANDREANTO GIOVANO SIHOMBING sebagai berikut : 107 1. Menyatakan terdakwa I. NANDITO PARTOLOGI LUMBAN BATU dan Terdakwa II ANDREANTO GIOVANO SIHOMBING, tersebut tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Primer ; 2. Membebaskan Terdakwa-Terdakwa dari dakwaan Primer tersebut; 3. Menyatakan Terdakwa I. NANDITO PARTOLOGI LUMBAN BATU dan Terdakwa II ANDREANTO GIOVANO SIHOMBING telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana,”Bersama-sama Menyalahgunakan Narkotika Golongan I Dalam Bentuk Bukan Tanaman Bagi Diri Sendiri”; 4. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa-Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara masing- masing selama 6 enam bulan; 5. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa-Terdakwa di kurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 6. Menetapkan agar Terdakwa-Terdakwa tetap ditahan ; 7. Menetapkan barang bukti berupa : 1 satu buah mancis, 1 satu buah pipa kaca, 1 satu buah topi warna hitam bertuliskan OBEY dan 1 satu plastic klip kecil yang bertuliskan sabu-sabu seberat 0,08 nol koma nol delapan gram, seluruhnya dirampas untuk dimusnahkan ; 8. Membebankan kepada Terdakwa-Terdakwa untuk membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp. 1000,-seribu rupiah ; Peradilan pidana anak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, selama ini penyelesaian perkara anak melalui mekanisme diversi pengaturannya belum memadai, hanya diatur pada tahap penyidikan saja. Sejak diterbitkannya UU-SPPA yang baru ini, maka pada semua tingkatan proses peradilan pidana anak, terbuka bagi peluang aparat penegak hukum untuk melakukan diversi, termasuk oleh hakim anak di pengadilan negeri. 108 Prinsip-prinsip perlindungan anak terutama prinsip non diskriminasi yang mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak dan hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak selanjutnya disingkat UU SPPA yang merupakan pergantian terhadap Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, telah mengatur secara tegas mengenai Keadilan Restoratif dan Diversi yang dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari stigma terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan si anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar. Diperlukan peran serta semua pihak dalam mewujudkan hal tersebut, namun dalam putusan hakim Nomor : 23Pid.Sus-Anak2014PN.Mdn . Terdakwa NANDITO PARTOLOGI LUMBAN BATU dan ANDREANTO GIOVANO SIHOMBING 17 tahun yang melakukan tindak pidana, dimana terdakwa NANDITO PARTOLOGI LUMBAN BATU dan ANDREANTO GIOVANO SIHOMBING telah terbukti melakukan tindak pidana penyalahguna narkotkia yang maksimal hukuman penggelapan adalah 4 tahun, dan terdakwa belum pernah dihukum, jika dilihat dari pasal 7 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak Nomor 11 Tahun 2012 disebutkan bahwa: Pasal 7 ayat 1 Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak di pengadilan negeri wajib diupayakan diversi. 145 Pasal 7 ayat 2 “Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan : 146 145 Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 146 Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 1. Diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tujuh tahun; dan 2. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana”. 109 Menurut ketentuan Pasal 7 UU SPPA, Diversi hanya dapat dilaksanakan kepada anak yang diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tujuh tahun, dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana residive, namun, tanggal 1 September 2014 hakim yang menjatuhkan pidana 6 bulan penjara terhadap Terdakwa NANDITO PARTOLOGI LUMBAN BATU dan ANDREANTO GIOVANO SIHOMBING . Putusan hakim ini tidak menggunakan konsep diversi yang ada dalam UU SSPA, hakim masih menerapkan Undang-Undang Pengadilan Anak. Hakim dalam hal ini tidak mengedepankan adanya keadilan restoratif justice dan diversi, lebih menekankan kepada retributive justice. Namun, berdasarkan ketentuan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 110PUU-X2012 tanggal 28 Maret 2013 menyatakan ketentuan Pasal 96 UU SPPA bertentang dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Tentu dalam hal tersebut hakim dalam pertimbangannya berhak untuk tidak melakukan upaya Diversi dalam kasus ini, sehingga kasus ini dapat dilanjutkan ke proses persidangan. Adapun pengaturan pidana tentang Tindak Pidana Narkotika dalam hal penyalahguna kedapatan memiliki, menyimpan, menguasai, membeli, menerima, dan membawa dalam rangka untuk menggunakan narkotika untuk dirinya sendiri maka tindak pidana yang dikenakan haruslah pasal 127 Undang-Undang Narkotika yang menyatakan sebagai berikut : Pasal 127 1. Setiap Penyalah guna : a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun. 110 b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun. c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun. Dan jika pelakunya adalah anak maka ketentuan pasal 127 tersebut harus di kaitkan dengan pasal 79 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sitem Peradilan Pidana anak dalam menetukan penjatuhan pidana terhadap tersebut. Berdasarkan ketentuan pidana yang diatur dalam formulasi ketentuan diatas, maka para terdakwa diancam dengan hukuman pidana paling lama selama 2 dua tahun, namun dalam putusan majelis hakim memvonis terdakwa-terdakwa dengan vonis penjara selama 6 bulan. Menurut hemat penulis, berdasarkan uraian kasus diatas, putusan majelis hakim ini telah mencerminkan rasa keadilan, sebab para terdakwa mengakui perbuatannya secara terus terang dan menyesalinya dan para terdakwa berlaku sopan dalam proses persidangan serta para terdakwa belum pernah dihukum, sehingga vonis 6 enam bulan penjara sudah sepadan dengan tindakan yang diperbuatnya. 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian kesimpulan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor penyebab anak melakukan tindak pidana narkotika ialah karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan pergaulan di sekelilingnya dan anak jauh dari pantauan orang tua sehingga anak cenderung bergaul dengan teman-teman yang mempengaruhinya untuk melakukan tindak pidana narkotika tersebut. 2. Ketentuan pidana yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh anak dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia, diantaranya diatur dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana KUHP, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan peraturan perundang-undangan lain. Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut, secara jelas disebutkan bahwa tindak pidana narkotika sangat dilarang dan diancam dengan sanksi pidana yang tegas, namun dalam prakteknya masih sangat banyak terjadi terhadap pelanggaran ini terutama generasi muda yang menjadi sasarannya. 3. Pertanggung jawaban pidana tindak pidana narkotika berdasarkan kasus putusan nomor : 23Pid.Sus-Anak2014PN.Mdn yang dianalisis dalam penelitian ini berbentuk vonis hakim berupa penjara selama 6 enam bulan kepada para terdakwa pelaku tindak pidana narkotika. Putusan hakim ini tidak menggunakan konsep diversi yang ada dalam UU SSPA, hakim masih menerapkan Undang-Undang Pengadilan Anak. Hakim dalam hal ini tidak mengedepankan adanya keadilan restoratif justice dan diversi, lebih menekankan kepada retributive justice. Seorang anak, jika dimasukkan ke dalam lembaga pembinaan akan berdampak buruk bagi anak.